Demak, Krajan.id – Di tengah kemeriahan kompetisi memancing “Guyub Istambul” yang digelar di pemancingan Sungai Sipon, Desa Tambakbulusan, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, ada nuansa berbeda yang tak sekadar soal umpan dan hasil tangkapan.
Acara yang digelar pada Minggu (8/6/2025) ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi warga, namun juga momentum penting penyadaran masyarakat terhadap ancaman kesehatan yang kerap tak terlihat: Leptospirosis.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik SDGs Universitas Diponegoro (UNDIP), khususnya Kelompok 1 Tim 35, memanfaatkan kegiatan komunitas ini sebagai ruang intervensi sosial. Mereka mengusung misi edukasi kesehatan berbasis komunitas, menyasar kelompok rentan yang sering beraktivitas di wilayah rawan air tercemar. Program ini digagas oleh Muhammad Ichsanul Fikri dari Program Studi Kedokteran UNDIP dan didukung oleh mahasiswa dari program studi lainnya.
Pendekatan yang digunakan jauh dari kesan formal. Tanpa podium atau slide presentasi, para mahasiswa menyusup ke dalam obrolan ringan antar peserta mancing dan warga sekitar. Mereka membaur dengan suasana, memanfaatkan interaksi santai untuk menyisipkan informasi penting mengenai penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini menyebar melalui air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan, terutama tikus, dan sering kali luput dari perhatian karena gejalanya mirip flu biasa.
“Di desa seperti Tambakbulusan yang dekat dengan kawasan perairan dan rawan banjir rob, risiko terpapar Leptospirosis sangat nyata. Warga harus tahu cara mencegah dan mengenali gejalanya sejak awal,” ujar Ahmad Rifa’i, Ketua KKN Tim 35 dari Program Studi Oseanografi.
Baca Juga: Mahasiswa UGM Jadi Ujung Tombak Diplomasi Ekspor UMKM Lewat KKN-PPM
Informasi yang disampaikan mencakup cara penularan, gejala umum, hingga langkah pencegahan sederhana seperti penggunaan alas kaki saat beraktivitas di lahan basah, mencuci tangan setelah kontak dengan air, serta pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Materi disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami, dan diperkuat dengan leaflet visual menarik agar lebih mudah dicerna oleh warga.
“Penting bagi kami untuk tidak hanya menyampaikan informasi, tapi memastikan pesan tersebut benar-benar dipahami dan membekas,” tambah Ahmad Rifa’i.
Respon warga sangat menggembirakan. Banyak pemancing yang awalnya tidak tahu tentang Leptospirosis, menjadi antusias bertanya dan berdiskusi lebih lanjut. Beberapa bahkan mulai mengaitkan gejala yang pernah mereka alami dengan penjelasan mahasiswa. Dialog ini menjadi cermin bahwa pendekatan edukasi yang humanis dan kontekstual dapat jauh lebih efektif daripada metode satu arah.
Muhammad Ichsanul Fikri, inisiator program, mengungkapkan kepuasannya melihat sambutan masyarakat.
“Antusiasme warga menunjukkan bahwa pendekatan informal kami berhasil. Ini menandakan bahwa edukasi bisa hadir di mana saja, bahkan di tengah kompetisi mancing sekalipun,” ujarnya.
Lebih dari sekadar kegiatan sosialisasi, program ini menjadi bagian dari upaya KKN Tematik SDGs UNDIP dalam membangun kesadaran kolektif akan pentingnya kesehatan lingkungan. Pendekatan berbasis komunitas seperti ini dinilai efektif dalam menjembatani pengetahuan akademik dengan kebutuhan riil masyarakat.
Baca Juga: Mahasiswa UNS Kenalkan Program Afiliasi PerpusKita Lewat Konten Kreatif dan Webinar Nasional
Kegiatan ini juga sejalan dengan semangat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin ketiga tentang kesehatan yang baik dan kesejahteraan, serta poin keenam tentang air bersih dan sanitasi yang layak. KKN UNDIP membuktikan bahwa program pengabdian masyarakat tak harus monumental, tetapi harus relevan, adaptif, dan menyentuh aspek nyata kehidupan warga.

Keberhasilan pendekatan ini membuka peluang bagi replikasi kegiatan serupa di wilayah lain. Guyub Istambul, yang awalnya hanya menjadi kegiatan rekreasi masyarakat, bertransformasi menjadi wahana edukatif yang menyatukan aspek sosial, budaya, dan kesehatan dalam satu harmoni.
Semoga sinergi antara mahasiswa dan masyarakat dalam menyebarkan pengetahuan ini dapat menjadi pondasi kuat bagi Desa Tambakbulusan dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan. Dengan cara-cara sederhana namun menyentuh, generasi muda Indonesia menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang tepat sasaran.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





