1Arif Febrorianto H., 2Callista Zada F., 3Chris Sekar N., 4Ferry Prabowo, 5Triya Agus Tiyaningrum, 6Tsabita Nasywa Salsabila, 7Vildha Maya Sabila, 8Yunita Puspita Dewi, 9Yuzril Mahendra Darma Putra
1,2Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126, Jawa Tengah, Indonesia
Pos-el: triyaagust.080804@student.uns.ac.id, nnasywa039@student.uns.ac.id, vildhamayasabila@student.uns.ac.id, yunitapuspitadew@student.uns.ac.id, yuzmahennnn@student.uns.ac.id
Abstrak
Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo memiliki potensi perikanan darat yang belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satunya adalah budidaya belut (Monopterus albus), yang kaya akan nilai gizi dan bernilai ekonomi tinggi. Artikel ini membahas inovasi pengembangan usaha budidaya belut lokal yang diintegrasikan dengan pengolahan produk menjadi frozen food sebagai strategi untuk meningkatkan ekonomi dan gizi masyarakat desa. Kegiatan dilakukan melalui program bina desa yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat secara partisipatif. Dengan pendekatan berbasis potensi lokal dan teknologi sederhana, masyarakat dilatih mulai dari pembuatan kolam, pemeliharaan, hingga pengolahan belut. Produk akhir berupa belut beku siap masak dipasarkan secara digital untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa inovasi ini mampu meningkatkan pendapatan warga, membuka lapangan kerja baru, dan menyediakan pangan bergizi yang tahan lama. Inovasi ini berpotensi direplikasi di wilayah perdesaan lainnya sebagai model pengembangan ekonomi lokal berbasis sumber daya perikanan.
Kata kunci: belut lokal, frozen food, inovasi desa, ekonomi perikanan, gizi masyarakat
PENDAHULUAN
Desa Trangsan, yang terletak di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, merupakan daerah dengan potensi sumber daya alam yang cukup besar, terutama dalam sektor perikanan darat. Salah satu komoditas air tawar yang memiliki prospek tinggi namun belum dimanfaatkan secara optimal adalah belut lokal (Monopterus albus) [1].
Belut memiliki kandungan gizi yang tinggi, kaya akan protein, lemak sehat, zat besi, dan vitamin A, sehingga sangat potensial sebagai alternatif pangan bergizi untuk masyarakat [2]. Sayangnya, hingga kini potensi belut di Desa Trangsan masih belum dimanfaatkan secara maksimal.
Kegiatan budidaya belut masih dilakukan secara tradisional dalam skala kecil, tanpa didukung pengetahuan teknis dan keterampilan pengolahan yang memadai [3]. Akibatnya, pemasaran belut terbatas hanya dalam bentuk mentah, yang memiliki daya tahan rendah dan harga jual yang tidak stabil [4]. Di sisi lain, masyarakat khususnya ibu rumah tangga dan pemuda menunjukkan minat tinggi terhadap pengembangan usaha pangan lokal, namun masih menghadapi hambatan dalam hal pelatihan teknologi pengolahan serta manajemen usaha modern [5].
Untuk menjawab tantangan tersebut, dibutuhkan inovasi dalam bentuk pengembangan budidaya belut terpadu dengan pengolahan menjadi produk olahan beku (frozen food), seperti nugget, bakso, dan abon belut, yang memiliki daya tahan lebih lama, higienis, dan bernilai ekonomi tinggi [6]. Inovasi ini juga sejalan dengan kebutuhan masyarakat modern terhadap produk pangan praktis, sehat, dan mudah disimpan [7].
Program hibah ini hadir sebagai solusi melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dengan mengintegrasikan aspek budidaya, inovasi teknologi pengolahan, dan strategi pemasaran, kegiatan ini diharapkan mampu menciptakan rantai usaha produktif yang tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga menyediakan alternatif sumber protein hewani yang terjangkau [8].
Lebih jauh lagi, inovasi frozen food berbasis belut ini berpotensi mendukung ketahanan pangan lokal dan membuka peluang ekspansi pasar di tingkat lokal maupun regional [9]. Melalui program ini, Desa Trangsan diharapkan mampu menjadi percontohan desa inovatif berbasis perikanan yang mandiri, produktif, dan berdaya saing tinggi dalam mendukung pembangunan berkelanjutan [10].
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan partisipatif berbasis studi kasus yang dilaksanakan dalam bentuk proyek di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Kegiatan dilakukan selama lima bulan dengan melibatkan mahasiswa program studi Matematika FMIPA UNS dan masyarakat desa sebagai mitra utama.
1. Lokasi dan Subjek
Lokasi penelitian adalah Desa Trangsan, yang dipilih berdasarkan ketersediaan sumber daya air dan antusiasme masyarakat terhadap inovasi perikanan. Subjek kegiatan meliputi mahasiswa pelaksana, peternak lokal, dan konsumen.
2. Rangkaian Kegiatan
Metodologi pelaksanaan mencakup tahapan berikut:
- Observasi awal dan perizinan: Melakukan diskusi dan survei lapangan untuk memahami kondisi setempat dan mengamankan dukungan desa.
- Sosialisasi dan pelatihan: Memberikan edukasi kepada warga mengenai manfaat dan teknik budidaya serta pengolahan belut.
- Pembuatan kolam: Menggunakan bahan sederhana seperti terpal, bambu, dan pompa air.
- Budidaya belut: Pemeliharaan dilakukan dengan pakan alami dan suplemen organik untuk menjaga kualitas hasil panen.
- Pengolahan belut: Belut diproses menjadi produk frozen food menggunakan alat marinasi, vacuum sealer, dan dikemas dengan plastik food grade.
- Pemasaran: Produk dijual melalui digital platform untuk memperluas jangkauan pasar.
- Evaluasi dan laporan akhir: Mengevaluasi dampak ekonomi dan sosial kegiatan serta menyusun rekomendasi pengembangan lebih lanjut.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui observasi langsung, wawancara informal dengan masyarakat dan tokoh desa.

4. Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menilai keberhasilan program dalam aspek ekonomi, partisipasi masyarakat, dan potensi pengembangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengembangan usaha budidaya dan pengolahan belut di Desa Trangsan menunjukkan hasil yang positif baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun ketahanan pangan.
Berikut beberapa temuan utama dari program ini:
1. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat
Melalui pelatihan yang dilakukan secara berkala, masyarakat khususnya kelompok ibu rumah tangga dan pemuda menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman
mengenai teknik budidaya belut yang efisien, serta pengolahan belut menjadi produk olahan beku. Sebelumnya masyarakat hanya mengetahui metode tangkap tradisional dan menjual belut dalam kondisi mentah. Kini mereka mampu memproduksi nugget, bakso, dan abon belut dengan standar kebersihan dan pengemasan yang layak jual.

2. Efisiensi Produksi dan Teknologi Tepat Guna
Pembuatan kolam budidaya dari bahan sederhana seperti terpal dan bambu terbukti efektif dan terjangkau. Selain itu, penggunaan alat marinasi, vaccum sealer, dan freezer untuk pengolahan frozen food meningkatkan daya tahan produk hingga 3 bulan tanpa kehilangan nilai gizi. Teknologi sederhana ini mudah dioperasikan oleh warga desa dan sesuai dengan kapasitas ekonomi lokal.
3. Dampak Ekonomi
Usaha ini berhasil meningkatkan pendapatan keluarga mitra. Beberapa rumah tangga bahkan mulai memproduksi secara rutin untuk dijual ke pasar lokal dan melalui media sosial. Penjualan melalui digital platform seperti WhatsApp, Instagram, dan marketplace lokal memperluas jangkauan konsumen.
4. Kemandirian dan Partisipasi Warga
Antusiasme warga sangat tinggi, terlihat dari partisipasi aktif dalam setiap tahap kegiatan, mulai dari pembangunan kolam hingga pengemasan produk. Semangat gotong royong juga muncul dalam bentuk pembentukan kelompok usaha bersama, yang bertujuan untuk mengelola produksi dan pemasaran secara kolektif.

5. Aspek Gizi dan Ketahanan Pangan
Produk olahan belut yang dihasilkan memiliki kandungan gizi tinggi, khususnya protein hewani, yang penting bagi pertumbuhan anak dan kesehatan keluarga. Produk ini menjadi alternatif lauk bergizi yang praktis dan ekonomis, sekaligus memperkuat ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

6. Tantangan dan Kendala
Beberapa tantangan masih dihadapi, seperti keterbatasan akses ke mesin pembeku berskala besar dan perizinan usaha makanan olahan. Namun, solusi jangka pendek berupa peminjaman alat antar mitra dan pendampingan legalitas usaha sedang diupayakan. Selain itu, peningkatan kapasitas dalam bidang pemasaran digital masih dibutuhkan untuk ekspansi yang lebih luas.
KESIMPULAN
Inovasi budidaya dan pengolahan belut lokal menjadi frozen food di Desa Trangsan membuktikan bahwa pendekatan berbasis potensi lokal, teknologi sederhana, dan partisipasi masyarakat dapat mendorong peningkatan ekonomi dan gizi secara signifikan. Program ini telah berhasil mentransformasi sumber daya perikanan yang sebelumnya kurang dimanfaatkan menjadi produk bernilai tambah tinggi yang diminati pasar. Selain meningkatkan pendapatan dan membuka peluang kerja, kegiatan ini juga memperkuat ketahanan pangan keluarga melalui penyediaan makanan bergizi dan tahan lama. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa inovasi serupa sangat mungkin direplikasi di desa-desa lain di Indonesia sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi perdesaan berbasis sumber daya lokal yang berkelanjutan.
DAFTAR RUJUKAN
- Ariani, D., & Wahyuni, S. (2021). Strategi Pengembangan UMKM Berbasis Inovasi Produk Pangan Lokal. Bandung: Alfabeta.
- Dewi, R. S. (2018). Diversifikasi Produk Pangan: Peluang dan Tantangan dalam Industri Makanan Olahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- Effendi, H. (2003). Budidaya Belut Secara Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya.
- FAO. (2020). The State of World Fisheries and Aquaculture 2020: Sustainability in Action. Rome: FAO.
- Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management (15th ed.). Pearson Education.
- Mubyarto. (1989). Ekonomi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: BPFE UGM.
- Nuraini, H., & Supriyadi. (2018). Pengembangan produk olahan ikan lokal menjadi frozen food. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, 11(2), 89–98.
- SNI 01-2736.1-2006. (2006). Produk Olahan Beku – Bagian 1: Umum. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
- Tumewu, F. J., & Rorong, V. (2022). Analysis of break even point and return on investment on MSMEs performance in food industry in Indonesia. Journal of Business and Management Research, 5(3), 123–135.
- Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.





