Budidaya Maggot dan Pupuk Kasgot, Inovasi Mahasiswa UNS Wujudkan Desa Sobokerto Mandiri dan Ramah Lingkungan

Foto bersama dengan kelompok tani setelah sosialisasi budidaya maggot dan pengolahan pupuk kasgot (14/06/2025). (doc. pribadi)
Foto bersama dengan kelompok tani setelah sosialisasi budidaya maggot dan pengolahan pupuk kasgot (14/06/2025). (doc. pribadi)

Boyolali, Krajan.id – Limbah rumah tangga selama ini sering dipandang sebagai masalah yang sulit diatasi, padahal jika dikelola dengan benar, limbah organik justru dapat menjadi peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Inilah yang melatarbelakangi inisiatif sekelompok mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui program Hibah MBKM Proyek Membangun Desa. Mereka menggandeng Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, dalam proyek budidaya maggot dan pengolahan pupuk kasgot.

Bacaan Lainnya

Desa Sobokerto merupakan wilayah yang dikenal sebagai sentra pertanian dan peternakan, dengan jumlah penduduk lebih dari 7.000 jiwa. Namun, seiring meningkatnya populasi, jumlah limbah rumah tangga pun kian bertambah, terutama limbah organik seperti sisa makanan, sayur-mayur busuk, hingga kulit buah. Limbah ini sering kali dibuang begitu saja, mencemari lingkungan dan meningkatkan risiko penyakit.

Melalui pendekatan biokonversi, tim mahasiswa UNS memperkenalkan penggunaan larva Black Soldier Fly (BSF), atau yang dikenal sebagai maggot, yang mampu mengonsumsi limbah organik dengan cepat. Larva ini memiliki kandungan protein tinggi (sekitar 40–50%) dan lemak (29–32%), menjadikannya pakan alternatif yang ekonomis dan bergizi bagi ternak seperti ayam dan ikan lele.

Selain menghasilkan maggot sebagai pakan, program ini juga mengolah hasil samping berupa kasgot, yaitu residu dari proses biokonversi yang diolah lebih lanjut menjadi pupuk organik. Pupuk ini terbukti mampu menyuburkan tanah dan meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat setempat.

Baca Juga: BPBD Morowali Utara Edukasi Pramuka Soal Simulasi dan Evakuasi Bencana dalam Diklat SAR

Proyek ini dilaksanakan secara bertahap dan ilmiah. Tim mahasiswa melakukan studi literatur, menyusun rencana kerja, melakukan koordinasi dengan perangkat desa, hingga menyiapkan alat dan bahan untuk budidaya. Selanjutnya dilakukan uji kandungan protein maggot di laboratorium serta fermentasi dan analisis unsur hara pupuk kasgot untuk memastikan mutu dan keamanannya.

Della Intania Dwi Purwanti, ketua tim proyek, memimpin kegiatan ini bersama delapan anggota tim lainnya yaitu Avan Burika Ibroham, Chrysalis Angelique Pambudhi, Dewi Mulya Ningsih, Insan Idealina Citra, Satriyo Arya Wiguna, Savina Anisa Syafa’at, Yessica Jihan Eliza, dan Yusuf Abdullah Amar. Mereka dibimbing langsung oleh Dr. Ir. Fadilah, S.T., M.T.


Dokumentasi pelatihan pembuatan maggot dan pupuk kasgot di Desa Sobokerto (14/06/2025). (doc. pribadi)

Dokumentasi pelatihan pembuatan maggot dan pupuk kasgot di Desa Sobokerto (14/06/2025). (doc. pribadi)

Tak hanya melakukan riset dan produksi, tim juga menggelar pelatihan kepada kelompok tani dan warga desa. Masyarakat dilatih cara memelihara maggot, memanen, hingga mengolah kasgot menjadi pupuk organik yang siap digunakan.

“Kami ingin masyarakat bisa mandiri. Dengan memelihara maggot sendiri, peternak dapat mengurangi biaya pakan, sementara petani juga tak perlu membeli pupuk kimia mahal,” ungkap Avan Burika, anggota tim MBKM 2025.

Inisiatif ini menjadi contoh nyata penerapan konsep sustainable living di tingkat desa. Satu program mampu memberikan banyak manfaat: mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah, menyediakan pakan ternak bergizi dengan biaya rendah, serta memproduksi pupuk organik yang ramah lingkungan. Lebih dari itu, program ini turut mendukung ekonomi sirkular dan mengurangi ketergantungan terhadap produk pabrikan.

Baca Juga: Menteri Desa Tinjau Perkebunan Jeruk Kucur, Dorong Hilirisasi dan Penguatan Ekonomi Desa

“Kami berharap program ini tidak berhenti sampai di sini. Kami ingin Desa Sobokerto menjadi contoh desa mandiri yang bisa mengelola limbah rumah tangga secara produktif dan berkelanjutan,” ujar Della Intania, ketua tim MBKM.

“Kami percaya, jika masyarakat bisa mengubah cara pandang terhadap limbah, maka desa bisa menjadi lebih hijau, mandiri, dan sejahtera.”

Keberhasilan program ini membuka harapan baru bagi desa-desa lain untuk memanfaatkan limbah sebagai sumber daya yang berharga. Dengan kombinasi pendekatan ilmiah dan pemberdayaan masyarakat, program ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada ekonomi dan kualitas hidup warga. Harapannya, lebih banyak generasi muda dan masyarakat yang tergerak untuk ikut serta menciptakan perubahan dari hal-hal kecil yang dimulai dari rumah.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *