Kolaborasi KKN UMBY 87, DKPP Bantul, dan BPP Imogiri Atasi Masalah Limbah Ternak

Dokumentasi bersama setelah pelaksanaan program bertajuk “Limbah Bukan Musuh, Tapi Tanggung Jawab: Membentuk Budaya Bersih di Masyarakat” di Dusun Sompok, Kabupaten Bantul (28/7/2025). (doc. KKN-PPM 87 UMBY)
Dokumentasi bersama setelah pelaksanaan program bertajuk “Limbah Bukan Musuh, Tapi Tanggung Jawab: Membentuk Budaya Bersih di Masyarakat” di Dusun Sompok, Kabupaten Bantul (28/7/2025). (doc. KKN-PPM 87 UMBY)

Bantul, Krajan.id – Mahasiswa KKN PPM UMBY Kelompok 87 melaksanakan program bertajuk “Limbah Bukan Musuh, Tapi Tanggung Jawab: Membentuk Budaya Bersih di Masyarakat” di Dusun Sompok, Kabupaten Bantul. Kegiatan yang dilaksanakan pada (28/7/2025) ini, berfokus pada penyuluhan dan praktik pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik, bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul serta Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Imogiri.

Ketua KKN PPM 87, Adnan (Psikologi), menjelaskan alasan dipilihnya isu limbah ternak sebagai program utama karena mayoritas warga Dusun Sompok memelihara sapi, kambing, maupun domba. Sayangnya, pengelolaan limbah ternak masih menjadi persoalan serius.

Bacaan Lainnya

“Mayoritas warga memiliki hewan ternak, tetapi di sisi lain mereka masih kesulitan mengelola limbahnya. Limbah yang menumpuk ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan, kebersihan, dan estetika lingkungan. Itu sebabnya kami membantu masyarakat mengolah limbah tersebut menjadi pupuk agar tidak lagi dibuang sembarangan,” jelas Adnan.

Dalam pelaksanaan kegiatan, Adnan dibantu oleh dua Koordinator Program, yakni Calya dan Aan, yang juga berasal dari program studi Psikologi. Mereka berperan dalam merancang teknis program, berkoordinasi dengan lembaga mitra, serta memastikan kegiatan berjalan lancar dari awal hingga akhir.

“Meski kami mayoritas dari Psikologi dan Ekonomi, kami tetap berusaha mencari solusi untuk persoalan limbah ternak ini. Karena itulah kami menjalin kerja sama dengan DKPP Bantul dan BPP Imogiri,” ujar Calya.

Aan menambahkan, kolaborasi tersebut membuat program lebih tepat sasaran. “DKPP menjadi fasilitator, sementara BPP banyak turun langsung ke lapangan bersama warga. Mereka bukan hanya memberi materi, tetapi juga mendampingi praktik pembuatan pupuk organik. Itu sangat membantu kami,” jelasnya.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi kelompok KKN ini adalah minimnya edukasi di kalangan warga terkait pemanfaatan limbah ternak.

“Selama ini masyarakat menganggap limbah ternak hanya kotoran semata. Padahal, jika diolah dengan benar bisa menjadi sumber daya yang mendukung pertanian. Tantangan kami adalah mengubah pola pikir itu,” kata Adnan.

Namun, penyuluhan yang dilakukan mendapatkan respons positif. Warga, khususnya Kelompok Wanita Tani dan Kelompok Tani Dusun Sompok, mengikuti kegiatan dengan antusias.

“Alhamdulillah mereka sangat antusias. Bahkan saat praktik, ada yang langsung mencoba mengaduk limbah ternak. Saat sesi materi, mereka banyak bertanya tentang manfaat pupuk organik ini ke depannya,” imbuh Adnan.

Baca Juga: Dari QRIS hingga Branding, KKN UNS 198 Bantu UMKM Borobudur Masuk Era Digital

Menurut Aan, kegiatan ini tidak hanya bertujuan mengajarkan cara membuat pupuk organik, tetapi juga menumbuhkan semangat gotong royong.

“Proses pembuatan pupuk memerlukan limbah dalam jumlah besar, juga tenaga ekstra. Kalau hanya mengandalkan satu kandang tentu tidak efektif. Dengan gotong royong, masyarakat bisa bekerja sama, dan dari situ ikatan sosial mereka makin kuat,” jelas Aan.

Meski hujan deras sempat mengguyur saat acara berlangsung, antusiasme warga tidak surut. “Kami sempat khawatir warga tidak hadir. Ternyata justru banyak yang datang dan mereka sangat bersemangat mengikuti kegiatan,” kenang Calya.

Adnan melihat Dusun Sompok memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi dusun berwawasan lingkungan. Selain memiliki sumber daya ternak yang cukup banyak, semangat warga juga tinggi.

“Potensinya besar, tapi mereka butuh edukasi berkelanjutan dan dukungan pihak terkait agar pengelolaan sumber daya bisa lebih optimal,” jelasnya.

Kini masyarakat mulai memahami manfaat limbah ternak yang sebelumnya terabaikan. Limbah tersebut ternyata bisa diolah menjadi pupuk yang mendukung kegiatan bertani dan meningkatkan hasil panen.

Baca Juga: KKM 26 UNIBA Cikedal Wujudkan Aksi Nyata Cegah Stunting dan Anemia

Meski masa KKN memiliki keterbatasan waktu, kelompok mahasiswa ini sudah menyiapkan tindak lanjut agar program tetap berjalan.

“Kami berdiskusi dengan pak dukuh untuk memonitor kegiatan warga, termasuk Kelompok Wanita Tani dan Kelompok Tani. Pemateri dari BPP yang dekat dengan masyarakat juga siap hadir dalam perkumpulan kelompok tani sebagai bentuk pendampingan,” tutur Adnan.

Dengan kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat, Dusun Sompok diharapkan bisa menjadi contoh nyata bahwa limbah ternak bukan lagi masalah, melainkan sumber daya yang bermanfaat.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *