Jungkare, Krajan.id – Masalah hama menjadi tantangan utama dalam dunia pertanian, terutama bagi petani kecil yang bergantung pada hasil panen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menjawab persoalan tersebut, Muhammad Auzir, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta dari Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi, menghadirkan inovasi pestisida nabati yang ramah lingkungan.
Lewat program kerja individu bertajuk “Pestisida Organik Solusi Tani Hijau dan Berkelanjutan: Pelatihan Pembuatan Pestisida Jenis Rodentisida dan Insektisida Nabati”, Auzir bekerja sama dengan Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Jungkare, Kecamatan Karanganom.
Kegiatan ini berupa sosialisasi sekaligus demonstrasi pembuatan pestisida nabati dari kombinasi daun pepaya dan buah bintaro, yang diformulasikan menjadi insektisida dan rodentisida alami.
Acara yang berlangsung pada (6/8/2025) di RT 11 Desa Jungkare ini dimulai dengan presentasi observasi jenis hama yang paling sering merugikan warga. Dilanjutkan dengan pemaparan teknis pembuatan pestisida, sesi tanya jawab, praktik langsung pembuatan, hingga uji coba aplikasi pestisida di lapangan. Selain itu, masyarakat juga diberi pemahaman mengenai bahaya penggunaan pestisida kimia yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan tubuh.

Menurut Auzir, insektisida berbahan daun pepaya, sereh, dan lengkuas terbukti efektif untuk mengendalikan hama pada tanaman cabai dan tomat. “Racikan ini menggunakan dosis rendah sehingga tidak berbahaya jika terhirup dalam jumlah kecil, serta lebih aman bagi lingkungan karena sifatnya yang mudah terurai,” jelasnya.
Secara ilmiah, daun pepaya mengandung senyawa flavonoid yang dapat menghambat aktivitas makan serangga. Sereh mengandung minyak atsiri yang mengganggu sistem penciuman hama, sementara lengkuas memiliki alpinol yang menyebabkan peradangan pada serangga. Kombinasi alami ini membuat pestisida menjadi ampuh sekaligus ramah lingkungan.
Sementara itu, untuk mengatasi hama tikus, mahasiswa UNISRI tersebut memperkenalkan rodentisida dari buah bintaro. Proses pembuatannya cukup sederhana, yaitu merajang 5 kg buah bintaro lalu dicampur dengan 2 liter air untuk difermentasi selama 2–7 hari.
Hasil fermentasi kemudian digunakan dengan cara disemprotkan pada area yang sering dilalui tikus atau dijadikan umpan. Buah bintaro diketahui mengandung senyawa glikosida, yang dapat melemahkan fungsi jantung tikus sekaligus mengganggu sistem pencernaannya.

Ketua PKK Desa Jungkare mengapresiasi kegiatan ini. “Pestisida daun pepaya sangat ampuh dalam membasmi serangga. Setelah diaplikasikan, semut mati hanya dalam waktu 15 detik. Inovasi ini jelas bermanfaat untuk mengurangi serangan hama di sekitar rumah warga,” ujarnya.
Harapan serupa juga disampaikan oleh ketua pelaksana kegiatan. “Dengan adanya materi ini kami berharap masyarakat mendapat tambahan informasi sekaligus ilmu praktis dalam penanganan hama secara efektif dan ramah lingkungan,” katanya.
Melalui pelatihan tersebut, warga kini tidak hanya lebih memahami pentingnya penggunaan pestisida nabati, tetapi juga memiliki keterampilan baru untuk memproduksi sendiri atau bahkan mengembangkannya menjadi produk pertanian bernilai ekonomi.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





