Bukan Sekadar Diversifikasi, Mahasiswa Teknik Pertanian FATEPA Unram Dorong Pengembangan Gula Semut Bernilai Tinggi di Giri Madia

Tim KKN-T Universitas Mataram bersama para pengrajin gula aren dan warga Desa Giri Madia berfoto bersama seusai kegiatan sosialisasi inovasi pengolahan dan pemasaran gula semut di Aula Kantor Desa Giri Madia, Lombok Barat. (doc. Tim KKN Tematik Desa Giri Madia)
Tim KKN-T Universitas Mataram bersama para pengrajin gula aren dan warga Desa Giri Madia berfoto bersama seusai kegiatan sosialisasi inovasi pengolahan dan pemasaran gula semut di Aula Kantor Desa Giri Madia, Lombok Barat. (doc. Tim KKN Tematik Desa Giri Madia)

Lombok Barat, Krajan.id – Tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Mataram (Unram) mendorong inovasi pengolahan gula aren di Desa Giri Madia, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Lewat penerapan teknologi tepat guna, para mahasiswa membantu meningkatkan nilai tambah gula batok tradisional menjadi gula semut yang lebih tahan lama, seragam, dan memiliki peluang pasar lebih luas.

Desa Giri Madia, desa pemekaran dari Desa Duman, sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra nira aren di wilayah perbukitan Lingsar. Selama ini, pengrajin mengolah nira menjadi gula batok secara manual lalu menjualnya kepada pengepul dengan harga sekitar Rp25.000–30.000 per kilogram.

Bacaan Lainnya

Metode produksi tradisional membuat mutu produk tidak stabil dan daya simpannya rendah, sehingga sulit bersaing di pasaran. Posisi tawar pengrajin pun kerap bergantung pada harga yang ditentukan pembeli.

Melihat kondisi tersebut, tim KKN-T dari Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, melakukan rangkaian pengabdian sejak awal November. Kegiatan dimulai dengan survei dan observasi di enam dusun yaitu Tempos Madani, Kebun Baru, Leong, Montong Galur, Montong Lisung, dan Awang Madia.

“Dari observasi ini, kami memetakan alur produksi gula batok, jenis peralatan yang digunakan, hingga kendala teknis yang dihadapi pengrajin, seperti minimnya variasi produk dan keterbatasan daya simpan,” tulis Tim KKN Tematik Desa Giri Madia dalam rilis yang diberikan pada (11/12/2025).

Temuan lapangan tersebut ditindaklanjuti dengan uji teknis pembuatan gula semut menggunakan mesin kristalisator, oven pengering, dan mesin penepung (disk mill) yang sudah tersedia di desa. Uji coba dilakukan bersama Kepala Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Madia.

Uji teknis mengaduk larutan nira aren saat proses pembuatan gula semut menggunakan peralatan produksi di Desa Giri Madia, Lombok Barat. (doc. Tim KKN Tematik Desa Giri Madia)
Uji teknis mengaduk larutan nira aren saat proses pembuatan gula semut menggunakan peralatan produksi di Desa Giri Madia, Lombok Barat. (doc. Tim KKN Tematik Desa Giri Madia)

Hasilnya, pemanfaatan teknologi ini mampu menghasilkan gula semut yang lebih seragam, tidak menggumpal, serta memiliki daya simpan lebih panjang dibandingkan gula batok tradisional.

Berbekal hasil uji teknis tersebut, tim menggelar sosialisasi pada (20/11/2025) di Aula Kantor Desa Giri Madia. Kegiatan ini dihadiri para pengrajin gula aren dan warga. Dalam sosialisasi, tim memperkenalkan peluang diversifikasi produk, mulai dari proses produksi gula semut, standar mutu, hingga pemetaan potensi pasar domestik dan ekspor. Antusiasme warga terlihat dari banyaknya pertanyaan mengenai cara kerja mesin, teknik pengolahan, hingga strategi pemasaran yang relevan bagi industri rumahan.

Mahasiswa KKN-T Unram bersama pengrajin Giri Madia menimbang dan mengemas gula semut hasil produksi lokal sebagai bagian dari pelatihan peningkatan mutu dan pemasaran produk aren. (doc. Tim KKN Tematik Desa Giri Madia)
Mahasiswa KKN-T Unram bersama pengrajin Giri Madia menimbang dan mengemas gula semut hasil produksi lokal sebagai bagian dari pelatihan peningkatan mutu dan pemasaran produk aren. (doc. Tim KKN Tematik Desa Giri Madia)

Melalui kegiatan ini, pengrajin mendapatkan pemahaman baru bahwa gula semut memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan potensi pasar yang lebih luas, termasuk sebagai bahan baku industri makanan dan minuman.

Produk ini juga dinilai lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar modern karena memiliki daya simpan panjang dan mudah dikemas secara profesional. Pendekatan praktik lapangan yang dilakukan mahasiswa turut menepis kekhawatiran bahwa penggunaan teknologi akan mengubah karakter produk tradisional.

Program KKN-T ini menumbuhkan kesadaran baru bahwa peningkatan mutu tidak harus mengandalkan peralatan mahal, melainkan bisa dicapai dengan memaksimalkan teknologi sederhana yang sudah tersedia. Ke depan, diharapkan pendampingan berkelanjutan dari akademisi dan pemerintah desa dapat memperkuat posisi gula semut sebagai komoditas unggulan Giri Madia.

Tim KKN-T menyampaikan apresiasi kepada warga dan pemerintah desa atas dukungan mereka. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada LPPM Unram atas pendanaan program sehingga kegiatan dapat berjalan optimal dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *