Inovasi Rasa Cokelat Keceprek dari Desa Dahu Hasil Kolaborasi Mahasiswa KKM 30 UNIBA dan UMKM Lokal

Mahasiswa KKM 30 UNIBA dan UMKM Lokal saat berinovasi membuat inovasi Keceprek rasa coklat. (doc. KKM 30 UNIBA)
Mahasiswa KKM 30 UNIBA dan UMKM Lokal saat berinovasi membuat inovasi Keceprek rasa coklat. (doc. KKM 30 UNIBA)

Desa Dahu, Krajan.id – Inovasi kreatif kembali lahir dari program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Bina Bangsa (UNIBA). Kali ini, mahasiswa dari Kelompok 30 menggandeng pelaku UMKM lokal, Ibu Wati, pemilik usaha “Keceprek dan Emping”, dalam pengembangan varian rasa baru yang unik dan menarik: keceprek rasa cokelat. Kegiatan kolaboratif ini berlangsung di Desa Dahu, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang, pada 30 Juli 2025.

Dalam keterangannya, Dosen Pembimbing Lapangan, Bapak Mohamad Ikrom Arasid, M.Ipol, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap langkah inovatif mahasiswa bimbingannya. Menurutnya, ide pengembangan produk emping melinjo dengan varian rasa manis seperti cokelat tidak hanya menjadi terobosan kreatif, tetapi juga memiliki potensi besar dalam memperluas pasar produk lokal, terutama untuk menjangkau generasi muda.

Bacaan Lainnya

“Emping melinjo kini bisa dikreasikan menjadi produk yang lebih variatif, menarik, dan bernilai jual tinggi. Inovasi seperti varian cokelat ini sangat mungkin membuka pasar baru. Harapannya, ini tidak hanya meningkatkan ekonomi warga, tapi juga membantu melestarikan makanan tradisional dengan pendekatan yang relevan terhadap perkembangan zaman,” ujar Ikrom.

Sementara itu, Ibu Wati, pemilik usaha yang telah lama dikenal masyarakat sekitar sebagai produsen emping dan keceprek, menyambut baik kehadiran mahasiswa KKM. Ia mengaku senang bisa menjadi bagian dari upaya inovasi produk bersama kalangan akademisi.

“Sebaiknya dicoba semua metode yang mahasiswa rencanakan, begitu juga metode yang saya sarankan. Ini kesempatan bagus agar produk kami lebih variatif dan diterima pasar lebih luas,” ungkap Ibu Wati.

Dalam pengembangan varian keceprek cokelat ini, mahasiswa KKM mengajukan dua metode olahan berbeda untuk mengeksplorasi karakter rasa dan tekstur keceprek yang lebih beragam.

Metode Pertama: Mahasiswa mencairkan cokelat terlebih dahulu di dalam minyak panas. Setelah keceprek digoreng dan ditiriskan, ia disangrai dalam lelehan cokelat panas. Hasil akhirnya adalah keceprek dengan lapisan cokelat lumer dan rasa manis merata, namun tetap mempertahankan kerenyahan khas emping.

Metode Kedua: Proses ini melibatkan pencampuran cokelat dan gula dalam minyak panas. Setelah mencair dan mengental, keceprek matang dimasukkan lalu diaduk hingga cokelat menyelimuti seluruh permukaan. Metode ini menghasilkan tekstur keceprek yang lebih lembut, dengan rasa manis khas cokelat yang menyerupai bubuk.

Baca Juga: Mahasiswa KKM 30 UNIBA Edukasi Warga Desa Dahu tentang Pentingnya Lubang Biopori

Dari hasil uji coba kedua metode tersebut, mahasiswa menemukan bahwa masing-masing varian memiliki keunikan tersendiri. Salah satu mempertahankan sensasi renyah yang memikat, sementara lainnya memberikan sentuhan lembut dan lumer di mulut yang lebih modern dan menarik bagi lidah anak-anak hingga remaja.

Adapun proses produksi varian keceprek cokelat ini cukup sederhana dan bisa diaplikasikan oleh pelaku UMKM lainnya. Proses dimulai dengan memanaskan dua gelas air dan menambahkan satu gelas gula.

Setelah gula mencair, ditambahkan 150 gram cokelat dan sedikit garam sebagai penyeimbang rasa. Di sisi lain, keceprek ori digoreng setengah matang, lalu disiram bumbu cokelat hingga merata. Terakhir, adonan didiamkan dan dikipas agar cokelat mengeras dan tidak lengket.

Mahasiswa KKM tak hanya memberikan ide, namun juga turut aktif dalam implementasi langsung, termasuk melakukan sesi uji coba rasa, pengemasan, hingga pemasaran sederhana melalui media sosial dan jaringan lokal desa.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara mahasiswa dan pelaku UMKM dapat menciptakan inovasi yang relevan dengan tren pasar. Dengan mengangkat cita rasa lokal namun menyentuh preferensi modern, produk keceprek rasa cokelat ini berpotensi menjadi oleh-oleh khas baru dari Desa Dahu.

“Kolaborasi ini sangat bermanfaat. Saya jadi punya ide baru untuk pengembangan produk, dan anak-anak muda seperti mahasiswa KKM ini membawa semangat baru untuk usaha kami,” tambah Ibu Wati antusias.

Baca Juga: Mahasiswi FK UNS Menjadi Inspirasi Lewat Poster Edukasi Kanker Darah yang Raih Juara 1 di Ajang Nasional

Ke depan, produk ini akan terus dikembangkan dengan berbagai varian rasa lainnya, termasuk rasa keju, pedas manis, dan balado. Mahasiswa berharap, keberlanjutan inovasi ini dapat ditindaklanjuti oleh UMKM setempat dengan dukungan dari pemerintah desa dan dinas terkait, agar mampu menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan hingga luar daerah.

Kisah inovasi keceprek cokelat dari Desa Dahu bukan hanya soal pengembangan rasa, melainkan simbol dari pentingnya kolaborasi antara dunia pendidikan dan dunia usaha. Dari tangan kreatif mahasiswa dan semangat pelaku UMKM, produk tradisional bisa bertransformasi menjadi sajian modern yang tetap berakar pada kekayaan lokal.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

    Pos terkait

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *