Kedungpadang, Krajan.id – Desa Kedungpadang, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah dengan potensi besar di sektor pertanian, khususnya komoditas jagung. Setiap musim panen, hasil jagung dari desa ini melimpah. Namun, sebagian besar masih dijual dalam bentuk mentah, sehingga nilai tambah yang diperoleh masyarakat belum maksimal.
Melihat kondisi tersebut, mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam Kelompok KKN 229 menghadirkan program bertajuk “Edukasi, Workshop, dan Branding Jagung Jagoan (Jagung Jadi Olahan Andalan)”.
Program ini difokuskan untuk membekali ibu-ibu PKK Desa Kedungpadang agar mampu mengolah jagung menjadi produk pangan bernilai ekonomis, sekaligus membuka peluang usaha rumahan.
Kelompok KKN UNS 229 merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat UNS yang ditempatkan di Desa Kedungpadang. Anggota tim berasal dari berbagai jurusan dengan latar belakang ilmu beragam, mulai dari ekonomi, teknologi pangan, hingga pendidikan. Dengan komposisi tersebut, mereka menyusun program yang aplikatif dan berorientasi pada tema ketahanan pangan serta pengentasan kemiskinan.
Seluruh kegiatan dirancang secara kolaboratif bersama perangkat desa, ibu-ibu PKK, serta warga setempat. Tujuannya agar manfaat program tidak berhenti pada masa KKN saja, melainkan dapat berkelanjutan dan benar-benar dirasakan oleh masyarakat.
Ketua tim pelaksana, Rohmat Aji Pamungkas, menjelaskan bahwa program ini diinisiasi sebagai bentuk kontribusi mahasiswa dalam memberdayakan potensi lokal. Menurutnya, jagung bukan hanya sekadar bahan konsumsi, melainkan juga memiliki peluang besar sebagai produk bernilai tambah.

“Selama ini masyarakat cenderung menjual hasil panen dalam bentuk mentah. Melalui kegiatan Edukasi, Workshop, dan Branding Jagung Jagoan, kami ingin menunjukkan bahwa jagung bisa diolah menjadi produk yang lebih bervariasi, bergizi, dan memiliki nilai jual lebih tinggi. Produk seperti susu jagung, sirup jagung, hingga puding jagung sangat potensial diterima pasar dan bisa membuka peluang usaha rumahan,” ujar Rohmat.
Materi edukasi dalam program mencakup potensi ekonomi jagung, strategi sederhana mengembangkan usaha, serta manfaat gizi dari produk olahan berbahan dasar jagung. Pendekatan ini diharapkan membuka wawasan baru bagi para ibu rumah tangga tentang cara memaksimalkan hasil panen secara berkelanjutan.
Selain edukasi teori, tim KKN juga menyediakan sesi praktik pembuatan produk olahan. Kegiatan ini dipandu oleh Fiika Salsabila, mahasiswa dengan latar belakang Ilmu Teknologi Pangan. Dalam praktik, peserta diajak langsung mengolah jagung menjadi tiga produk utama, yaitu susu, sirup, dan puding jagung.

Sesi praktik berlangsung interaktif. Dua peserta dipilih sebagai volunteer untuk mencoba langsung di depan peserta lainnya. Tidak hanya berfokus pada resep, mereka juga diajarkan standar kebersihan, teknik penyimpanan bahan baku, hingga cara pengemasan sederhana.
“Praktik langsung menjadi kunci untuk menumbuhkan keterampilan sekaligus kepercayaan diri peserta. Kami ingin kegiatan ini tidak hanya sekadar memberi pengetahuan, tapi juga melatih keterampilan praktis yang bisa langsung dipraktikkan di rumah,” jelas Rohmat.
Sejak dilaksanakan, program ini menghasilkan beberapa capaian penting. Pertama, ibu-ibu PKK memperoleh pemahaman baru tentang pentingnya diversifikasi produk olahan jagung. Kedua, keterampilan praktis meningkat karena peserta terlibat langsung dalam proses pembuatan. Ketiga, tumbuh motivasi dari sebagian peserta untuk menjadikan produk olahan jagung sebagai usaha rumahan.
Dengan capaian tersebut, program Jagung Jagoan dinilai mampu memberikan dampak nyata. Jagung yang sebelumnya hanya dipandang sebagai bahan konsumsi sehari-hari, kini mulai dilihat sebagai komoditas strategis yang bisa memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan perekonomian keluarga.
Selain edukasi dan workshop, program ini juga memperkenalkan konsep branding. Produk olahan jagung yang dihasilkan tidak hanya dipasarkan sebagai makanan rumahan, tetapi diberi sentuhan identitas lokal agar memiliki daya tarik lebih.
Menurut tim KKN, branding sangat penting agar produk bisa bersaing, baik di pasar lokal maupun regional. Dengan pengemasan menarik dan nama yang khas, diharapkan olahan jagung dari Desa Kedungpadang dapat dikenal lebih luas.

Kelompok KKN UNS 229 berharap, ke depan Desa Kedungpadang tidak hanya dikenal sebagai desa penghasil jagung, tetapi juga sebagai pusat inovasi produk berbasis jagung. Rohmat menegaskan, keberlanjutan program sangat bergantung pada partisipasi masyarakat.
“Harapan kami, ibu-ibu PKK tidak berhenti di tahap pelatihan saja. Mereka bisa terus berkreasi dengan mengembangkan produk jagung yang lebih beragam. Jika dijalankan secara konsisten, bukan tidak mungkin desa ini bisa melahirkan produk unggulan berbasis jagung yang bersaing di pasar lokal maupun regional,” ungkapnya.
Dengan semangat inovasi dan pemberdayaan, program Edukasi, Workshop, dan Branding Jagung Jagoan menjadi langkah awal yang penting. Dari komoditas mentah bernilai rendah, jagung kini diposisikan sebagai bahan baku strategis yang mampu membuka peluang ekonomi baru dan memperkuat kemandirian pangan desa.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





