Krajan.id – Dalam upaya memperkuat pemahaman mengenai diplomasi dan hubungan internasional, Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Chapter Universitas Sumatera Utara (USU) kembali menggelar program Diplotalk.
Kegiatan ini merupakan agenda bulanan yang menghadirkan diskusi menarik seputar isu global. Pada edisi Diplotalk kali ini, FPCI USU mengundang Mario Ignacio Artaza, Duta Besar Republik Chili untuk Republik Indonesia, sebagai narasumber utama.
Mengusung tema “Thinking Strategically on Shared Challenges Facing Indonesia & Chile”, Diplotalk ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan yang dihadapi kedua negara serta strategi yang dapat diterapkan untuk memperkuat kerja sama bilateral. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, dan praktisi hubungan internasional yang antusias untuk mendalami lebih jauh hubungan diplomatik Indonesia-Chili.
Berdasarkan press release yang diberikan pada (2/2/2025), kegiatan Diplotalk ini terbagi menjadi dua sesi utama, yakni Main Session dan QnA Session. Pada sesi pertama, peserta mendapatkan pengalaman eksklusif dalam Secret Special Session, yaitu tur khusus di kediaman resmi Duta Besar Chili yang terletak di Jakarta. Tur ini dipandu langsung oleh Ambassador Mario Ignacio Artaza, yang menjelaskan bahwa kediaman ini telah menjadi tempat tinggal resmi perwakilan Chili sejak tahun 1980-an.
“Saya rasa penting bagi Anda yang tertarik pada urusan luar negeri dan hubungan internasional untuk mengetahui lebih dari sekadar aktivitas di kantor. Kediaman ini bukan hanya rumah, tetapi juga pusat diplomasi di mana berbagai acara dan kegiatan untuk mempromosikan Chili digelar,” ujar Ambassador Artaza.
Peserta diajak untuk memahami lebih jauh peran kedutaan sebagai representasi negara asing di Indonesia, serta bagaimana kegiatan diplomatik tidak hanya terbatas di kantor pemerintahan tetapi juga dilakukan dalam berbagai pertemuan informal dan sosial.
Dalam pemaparannya, Ambassador Artaza menyoroti bahwa meskipun jarak antara Indonesia dan Santiago, ibu kota Chili, mencapai lebih dari 24 jam perjalanan udara, hubungan kedua negara telah terjalin sejak lebih dari 200 tahun lalu. Interaksi ini bermula dari kapal-kapal dagang pertama yang melintasi Samudra Pasifik dan singgah di Nusantara.
“Indonesia dan Chili bukanlah mitra baru, melainkan sahabat lama yang terus menjalin kerja sama dalam berbagai sektor, mulai dari diplomasi, perdagangan, hingga pendidikan,” ungkapnya.
Salah satu aspek penting dalam hubungan bilateral Indonesia-Chili adalah kerja sama di bidang pendidikan dan budaya. Sekolah Republik Chili di Jakarta menjadi bukti nyata hubungan erat kedua negara dalam bidang pendidikan. Sekolah ini tidak hanya berfungsi sebagai institusi pendidikan bagi warga Chili yang tinggal di Indonesia, tetapi juga membuka kesempatan bagi pelajar Indonesia untuk mengenal budaya dan sistem pendidikan Chili.
“Pendidikan memainkan peran sentral dalam memperkuat hubungan antarnegara. Dengan saling memahami budaya dan sistem pendidikan masing-masing, kita bisa menciptakan kolaborasi yang lebih baik,” ujar Ambassador Artaza.
Dalam sektor perdagangan, Chili dan Indonesia telah mencatat pertumbuhan positif. Total perdagangan antara kedua negara mencapai sekitar 530 juta dolar pada tahun lalu. Saat ini, terdapat hampir 9.000 perusahaan Chili yang aktif mengekspor berbagai produk ke Indonesia, termasuk selulosa, salmon, kayu, dan minyak ikan.
Baca Juga: Mahasiswa KKN Unand Tingkatkan Kesadaran Hidup Sehat di SDN Kinari
Selain itu, Chili juga tengah berupaya menyelesaikan negosiasi terkait bab layanan dalam perjanjian perdagangan bebas pada triwulan pertama tahun ini. Kerja sama ini diharapkan dapat semakin meningkatkan interaksi ekonomi antara kedua negara.
Chili juga menjadi pemain kunci dalam industri pertambangan dengan statusnya sebagai eksportir tembaga terbesar di dunia serta penghasil lithium terbesar kedua. Negara ini berkomitmen untuk berbagi pengalaman dengan Indonesia, terutama dalam pengembangan sektor energi terbarukan, di mana 68% kapasitas energi Chili berasal dari sumber energi hijau.
Ambassador Artaza menegaskan bahwa Chili mendukung penuh proses aksesi Indonesia ke Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Selain itu, Chili mengakui peran strategis Indonesia dalam ASEAN, terutama dalam diversifikasi rantai pasokan dan penguatan kerja sama ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.
Sesi kedua Diplotalk diisi dengan QnA Session, di mana peserta berkesempatan mengajukan pertanyaan langsung kepada Ambassador Artaza. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, terutama terkait efektivitas Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dalam meningkatkan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Chili.
Salah satu peserta, Heflin, menanyakan strategi konkret yang dapat diambil kedua negara untuk mengoptimalkan manfaat CEPA. Menanggapi hal ini, Ambassador Artaza menegaskan bahwa pemahaman terhadap potensi masing-masing negara menjadi kunci utama dalam memperkuat kerja sama.
“Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pertukaran pelajar dan profesional. Kami berharap pada tahun 2025 akan ada lebih banyak mahasiswa Indonesia yang dapat belajar di Chili dan memahami dinamika ekonomi serta budaya kami,” jelasnya.
Selain itu, peserta juga menanyakan tantangan yang dapat melemahkan hubungan bilateral Chili-Indonesia di masa depan. Ambassador Artaza menekankan bahwa pengetahuan dan komunikasi merupakan faktor utama dalam menjaga stabilitas hubungan diplomatik. Ia juga menyoroti kerja sama dalam isu-isu global, seperti konflik di Gaza, serta peran Indonesia sebagai mitra strategis Chili di kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga: KKN PMD Unram Dorong Pemberdayaan Masyarakat Lewat Inovasi Abon Ikan Nila di Desa Sigerongan
Di bidang militer, Chili juga merencanakan kolaborasi lebih lanjut dengan Indonesia. Salah satu agenda penting adalah kedatangan kapal pelatihan Chili, Esmeralda, ke Indonesia pada Juli mendatang. Selain itu, tantangan bahasa juga menjadi perhatian utama dalam hubungan bilateral. Chili mengakui masih memiliki kendala dalam kemampuan bahasa Inggris masyarakatnya, dan ia menekankan pentingnya bahasa Inggris sebagai jembatan komunikasi dalam pendidikan dan bisnis internasional.
Dengan suksesnya acara Diplotalk ini, FPCI USU telah berhasil menciptakan platform diskusi yang produktif bagi mahasiswa dan praktisi hubungan internasional. Berbagai wawasan yang didapat dari diskusi ini diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Chili dalam berbagai sektor, termasuk perdagangan, pendidikan, energi terbarukan, dan diplomasi.
Sebagai komunitas yang berkomitmen untuk meningkatkan pemahaman mengenai isu-isu global, FPCI USU berencana untuk terus mengadakan diskusi yang melibatkan tokoh-tokoh penting di dunia diplomasi. Harapannya, forum-forum seperti Diplotalk ini dapat menjadi wadah bagi generasi muda Indonesia untuk lebih aktif dalam memahami dan berkontribusi terhadap kebijakan luar negeri negara mereka.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





