Dampak Psikologis Pemutusan Hubungan Kerja

Ilustrasi PHK bukan hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga kehilangan arah, harga diri, dan makna hidup di tengah dunia yang terus bergerak. (GG)
Ilustrasi PHK bukan hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga kehilangan arah, harga diri, dan makna hidup di tengah dunia yang terus bergerak. (GG)

Pemutusan hubungan kerja (PHK) kerap kali dilihat semata-mata sebagai masalah ekonomi. Padahal, jauh di balik angka statistik dan neraca perusahaan, terdapat dampak psikologis yang tidak kalah serius dan acap kali luput dari perhatian. PHK bukan hanya soal kehilangan pekerjaan, tapi juga kehilangan jati diri, stabilitas hidup, dan rasa aman.

Bagi banyak orang, pekerjaan bukan sekadar sumber penghasilan, melainkan bagian dari identitas diri. Maka, ketika hubungan kerja terputus secara tiba-tiba, muncul perasaan tidak berdaya, cemas, bahkan kehilangan arah.

Bacaan Lainnya

Dalam teori Cognitive Appraisal yang dikembangkan Lazarus dan Folkman (1984), stres timbul ketika individu merasa tidak memiliki cukup sumber daya untuk menghadapi ancaman—dan PHK merupakan salah satu bentuk nyata dari ancaman tersebut.

Studi Paul dan Moser (2009) menemukan bahwa risiko depresi pada individu yang mengalami PHK dua kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang masih bekerja. Ketidakpastian akan masa depan, beban finansial, dan perubahan drastis dalam rutinitas harian menjadi kombinasi mematikan yang bisa menghantam ketahanan mental siapa saja.

Kondisi PHK di Bali: Ironi di Tengah Pulihnya Pariwisata

Di Provinsi Bali, yang selama ini menjadi andalan sektor pariwisata Indonesia, angka PHK justru meningkat. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali, tercatat 118 pekerja terkena PHK sepanjang Januari hingga April 2025. Angka ini sudah melampaui total PHK sepanjang 2024 yang hanya berjumlah 116 orang.

Yang mengherankan, PHK ini terjadi ketika pariwisata Bali mulai menunjukkan pemulihan pasca pandemi. Di Kabupaten Badung saja, 100 pekerja sektor pariwisata terkena PHK sejak awal tahun. Sementara itu, di Kota Denpasar hingga Juni 2025, terdapat 74 orang yang mengalami hal serupa. Ini menunjukkan bahwa kebijakan efisiensi dan restrukturisasi tetap menjadi momok, meskipun geliat ekonomi mulai terasa.

Pendekatan Psikologis dan Peran Strategis Perusahaan

Menghadapi kondisi ini, perlu pendekatan holistik yang tidak hanya menyentuh aspek ekonomi, tetapi juga aspek mental dan emosional pekerja. Dukungan sosial dari keluarga, lingkungan sekitar, hingga komunitas profesional terbukti mampu meringankan beban psikologis.

Namun, dukungan informal saja tidak cukup. Intervensi berbasis keilmuan seperti konseling psikologis, terapi kognitif-perilaku, serta pelatihan ulang keterampilan (reskilling) harus menjadi bagian dari respons kebijakan pemerintah maupun perusahaan.

Resilience training, atau pelatihan ketahanan mental, dapat membantu individu mengembangkan daya lenting psikologis dalam menghadapi ketidakpastian. Sementara itu, perusahaan dapat menjalankan tanggung jawab sosialnya melalui program outplacement, pelatihan kerja baru, hingga layanan konseling gratis bagi karyawan terdampak.

Langkah-langkah ini tidak hanya berdampak pada individu yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga menciptakan iklim kerja yang lebih manusiawi dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Refleksi dan Harapan ke Depan

Kita hidup di era yang berubah cepat. Teknologi dan otomatisasi bisa meningkatkan efisiensi, namun jika tidak dibarengi dengan perlindungan sosial dan mental yang memadai, maka perubahan itu justru melukai banyak orang. PHK bukan hanya urusan lembar surat, tetapi tentang manusia dan kehidupan yang berubah secara drastis.

Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sipil perlu membangun sistem yang tidak hanya reaktif, tetapi juga proaktif dalam melindungi kesehatan mental pekerja. Sebab, pembangunan manusia bukan hanya soal angka ekonomi, tapi tentang menjaga martabat dan ketahanan psikologis setiap individu dalam menghadapi perubahan dunia kerja yang semakin kompleks.


Daftar Pustaka
  • Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. Springer Publishing Company.
  • Paul, K. I., & Moser, K. (2009). Unemployment impairs mental health: Meta-analyses. Journal of Vocational Behavior, 74(3), 264–282.
  • Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2019). Organizational Behavior (18th ed.). Pearson.
  • Santrock, J. W. (2021). Psychology: Essentials (6th ed.). McGraw-Hill Education.
  • Satu Data Kemenaker Indonesia. (2025). Data Jumlah PHK Januari–Juni 2025. https://satudata.kemnaker.go.id
  • Kompas.TV. (2025). PHK di Bali Meningkat, 118 Pekerja Kehilangan Pekerjaan dalam 4 Bulan Terakhir.
  • Kompas.com. (2025). 100 Pekerja Pariwisata Bali Kena PHK Sejak Awal 2025.
  • BaliPost.com. (2025). Puluhan Orang di Denpasar Kena PHK.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *