Beruk, Krajan.id – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang tergabung dalam Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) 80 menghadirkan inovasi alat pendeteksi longsor atau Early Warning System (EWS) berbasis mekanisme analog sederhana di Desa Beruk, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar.
Alat ini resmi dipasang pada (13/8/2025) di dua titik rawan longsor, yakni Dusun Ngantirejo dan Gunung Lading, sebagai langkah konkret melindungi warga dari ancaman bencana.
Pembimbing lapangan, Ahmad Marzuki, S.Si., Ph.D, menambahkan bahwa program EWS ini merupakan salah satu program Desa Binaan LPPM UNS.
“Program EWS longsor ini memang kami usulkan karena penting bagi Desa Beruk. Kami berharap dengan inovasi ini, warga lebih siap menghadapi potensi bencana,” tegasnya.
Ketua Tim KKN 80 UNS, Rizki Abd Basyid, menjelaskan bahwa alat ini bekerja dengan memanfaatkan gir, rantai, dan tali untuk mendeteksi pergeseran tanah. Jika terjadi pergerakan tanah, sistem akan memicu alarm bunyi sebagai tanda peringatan dini.
“Ide lahirnya inovasi ini karena sering terjadinya longsor di daerah Kecamatan Jatiyoso terutama Desa Beruk selama beberapa tahun ini. Data ini kami dapatkan dari BPBD Karanganyar. Berdasarkan hal ini, kami membuat early warning system sebanyak dua titik untuk memperingatkan warga jika terjadi pergerakan tanah di waktu mendatang,” terang Rizki.
Keunggulan alat ini terletak pada sistem analog yang tidak bergantung pada jaringan internet maupun perangkat elektronik kompleks, sehingga lebih tahan terhadap kondisi pedesaan. Biaya pembuatannya juga relatif rendah, sekitar Rp6 juta per unit.
“Peluang replikasi ini sangat terbuka lebar karena kami menggunakan sistem kelistrikan sederhana dan dapat dibuat di desa. Kami juga mengadakan tiang besi stasioner dan penarik dari tukang las yang ada di Desa Beruk, jadi ini merupakan suatu kemudahan untuk warga jika ingin mereplikasi alat ini,” jelas Rizki.
Sebelum dipasang, tim melakukan uji coba efektivitas dengan menarik tali untuk memastikan saklar berbunyi dan aliran listrik berjalan baik. Walau belum ada evaluasi signifikan, monitoring rutin tetap diperlukan untuk memastikan fungsi optimal.
Inovasi ini tidak berdiri sendiri, melainkan hasil kolaborasi banyak pihak.
“Project ini melibatkan teknisi dari tim KKN kami serta bekerja sama dengan pihak desa, relawan SATBER Desa Beruk dengan Pak Pono sebagai Ketua, Relawan Jatiyoso, serta warga sekitar lingkup EWS yang akan kami pasang. Tak lupa kami melibatkan BPBD Karanganyar selaku mitra kami dalam project ini. Ada Pak Ahmad Syarif Hidayatullah, S.Sos, dan Pak Tri Waluyo selaku pemateri dan memberikan arahan teknis untuk pengerjaan alat di lapangan,” terang Rizki.

Dukungan masyarakat sangat terasa saat pemasangan. Banyak warga yang bergotong royong menyiapkan alat gali, tenaga, hingga bahan bangunan. Relawan SATBER bahkan telah dilatih untuk melakukan perawatan jika alat mengalami kerusakan.
Carik Desa Beruk, Rahmad Jumali, juga memberikan izin penuh atas lokasi pemasangan sekaligus mendampingi mahasiswa dalam setiap proses. Dukungan ini menjadi bukti kuatnya kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah desa, dan warga.
Meski mendapat dukungan penuh, tantangan tetap ada, terutama dari sisi teknis.
“Tantangan teknis ialah kami akan kesulitan jika terjadi kerusakan alat yang sangat besar dan teknisi di desa membutuhkan kami untuk memperbaikinya. Namun selebihnya warga sangat menerima alat ini,” jelas Rizki.
Selain fokus pada inovasi peringatan dini longsor, Tim KKN 80 UNS juga aktif mendukung pemberdayaan ekonomi dan pendidikan masyarakat.
Di bidang ekonomi, mereka mengadakan pelatihan pengolahan jamur kuping menjadi dimsum bersama ibu-ibu PKK RT 03 Beruk Kulon.
“Ibu-ibu sangat bersemangat karena produk yang dibuat merupakan hal yang jarang di Desa Beruk. Kami juga membantu promosi pengolahan getuk dan olahan singkong Jalaktowo di Dusun Ngantirejo serta memberi bantuan MMT untuk promosi UMKM,” jelas Rizki.
Dalam bidang pendidikan, tim KKN melakukan sosialisasi tanggap bencana longsor di SDN 1 Beruk dan SMPN 4 Jatiyoso dengan menayangkan video interaktif agar siswa memahami risiko sejak dini. Mereka juga mengadakan kegiatan kolase dari sampah bekas bersama anak-anak TK, yang disambut dengan penuh antusias.
Di sisi lingkungan, mahasiswa menyumbangkan dua unit tong sampah organik dan anorganik untuk memudahkan warga dalam pemilahan sampah rumah tangga.
Tidak hanya fokus pada teknologi dan pendidikan, Tim KKN juga ikut serta dalam kegiatan sosial budaya. Mereka turut memeriahkan Karnaval Desa Beruk, agenda tahunan yang diwarnai arak-arakan budaya, kreasi kostum, dan pertunjukan seni tradisional. Kehadiran mahasiswa mempererat hubungan dengan masyarakat sekaligus melestarikan nilai gotong royong.
Seluruh rangkaian kegiatan KKN 80 UNS menjadi bukti nyata sinergi perguruan tinggi dengan masyarakat. Mahasiswa hadir bukan hanya untuk melaksanakan program kerja, tetapi juga untuk meninggalkan warisan kebermanfaatan jangka panjang.

“Bagi kami, KKN bukan sekadar menjalankan program kerja, tetapi bagaimana ilmu dan energi muda bisa berpadu dengan kearifan lokal Desa Beruk. Kami berharap apa yang kami lakukan mulai dari inovasi teknologi, pendampingan pendidikan dan ekonomi masyarakat, hingga penguatan sosial budaya dapat menjadi pijakan berkelanjutan yang memberi manfaat jangka panjang bagi warga,” tutup Rizki.
Dengan berakhirnya masa pengabdian, Tim KKN 80 UNS berharap inovasi EWS, program pendidikan, dukungan ekonomi kreatif, serta keterlibatan sosial budaya yang telah dirintis dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan oleh masyarakat Desa Beruk.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





