Bunga Marigold: Si Cantik Pengusir Kutu Kebul pada Tanaman Hortikultura

Ilustrasi foto. (threebouquets.com)
Ilustrasi foto. (threebouquets.com)

Tahukah kamu bahwa di balik kelopak kuning-oranye cerahnya, bunga marigold menyimpan kekuatan alami sebagai pengusir hama tanaman hortikultura? Bunga yang kerap dianggap sekadar penghias taman ini ternyata mengandung senyawa aromatik khas yang mampu mengusir hama seperti kutu kebul (Bemisia tabaci)—musuh utama para petani sayuran dan buah-buahan tropis.

Dengan kehadirannya, marigold tak hanya mempercantik lahan, tetapi juga menjadi “bodyguard” alami yang membantu mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia. Lantas, bagaimana sebenarnya marigold bekerja? Dan mengapa ia bisa menjadi primadona dalam pertanian ramah lingkungan? Simak jawabannya dalam artikel populer ini.

Bacaan Lainnya

Marigold: Si Cantik Serbaguna

Bunga marigold (Tagetes erecta L.), atau yang populer disebut “bunga tahi ayam”, adalah tanaman tahunan yang banyak ditanam sebagai tanaman hias dan pagar. Tanaman ini memiliki tinggi antara 60–80 cm, dengan daun majemuk dan batang tegak yang bercabang.

Kepala bunganya majemuk, berdiameter 4–7 cm, terdiri dari banyak bunga kecil yang tersusun rapat. Warna kelopaknya umumnya kuning terang atau oranye, meskipun pada varietas hibrida juga ditemukan warna maroon dan krem.

Bunga marigold tidak hanya cantik secara visual, tetapi juga memiliki aroma khas dan masa mekar yang panjang di musim panas. Ia membutuhkan sinar matahari penuh dan masa tanam hingga panennya pun relatif singkat.

Kandungan pigmen karotenoid dan flavonoid dalam bunganya menghasilkan warna cerah yang menarik bagi serangga seperti kupu-kupu dan burung kolibri. Inilah alasan mengapa marigold sering ditanam sebagai tanaman pendamping di lahan pertanian.

Jenis-jenis Marigold

Setidaknya ada tiga jenis marigold yang dikenal dan banyak dibudidayakan di Indonesia:

  1. Tagetes erecta L. (Marigold Afrika) – Berukuran besar, bunga ini berdiameter 5–10 cm dengan warna kuning cerah hingga oranye tua. Sering digunakan sebagai tanaman potong dan refugia di lahan hortikultura.
  2. Tagetes patula L. (Marigold Perancis) – Ukuran bunganya lebih kecil dengan aroma lebih kuat. Kandungan senyawa insektisidanya tinggi, cocok untuk lahan organik.
  3. Tagetes tenuifolia Cav. (Marigold Meksiko) – Bunga kecil berdiameter 1,5–2 cm dengan mahkota tipis dan aroma tajam. Efektif melawan nematoda dan serangga karena kandungan senyawa bioaktif seperti α-terthienyl.

Di wilayah seperti Bali, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, Tagetes erecta sering digunakan sebagai bunga upacara dan refugia hortikultura, sementara dua jenis lainnya banyak dipakai dalam sistem Integrated Pest Management (IPM).

Musuh Tanaman: Kutu Kebul

Kutu kebul adalah serangga kecil berwarna putih, tubuhnya dilapisi lilin, dengan sayap di punggungnya. Serangga ini menyerang lebih dari 1.000 spesies tanaman, termasuk sayuran dari keluarga Solanaceae (cabai, tomat, terung, kentang). Selain menyerap nutrisi tanaman, kutu kebul juga menyebarkan lebih dari 120 jenis virus yang menyebabkan penyakit tanaman.

Salah satu dampak serangannya adalah timbulnya embun jelaga yang menutup stomata daun. Akibatnya, proses fotosintesis terganggu, pertumbuhan terhambat, dan hasil panen menurun drastis. Pada musim kemarau, populasi kutu kebul dapat meningkat secara drastis karena suhu yang lebih tinggi.

Marigold Sebagai Solusi Alami

Dalam menghadapi kutu kebul, petani seringkali mengandalkan pestisida kimia. Namun, penggunaan berlebih justru menimbulkan efek negatif, mulai dari pencemaran lingkungan, resistensi hama, hingga keracunan pada manusia. Oleh karena itu, biopestisida berbahan marigold hadir sebagai solusi ramah lingkungan.

Berbagai studi ilmiah membuktikan bahwa ekstrak marigold mengandung senyawa seperti eugenol, saponin, alkaloid, tannin, dan triterpenoid yang bersifat insektisidal dan antimikroba. Bunga ini juga menghasilkan senyawa volatil yang mengganggu sistem penciuman serangga, sehingga kutu kebul enggan menempel dan bertelur di tanaman utama.

Cara Kerja dan Efektivitas Ekstrak Marigold

Ekstrak marigold bekerja melalui senyawa thiophene fototoksik dalam akar dan bunga yang aktif melawan serangga, terutama jika terpapar sinar matahari. Efeknya antara lain:

  • Menghambat makan serangga
  • Merusak sistem saraf kutu kebul
  • Mengurangi kemampuan bertelur
  • Menurunkan populasi secara signifikan

Penelitian menunjukkan bahwa kutu kebul yang menempel pada tanaman marigold memiliki tingkat mortalitas tinggi dan sangat rendah dalam hal reproduksi (rata-rata hanya 0,5 telur per jam dibandingkan 8 telur per jam di tanaman kapas).

Panduan Membuat Ekstrak Marigold

Berikut langkah-langkah sederhana membuat biopestisida dari bunga marigold:

  1. Petik 20 bunga marigold mekar sempurna, cuci bersih.
  2. Pisahkan mahkota bunga dari kelopak.
  3. Blender bersama 1 liter air hingga halus.
  4. Saring larutan dengan kain bersih.
  5. Simpan dalam botol dan diamkan selama 7 hari.
  6. Campurkan 10 ml ekstrak dengan 500 ml air sebelum disemprot.
  7. Semprot tanaman 2 kali seminggu, sebaiknya sore hari.

Penggunaan marigold sebagai pestisida alami terbukti mampu menurunkan populasi kutu kebul tanpa mencemari lingkungan. Selain diaplikasikan sebagai semprotan, marigold juga bisa ditanam secara tumpangsari dengan tanaman hortikultura untuk meningkatkan keanekaragaman hayati dan menarik musuh alami hama.

Dengan memanfaatkan bunga marigold, kita tidak hanya melindungi tanaman dari serangan hama, tetapi juga ikut menjaga keseimbangan ekosistem. Inilah saatnya generasi muda mengenal dan mengaplikasikan solusi hijau untuk masa depan pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *