KKN 75 UNS Wujudkan Desa Karangturi sebagai Kampung Iklim Mandiri

Demonstrasi penggunaan komposter dan biopori kepada PKK Desa Karangturi. (doc. KKN 75 UNS)
Demonstrasi penggunaan komposter dan biopori kepada PKK Desa Karangturi. (doc. KKN 75 UNS)

Desa Karangturi, Krajan.id – Desa Karangturi, Kecamatan Gondangrejo, menjadi bukti nyata bagaimana keterlibatan masyarakat dan mahasiswa dapat berkolaborasi menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan. Melalui program KKN 75 Universitas Sebelas Maret (UNS) yang mengusung tema Program Kampung Iklim (Proklim), mahasiswa berhasil menggagas beragam inovasi yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, mulai dari pembuatan biopori, komposter, pemanfaatan jelantah sebagai sabun, hingga budidaya lele dalam ember.

Ketua KKN 75 UNS, Rhea Khansa Amanda, mahasiswa Agroteknologi, menjelaskan bahwa keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan penuh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Ibu Dr. Ir. Retno Setyowati, M.S., dosen Program Studi Penyuluh dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian UNS.

Bacaan Lainnya

“Beliau selalu memberi arahan dan apresiasi, bahkan dua kali hadir langsung ke Karangturi, yakni pada 20 Juli dan 21 Agustus 2025, untuk memantau jalannya program,” ungkap Rhea.

Pemilihan Desa Karangturi sebagai lokasi KKN bukan tanpa alasan. Sejak 2022, desa ini telah ditetapkan sebagai lokasi Proklim, berkat inisiatif masyarakat yang mengembangkan berbagai program ramah lingkungan seperti bank sampah, Kelompok Wanita Tani (KWT), budidaya magot, hingga ecoprint. Inisiatif ini kemudian diperkuat oleh mahasiswa KKN UNS yang hadir membawa pendekatan ilmiah sekaligus pendampingan lapangan.

Menurut Rhea, program Proklim di Karangturi hadir sebagai upaya adaptasi sekaligus mitigasi perubahan iklim di tingkat desa.

“Kami melihat potensi yang besar di Karangturi. Warga sudah memulai langkah baik, dan kami berusaha menambahkan inovasi serta sistem yang lebih terstruktur agar program lebih berkelanjutan,” tambah Rhea.

Salah satu fokus utama KKN 75 UNS adalah memperkenalkan solusi sederhana namun berdampak besar pada pengelolaan sampah rumah tangga. Biopori dan komposter, misalnya, tidak hanya berfungsi mengurangi sampah organik, tetapi juga menghasilkan pupuk kompos yang bermanfaat untuk kebun warga. Biopori bahkan berfungsi ganda sebagai area resapan air, sehingga membantu mengurangi potensi banjir saat musim hujan.

Tak kalah menarik, mahasiswa juga mengenalkan inovasi pemanfaatan minyak jelantah menjadi sabun.

“Dengan cara ini, limbah rumah tangga tidak hanya berkurang, tetapi juga bisa dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan sehari-hari,” jelas Ririn Wulandari, Humas KKN sekaligus mahasiswa Agroteknologi.

Budidaya lele dalam ember (budikdamber) juga menjadi program yang mendapat perhatian besar. Program ini tidak hanya menambah sumber protein bagi keluarga, tetapi juga menjadi alternatif usaha kecil. Distribusi dilakukan melalui KWT Srikandi yang kemudian menyalurkannya ke warga, sehingga kebermanfaatannya lebih merata.

Momen penting dalam rangkaian program KKN ini terjadi pada (4/8/2025), ketika dilakukan verifikasi final Proklim secara daring di Balai Desa Karangturi. Acara ini melibatkan perangkat desa, mahasiswa KKN, DPL, serta perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Proses Verifikasi Proklim Desa Karangturi bersama DLH dan KLH. (doc. KKN 75 UNS)
Proses Verifikasi Proklim Desa Karangturi bersama DLH dan KLH. (doc. KKN 75 UNS)

Acara verifikasi turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting desa, seperti Ketua PKK, Ketua KWT Srikandi, Ketua Bank Sampah Karangturi Berseri, Ketua Gapoktan, serta para pengelola eco-turi, magot, dan pencacahan sampah plastik. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa Proklim bukan sekadar agenda mahasiswa, melainkan gerakan kolektif desa.

Dalam pelaksanaan program, mahasiswa memilih lokasi-lokasi strategis agar dampak bisa dirasakan maksimal. Papan edukasi sampah plastik dipasang di sekolah-sekolah dan balai desa, tempat berkumpulnya warga. Tong sampah hasil karya mahasiswa disebar ke pos ronda untuk mendukung kebersihan lingkungan.

Untuk proker biopori dan komposter, distribusi dilakukan kepada warga yang memiliki lahan tergenang atau kebun, bekerja sama dengan PKK dan KWT. Sementara kandang magot diberikan kepada KWT Srikandi, diharapkan menjadi sarana pemberdayaan dalam mengelola sampah organik rumah tangga.

Pemerintah Desa Karangturi menyambut antusias setiap program yang dijalankan mahasiswa. Bahkan, mereka meminta agar pemasangan papan edukasi dan tong sampah diprioritaskan di kantor desa. Banyak warga secara sukarela mendaftarkan diri untuk menerima biopori, komposter, dan budikdamber.

Selain itu, mahasiswa juga membantu pemberdayaan UMKM lokal, salah satunya UMKM Karak Beras Khas Turi. Melalui pendampingan, mahasiswa memperkuat pemasaran dengan memanfaatkan media sosial dan strategi promosi baru.

Meski disambut baik, tidak semua warga langsung terlibat aktif. Sebagian masih perlu diyakinkan mengenai pentingnya Proklim dan dampaknya.

“Kuncinya adalah pembiasaan melalui forum rutin seperti PKK, KWT, dan Gapoktan. Di situlah pemahaman dibangun secara perlahan,” ujar Ririn.

Verifikasi Proklim dinilai penting bukan hanya bagi Karangturi, tetapi juga bagi desa-desa sekitar Karanganyar. Status ini menjadi pengakuan bahwa sebuah desa mampu melakukan adaptasi dan mitigasi iklim secara berkelanjutan. Dampaknya bukan hanya pada lingkungan, tetapi juga pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.

Keberhasilan program KKN 75 UNS tidak berhenti pada berakhirnya masa pengabdian. Antusiasme masyarakat menjadi modal utama keberlanjutan. Tim lokal dari KWT dan PKK telah disiapkan untuk meneruskan inisiatif seperti biopori, komposter, dan budikdamber. Bahkan, tong sampah yang ditempatkan di tiap pos ronda kini dikelola oleh RT setempat.

Sosialisasi dan Demonstrasi Penggunaan Ember Lele di KWT Srikandi Desa Karangturi. (doc. KKN 75 UNS)
Sosialisasi dan Demonstrasi Penggunaan Ember Lele di KWT Srikandi Desa Karangturi. (doc. KKN 75 UNS)

Rhea Khansa Amanda menegaskan bahwa tujuan utama KKN ini bukan sekadar menjalankan kegiatan seremonial, tetapi menciptakan perubahan yang bisa berlanjut.

“Kami berharap masyarakat mengingat KKN 75 UNS bukan hanya sebagai kegiatan mahasiswa, melainkan sebagai gerakan kecil yang membawa dampak nyata bagi lingkungan mereka,” ujarnya.

Kesepuluh proker yang telah dilaksanakan mulai dari biopori, papan edukasi sampah, budikdamber, komposter, pemanfaatan jelantah, kandang magot, sosialisasi PHBS, pendampingan UMKM, distribusi tong sampah, hingga ecobrick menjadi bukti bahwa KKN 75 UNS tidak hanya mendampingi verifikasi Proklim, tetapi juga meninggalkan warisan program yang siap dilanjutkan oleh masyarakat Karangturi.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *