Bantul, Krajan.id – Kelompok 118 KKN PPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) menyelenggarakan kegiatan psikoedukasi bagi para orang tua di Dusun Nogosari II, Kalurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Jumat (8/8/2025). Bertempat di Joglo Wayang RT 06, kegiatan ini mengusung tema “Parenting dan Bakat: Dua Kunci Masa Depan Anak”.
Acara tersebut menghadirkan psikolog sekaligus Founder Rumah Arkacanti Holistic Care, Anggraini Dwi Putranti, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Kehadiran beliau memberikan kesempatan bagi para orang tua, khususnya para ibu, untuk belajar memahami pola asuh yang sehat serta cara mengenali bakat anak sejak dini.
Dalam pemaparannya, Anggraini menjelaskan bahwa parenting atau pola asuh memiliki peran krusial dalam membentuk karakter, nilai, dan kebiasaan anak sejak kecil. Di sisi lain, setiap anak juga memiliki potensi unik yang harus dikenali, dipahami, serta diarahkan dengan baik.
“Setiap orang tua perlu memahami bahwa pola asuh yang tepat akan berpengaruh besar terhadap masa depan anak. Dukungan yang sehat akan menjadi fondasi kuat agar anak tumbuh mandiri, percaya diri, dan berprestasi,” ujar Anggraini.
Ia menegaskan, pola asuh yang salah dapat menimbulkan dampak berkepanjangan. Karena itu, orang tua perlu merefleksikan kembali pola pengasuhan yang mereka terapkan, apakah mendukung perkembangan emosional dan intelektual anak atau justru sebaliknya.
Dalam sesi pemaparan, Anggraini menguraikan empat tipe parenting yang umum diterapkan, yaitu otoriter, permisif, neglectful, dan otoritatif. Dari keempat tipe tersebut, pola asuh otoritatif dinilai paling ideal karena mampu menyeimbangkan kasih sayang, kontrol, serta kebebasan anak.
“Tidak menutup kemungkinan pola asuh yang diterapkan sekarang adalah pola yang dulu kita terima dari orang tua. Jika pola tersebut kurang tepat, maka rantai ini harus diputus agar kesalahan tidak terulang,” tegasnya.
Untuk membantu peserta melakukan refleksi, panitia menyediakan lembar kertas dan alat tulis. Orang tua diminta menuliskan pengalaman mereka terkait pola asuh yang pernah diterima dari orang tua, serta pola yang kini mereka terapkan kepada anak-anak.
Kegiatan psikoedukasi semakin hidup saat sesi diskusi dibuka. Salah satu ibu peserta berbagi pengalaman mengenai anaknya yang sempat menjadi korban bullying di sekolah.
“Kemarin anak saya pernah dijauhi oleh teman-temannya sampai tidak mau bersekolah. Saya mencoba memberi uang saku tambahan agar ia bisa membeli makanan untuk teman-temannya. Dengan cara itu, akhirnya anak saya mau kembali ke sekolah. Tapi saya masih ragu, apakah cara saya ini benar, Bu?” tuturnya dengan nada cemas.
Mendengar cerita tersebut, Anggraini memberikan apresiasi. “Langkah yang Ibu ambil sudah tepat. Itu melatih anak untuk tidak membalas perlakuan buruk dengan keburukan. Sebaliknya, anak belajar cara menghadapi masalah secara positif,” jawabnya.
Cerita lain datang dari seorang ibu yang pernah membawa anaknya berkonsultasi ke psikolog karena anaknya cenderung pendiam.
“Saya sudah mencoba menyelesaikan masalah dengan pihak sekolah, tapi tidak membuahkan hasil. Akhirnya saya putuskan untuk membawa anak saya ke psikolog. Setelah konseling, kondisi anak menjadi lebih baik,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu, Anggraini menegaskan, “Langkah tersebut sangat tepat. Dengan mengenali kondisi anak sejak awal, masalah bisa ditangani lebih cepat, sehingga perkembangan anak tidak terhambat.”
Sebagai penutup, Anggraini mengajak seluruh peserta menuliskan kesan dan pesan mereka setelah mengikuti kegiatan psikoedukasi ini. Menurutnya, refleksi sederhana dapat membuka wawasan orang tua untuk melihat pola asuh yang mereka terapkan selama ini.
“Masa depan yang baik dimulai dengan parenting yang baik. Pola asuh orang tua adalah pondasi bagi tumbuh kembang anak. Jika pondasi ini kuat, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan masa depan,” pungkasnya.
Kegiatan yang digagas mahasiswa KKN 118 UMBY ini mendapat sambutan positif dari warga. Peserta tidak hanya mendapat teori, tetapi juga praktik melalui refleksi, diskusi, serta sharing pengalaman.
Salah satu peserta mengaku terbantu dengan kegiatan tersebut. “Saya jadi lebih paham bagaimana mengenali bakat anak sekaligus mengarahkan mereka. Ternyata apa yang dulu saya anggap benar, ada yang perlu diperbaiki,” katanya.
Ketua Kelompok 118 KKN UMBY menjelaskan bahwa program ini bertujuan meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pola asuh yang tepat. “Kami berharap psikoedukasi ini tidak berhenti di sini, melainkan menjadi awal bagi masyarakat untuk lebih peduli pada tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN 118 UMBY tidak hanya sekadar menjalankan program, tetapi juga berupaya menghadirkan perubahan nyata di tengah masyarakat. Mereka ingin memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dengan dukungan orang tua yang memahami kebutuhan mereka.
Pesan utama yang terus ditekankan adalah bahwa mimpi anak dapat menjadi nyata bila mereka mendapat dukungan tepat dari orang tua. Sebab, dalam perjalanan panjang menuju masa depan, rumah dan keluarga adalah sekolah pertama yang paling berharga bagi anak.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





