Festival Bhumi Ngurawan 2025: Bersama Mahasiswa BBK 6 UNAIR Dolopo Menghidupkan Warisan Leluhur dan Merawat Peradaban Desa

Selametan Jenang Abang-Putih dan Penyembelihan Kambing Kendhit dalam rangkaian Festival Bhumi Ngurawan 2025. (doc. Mahasiswa KKN BBK 6 UNAIR Desa Dolopo)
Selametan Jenang Abang-Putih dan Penyembelihan Kambing Kendhit dalam rangkaian Festival Bhumi Ngurawan 2025. (doc. Mahasiswa KKN BBK 6 UNAIR Desa Dolopo)

Desa Dolopo, Krajan.id – Dusun Ngurawan di Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya Festival Bhumi Ngurawan 2025. Selama empat hari, mulai (17-20/7/2025), festival ini menyatukan spiritualitas, tradisi budaya, serta pelestarian sejarah dalam satu kesatuan perayaan yang khidmat dan menggugah.

Lebih dari sekadar hiburan, festival ini merupakan bentuk nyata dari kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga warisan budaya dan sejarah leluhur. Dengan semangat gotong royong, warga Dusun Ngurawan menjadikan festival ini sebagai gerakan budaya akar rumput, yang bersumber dari memori kolektif, bukan dari desain pertunjukan semata.

Bacaan Lainnya

Festival ini bertumpu pada kekayaan sejarah Situs Ngurawan, sebuah kawasan arkeologis yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Gelang-Gelang atau Pandansalas pada abad ke-13. Di situs ini ditemukan berbagai peninggalan kuno seperti arca, yoni, struktur bata besar, kendi, alat masak, hingga perlengkapan ritual keagamaan. Sayangnya, meski memiliki potensi tinggi sebagai cagar budaya dan destinasi edukatif, situs ini belum mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Melalui festival ini, situs tersebut tidak dihidupkan dengan pagar atau plakat, tetapi dengan doa, seni, dan kebersamaan warga. Di sini, sejarah tidak dibekukan sebagai artefak mati, tetapi dimuliakan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Menghidupkan Kembali Posyandu Remaja: Langkah Nyata BBK 6 UNAIR Tingkatkan Kesadaran Kesehatan di Desa Cinandang

Salah satu tokoh sentral yang tidak bisa dipisahkan dari Situs Ngurawan adalah Jayakatwang, atau dalam penyebutan lokal disebut Jayakatyang. Ia dikenal sebagai Raja Gelang-Gelang yang menggulingkan Singhasari sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.

Prasasti Mula Malurung (1255 M) menyebut “Bhumi Wurawan” sebagai wilayah kekuasaannya. Bagi warga Ngurawan, Jayakatyang bukan sekadar tokoh sejarah, melainkan leluhur yang hidup dalam cerita, kirab, dan ritual desa.

Rangkaian Festival Bhumi Ngurawan 2025
Kamis, 17 Juli 2025
– 07.00–15.00 WIB – Simaan Al-Qur’an
– 16.30–17.30 WIB – Pager Dusun
– 19.00–20.30 WIB – Doa Bersama (Tahlil Leluhur)
– 20.30–21.30 WIB – Selametan Jenang Abang-Putih
– 21.30–00.30 WIB – Shalawat Gembyung & Ziarah Makam

Jumat, 18 Juli 2025
– 06.30–08.30 WIB – Penyembelihan Kambing Kendhit
– 08.30–11.30 WIB – Dzikir Fida’ Leluhur Ngurawan
– 13.30–16.30 WIB – Aneka Dolanan Tradisional Anak
– 19.30–22.30 WIB – Diskusi Budaya “Bhumi Ngurawan”

Sabtu, 19 Juli 2025
– 13.00–17.00 WIB – Kirab Pusaka dan Budaya
– 13.00–17.00 WIB – Kesenian Wedhus Kendhit
– 19.00–21.00 WIB – Teater Sejarah “Krida Hamesa Manggala Ngrawan”
– 19.30–23.00 WIB – Pentas Seni: Tari, Pencak Silat, dll

Minggu, 20 Juli 2025
– 06.00–08.30 WIB – Jalan Santai
– 08.30–11.30 WIB – Panggung Hiburan & Door Prize
– 19.30–20.30 WIB – Lailatul Ijtima’ MWC NU Dolopo
– 20.30–23.00 WIB – Pengajian Umum & Penutupan

Festival tahun ini semakin berwarna dengan kehadiran mahasiswa KKN Universitas Airlangga dari BBK 6 Dolopo. Mereka tidak hanya menjadi dokumentator kegiatan, tetapi juga penyambung narasi sejarah melalui media sosial, serta turut berperan sebagai penyelenggara lomba dolanan anak. Kiprah mereka membawa Festival Bhumi Ngurawan melampaui batas lokal dan dikenal lebih luas.

“Kami berupaya menjadikan festival ini tak hanya lestari secara lokal, tapi juga dikenal generasi muda di berbagai tempat,” ujar salah satu mahasiswa KKN saat ditemui di lokasi acara.

Ngurawan bukan hanya tempat yang menyimpan cerita desa ini adalah cerita itu sendiri. Dalam denting kendang, kidung doa, hingga tawa anak-anak yang bermain dolanan, Desa Ngurawan mengajarkan bahwa peradaban tidak membutuhkan panggung mewah untuk disebut besar. Kehidupan yang merawat ingatan masa lalu justru menjadi sumber kebesaran yang autentik.

Baca Juga: Mahasiswa BBK 6 UNAIR Dorong Transformasi Digital UMKM Desa Dolopo melalui Program “UMKM Go Digital”

Melalui festival ini, masyarakat tidak hanya merayakan masa lalu, tetapi juga merancang masa depan. Harapannya, Situs Ngurawan dapat lebih dikenal sebagai objek wisata budaya dan sumber pembelajaran lintas generasi, serta menjadi kebanggaan bagi warga Madiun dan Indonesia secara umum.

Festival Bhumi Ngurawan 2025 telah menjadi contoh nyata bagaimana desa dapat menjadi pusat kebudayaan, spiritualitas, dan pendidikan, bukan hanya pelengkap kota. Dalam langkah kecil anak-anak yang bermain hingga ziarah hening di malam hari, Bhumi Ngurawan mengajarkan: sejarah yang dirawat adalah masa depan yang hidup.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *