Apakah gizi anak Indonesia sudah benar-benar terpenuhi? Pertanyaan ini layak diajukan ketika masih banyak anak berangkat ke sekolah tanpa sarapan bergizi. Bayangkan, bagaimana mereka bisa belajar dan berkembang dengan optimal bila perut kosong menjadi teman pagi hari? Apakah kita rela generasi penerus bangsa tumbuh dalam kekurangan yang mengekang masa depannya?
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hadir sebagai langkah strategis pemerintah Indonesia untuk menjawab persoalan klasik ini. Program ini bertujuan meningkatkan status gizi masyarakat, terutama anak-anak dan kelompok rentan, dengan menyediakan makanan bergizi setiap hari.
Implementasinya dilakukan bertahap di seluruh jenjang pendidikan dari PAUD hingga SMA/sederajat serta menyasar balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Tujuan utama MBG jelas: memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan asupan gizi seimbang selama masa pertumbuhan. Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia dapat meningkat secara menyeluruh.
Gagasan ini berangkat dari keprihatinan terhadap tingginya angka stunting di Indonesia. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang. Dampaknya tak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga pada perkembangan kognitif, kemampuan belajar, serta produktivitas anak di masa depan.
Menurut data World Health Organization (WHO), prevalensi stunting nasional pada 2023 mencapai 21,5 persen. Meski menurun menjadi 19,8 persen pada 2024, angka itu masih jauh dari target nasional 14 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa masalah gizi di Indonesia masih serius, terutama di kalangan anak-anak dari keluarga dengan ekonomi terbatas.
Program MBG dirancang untuk menyalurkan makanan bergizi satu kali sehari, memenuhi sekitar sepertiga kebutuhan gizi harian anak. Bagi jenjang PAUD dan SD, makanan disajikan pada pagi hari sebagai sarapan; sementara bagi SMP dan SMA, disediakan pada siang hari sebagai makan siang. Menu disusun dengan prinsip “empat sehat lima sempurna”, mencakup makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, dan kadang susu sebagai pelengkap.
Sasaran utama MBG meliputi anak usia dini hingga sekolah menengah, yang tengah berada dalam fase penting pertumbuhan tubuh dan otak. Selain itu, program juga menyentuh anak di bawah lima tahun, ibu hamil, serta ibu menyusui.
Bagi ibu hamil, asupan gizi yang baik melalui MBG diharapkan dapat mendukung pertumbuhan janin dan mencegah malnutrisi. Sementara bagi ibu menyusui, kecukupan gizi sangat penting untuk produksi ASI yang berkualitas demi pertumbuhan bayi yang sehat.
Namun manfaat MBG tak berhenti pada aspek gizi semata. Program ini memiliki efek ganda terhadap sektor ekonomi lokal. Dengan memanfaatkan bahan pangan dari petani daerah, MBG membantu memperkuat rantai pasok domestik sekaligus membuka peluang kerja baru di bidang penyediaan makanan. Di sisi lain, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program ini juga memperkuat rasa gotong royong dan tanggung jawab sosial terhadap pemenuhan gizi anak bangsa.
Dari perspektif jangka panjang, MBG bisa menjadi fondasi bagi kemajuan bangsa. Anak-anak yang tumbuh dengan gizi cukup akan memiliki tingkat kecerdasan, kesehatan, dan produktivitas yang lebih tinggi. Ini bukan sekadar tentang makanan, tetapi tentang investasi masa depan. Ketika kualitas sumber daya manusia meningkat, daya saing nasional pun akan ikut terangkat.
Namun keberhasilan program ini sangat bergantung pada konsistensi pelaksanaan. Pemerintah perlu memastikan bahwa distribusi makanan dilakukan merata, transparan, dan sesuai standar gizi. Evaluasi berkala juga penting agar MBG tidak hanya menjadi program seremonial, tetapi benar-benar menghadirkan perubahan nyata di lapangan.
Di tengah tantangan ekonomi dan sosial yang kompleks, MBG adalah secercah harapan bagi masa depan Indonesia. Keadilan gizi berarti keadilan kesempatan bagi setiap anak untuk tumbuh, belajar, dan berkontribusi.
Program ini menegaskan bahwa membangun bangsa tidak selalu dimulai dari gedung tinggi atau teknologi mutakhir, melainkan dari sesuatu yang lebih mendasar: sepinggan makanan bergizi di meja anak-anak Indonesia.