Inovasi Kreatif Mahasiswa KKN: Sabun Herbal dari Salak, Produk Lokal yang Bernilai Ekonomi

Dokumentasi bersama setelah pembuatan Sabun Salak bersama Ibu-ibu KWT. (doc. KKN Padepokan 46 UST)
Dokumentasi bersama setelah pembuatan Sabun Salak bersama Ibu-ibu KWT. (doc. KKN Padepokan 46 UST)

Magelang, Krajan.id – Salak selama ini dikenal luas sebagai buah khas dari Magelang, khususnya Kecamatan Srumbung yang menjadi salah satu sentra utama penghasil salak pondoh. Namun, siapa sangka buah dengan kulit bersisik ini kini bisa bertransformasi menjadi produk kesehatan bernilai tinggi berupa sabun herbal.

Inovasi tersebut lahir dari ide kreatif mahasiswa KKN Padepokan 46 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) yang melaksanakan program pengabdian masyarakat di Dusun Tegalancar, Srumbung, Magelang.

Bacaan Lainnya

Inisiatif ini lahir dari keprihatinan terhadap hasil panen salak yang kerap melimpah namun tidak semuanya terserap pasar. Buah dengan kualitas grade rendah sering kali bernilai jual rendah, bahkan terbuang percuma.

Padahal, kandungan gizi dan senyawa alami dalam salak tetap tinggi, baik daging, kulit, maupun bijinya. Dari sinilah muncul ide untuk mengolah salak menjadi sabun herbal yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Kabupaten Magelang menduduki peringkat kedua sebagai penghasil salak terbesar di Jawa Tengah. Data tahun 2019 menunjukkan bahwa Kecamatan Srumbung menyumbang 82,5 persen dari total produksi salak di wilayah tersebut. Kondisi ini membuktikan bahwa salak bukan hanya sekadar identitas daerah, tetapi juga komoditas unggulan yang menopang perekonomian masyarakat.

Namun, persoalan klasik berupa menumpuknya buah grade rendah masih menjadi tantangan tersendiri. “Kami ingin membantu masyarakat menemukan alternatif agar salak tidak hanya berhenti di pasar konsumsi, tetapi juga bisa dikembangkan menjadi produk turunan yang bernilai tambah,” ungkap salah satu mahasiswa KKN saat ditemui tim media.

Dengan kandungan tanin, vitamin, dan antioksidan yang melimpah, buah salak ternyata menyimpan potensi besar untuk diolah menjadi produk perawatan kulit. Zat-zat tersebut bermanfaat sebagai pembersih alami, eksfoliasi, sekaligus pelembut kulit.

Proses pembuatan sabun herbal berbahan dasar salak dilakukan dengan metode eksperimen sederhana. Mahasiswa bersama warga Dusun Tegalancar melakukan serangkaian tahapan, mulai dari observasi bahan, perencanaan, hingga praktik langsung.

Bahan utama yang digunakan adalah buah salak, minyak kelapa, larutan NaOH, serta tambahan minyak esensial. Proses pembuatan dimulai dari menghaluskan buah salak, mencampurnya dengan larutan alkali dan minyak nabati, lalu diaduk hingga mengental. Setelah dituangkan ke cetakan, sabun didiamkan selama 24 jam sebelum akhirnya dikeringkan dalam waktu 2 hingga 4 minggu.

“Prosesnya memang membutuhkan ketelitian, tetapi relatif mudah dilakukan. Kami ingin masyarakat melihat bahwa salak bukan hanya untuk dimakan, tapi bisa dikreasikan menjadi produk alami yang bermanfaat,” jelas salah seorang anggota KKN.

Sabun herbal dari salak ini menghasilkan warna alami dengan aroma khas yang lembut. Saat diuji coba, sabun memberikan sensasi segar di kulit, teksturnya halus, dan tidak menimbulkan iritasi. Kandungan vitamin C yang tinggi diyakini mampu membantu mencerahkan kulit secara alami.

Program inovatif ini tidak hanya berhenti di laboratorium sederhana, tetapi juga melibatkan kelompok ibu-ibu KWT (Kelompok Wanita Tani). Mereka diajak untuk ikut serta dalam proses pembuatan sabun, mulai dari pengupasan hingga pencetakan. Keterlibatan masyarakat, khususnya perempuan desa, diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian dan keterampilan baru.

“Selama ini kalau panen banyak, buah yang jelek tidak laku dan akhirnya terbuang. Kalau bisa diolah jadi sabun, tentu ini peluang bagus untuk tambahan penghasilan,” ujar salah satu ibu anggota KWT yang ikut serta dalam pelatihan.

Pendekatan partisipatif ini menjadi nilai tambah. Masyarakat tidak hanya menjadi objek, tetapi sekaligus subjek dalam pengembangan produk lokal. Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya melahirkan sabun herbal, melainkan juga menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan.

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa sabun herbal salak memiliki daya tarik komersial. Segmentasi pasar yang dibidik antara lain pecinta produk herbal, wisatawan yang mencari oleh-oleh khas daerah, hingga konsumen urban yang peduli pada produk ramah lingkungan.

Dari sisi pemasaran, sabun salak berpotensi dipasarkan secara offline melalui toko oleh-oleh khas Magelang maupun secara online lewat platform e-commerce. Kemasan ramah lingkungan juga dapat menjadi nilai tambah dalam menarik konsumen.

“Kami berharap inovasi ini bisa terus dikembangkan dan tidak berhenti setelah program KKN selesai. Ke depan, masyarakat bisa membentuk kelompok usaha bersama untuk mengolah salak menjadi produk bernilai jual,” harap salah satu dosen pembimbing lapangan.

Eksperimen kreatif pembuatan sabun herbal dari salak di Dusun Tegalancar membuktikan bahwa kearifan lokal dapat disinergikan dengan pengetahuan ilmiah sederhana. Selain menghasilkan produk kesehatan yang ramah lingkungan, inovasi ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, program ini berhasil menumbuhkan semangat gotong royong, kreativitas, serta kemandirian. Buah salak yang selama ini hanya dipandang sebagai komoditas konsumsi kini naik kelas menjadi produk turunan yang bernilai jual, bahkan berpotensi menjadi ikon oleh-oleh khas Magelang.

Dusun Tegalancar pun semakin dikenal bukan hanya sebagai penghasil salak pondoh, tetapi juga sebagai pelopor inovasi produk berbasis potensi lokal. Dari sebuah eksperimen sederhana, lahirlah harapan besar: masyarakat desa yang lebih mandiri, kreatif, dan berdaya saing melalui produk herbal berbahan dasar salak.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *