Kesalahan Umum yang Bikin Pengajuan Sertifikasi Halal Ditolak

Sumber: pexels.com
Sumber: pexels.com

Sertifikasi Halal adalah paspor menuju pasar konsumen Muslim global yang masif, seringkali bernilai triliunan dolar. Bagi pelaku usaha, mendapatkan logo Halal bukan sekadar formalitas agama, tetapi sebuah investasi strategis yang membangun kepercayaan dan kredibilitas merek.

Namun, proses pengajuan yang ketat seringkali menjadi hambatan. Banyak pengajuan yang ditolak atau mengalami penundaan panjang karena kesalahan yang sebenarnya umum dan bisa dihindari. Memahami titik-titik kritis ini adalah kunci untuk memastikan proses sertifikasi berjalan lancar dan sukses.

Bacaan Lainnya

Kesalahan Fatal di Tahap Dokumentasi dan Administrasi

Tahap pengajuan dokumen adalah gerbang pertama dalam proses sertifikasi. Kesalahan pada tahap ini seringkali mengakibatkan pengajuan ditolak bahkan sebelum audit lapangan dilakukan.

Dokumen Tidak Lengkap atau Tidak Sah

Kesalahan paling mendasar adalah kegagalan melengkapi seluruh persyaratan dokumen yang diminta oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) atau Lembaga Pemeriksa Halal (LPH).

Dokumen ini mencakup mulai dari izin usaha, peta lokasi pabrik, hingga diagram alir produksi. Apabila ada satu dokumen yang hilang, kadaluarsa, atau tidak disahkan secara resmi, seluruh proses akan langsung terhenti. Kelengkapan dan validitas administrasi adalah non-negosiable.

Deskripsi Produk yang Tidak Akurat

Pelaku usaha seringkali melakukan kesalahan dalam mendeskripsikan produk mereka. Ketidakakuratan ini bisa berupa perbedaan antara nama produk yang didaftarkan dengan nama yang tertera di kemasan, atau tidak mencantumkan semua varian produk yang diproduksi di fasilitas yang sama.

Deskripsi yang tidak jelas dan tidak konsisten menimbulkan keraguan pada auditor dan menjadi alasan kuat untuk penolakan permohonan.

Ketidaksesuaian Sistem Jaminan Halal (SJH)

Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah mekanisme internal perusahaan untuk menjamin kepatuhan halal secara berkelanjutan. Banyak perusahaan gagal karena tidak memiliki atau tidak mendokumentasikan SJH yang memadai.

SJH harus mencakup prosedur tertulis yang jelas mengenai audit internal, pelatihan staf, dan penanganan ketidaksesuaian. Tanpa bukti komitmen internal ini, otoritas halal akan menganggap bahwa kepatuhan hanya bersifat sementara dan tidak berkelanjutan.

Masalah Kritis pada Bahan Baku dan Rantai Pasok

Inti dari sertifikasi halal adalah kemurnian bahan baku. Kesalahan pada sourcing ingredients adalah penyebab penolakan yang paling sulit diperbaiki.

Klaim Halal Tanpa Bukti Valid

Banyak perusahaan menggunakan bahan baku yang mereka klaim halal hanya berdasarkan informasi lisan atau asumsi dari pemasok. Dalam proses sertifikasi, klaim tersebut tidak sah.

Setiap bahan baku yang berasal dari sumber berisiko tinggi harus disertai Sertifikat Halal (SH) yang dikeluarkan oleh lembaga yang diakui oleh otoritas di negara pengaju. Kegagalan menyediakan SH yang diakui akan membuat produk tersebut ditolak.

Penggunaan Bahan Krusial Berisiko Tinggi

Bahan-bahan seperti gelatin, enzim, perisa (flavor), atau emulsifier merupakan titik kritis. Bahan-bahan ini seringkali dapat berasal dari sumber hewani atau nabati.

Jika produsen tidak dapat memastikan bahwa bahan-bahan krusial tersebut berasal dari sumber nabati atau hewani yang disembelih secara halal, maka bahan tersebut akan langsung dianggap haram (terlarang) atau syubhah (meragukan), yang berujung pada penolakan.

Kegagalan Ketertelusuran (Traceability)

Bisnis harus mampu menunjukkan rantai pasok yang jelas dan tidak terputus (end-to-end traceability). Auditor akan meminta bukti ketertelusuran hingga ke hulu (produsen awal bahan baku krusial).

Jika bisnis tidak dapat melacak asal usul bahan atau beralih-alih pemasok tanpa memperbarui dokumen, rantai pasok dianggap terputus dan berisiko kontaminasi, yang mengakibatkan penolakan.

Kegagalan Audit di Area Produksi (Cross-Contamination)

Bahkan jika dokumentasi dan bahan baku sudah sempurna, audit lapangan dapat menjadi penentu akhir. Kegagalan di dapur atau pabrik seringkali terkait dengan praktik operasional.

Kontaminasi Silang (Cross-Contamination)

Ini adalah penyebab penolakan nomor satu di fasilitas produksi. Kontaminasi silang terjadi ketika peralatan, jalur produksi, atau bahkan area penyimpanan yang digunakan untuk bahan/produk non-halal bersentuhan dengan produk halal. Misalnya, menggunakan pisau atau timbangan yang sama tanpa proses pencucian yang benar.

Prosedur Pencucian yang Tidak Sesuai Syariah

Jika terjadi kontaminasi dengan najis berat (seperti babi), prosedur pencucian yang digunakan harus sesuai dengan tata cara syariah. Pencucian biasa tidak akan diterima. Kegagalan melatih staf mengenai tata cara pensucian (sertu) yang benar akan menyebabkan fasilitas dianggap tidak memenuhi syarat.

Kurangnya Komitmen dan Pelatihan Staf

Sertifikasi halal memerlukan implementasi di lapangan. Kegagalan terbesar adalah ketika staf operasional tidak memahami prosedur Halal yang ditetapkan dalam SJH. Auditor akan menguji pemahaman staf.

Jika staf gagal menunjukkan komitmen, misalnya dengan tidak memisahkan bahan atau tidak mematuhi jadwal kebersihan, maka sistem manajemen halal perusahaan dianggap gagal.

Peran Konsultasi dan Audit Internal

Untuk meminimalkan risiko penolakan, pelaku usaha perlu melihat proses sertifikasi sebagai pembangunan sistem, bukan sekadar pengumpulan dokumen. Kunci sukses terletak pada audit internal menyeluruh sebelum pengajuan resmi.

Dengan melibatkan konsultan yang berpengalaman, perusahaan dapat mengidentifikasi kelemahan dalam rantai pasok (bahan baku berisiko) dan operasional (potensi kontaminasi) yang mungkin terlewatkan.

Membangun komitmen internal melalui pelatihan staf dan sistem dokumentasi yang kuat adalah investasi terbaik untuk mendapatkan persetujuan halal yang berkelanjutan.

Untuk mendukung semua proses ini, Halal Practitioner memiliki solusi yang dapat membantu pelaku usaha dalam memperoleh sertifikasi halal melalui konsultasi dan program pelatihan kepatuhan halal yang tentunya akan memberikan kontribusi besar terhadap proses tersebut.

Sertifikasi halal adalah komitmen jangka panjang terhadap integritas dan kualitas. Dengan mengatasi kesalahan-kesalahan umum ini pada akarnya, bisnis Anda tidak hanya akan mendapatkan sertifikat, tetapi juga kepercayaan abadi dari miliaran konsumen di seluruh dunia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *