Langkah Sistematis ABCD+E, Kunci Sukses Pemberdayaan PKK Watutumpeng

Tim PKM-PM SRIWAT dan Kelompok PKK Dusun Watutumpeng. (doc. Tim PKM-PM SRIWAT)
Tim PKM-PM SRIWAT dan Kelompok PKK Dusun Watutumpeng. (doc. Tim PKM-PM SRIWAT)

Watutumpeng, Krajan.id – Di tengah geliat pembangunan desa yang kerap terhambat oleh keterbatasan sumber daya, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) justru menawarkan pendekatan berbeda.

Melalui program Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) SRIWAT, mereka mengusung metode Asset-Based Community Development plus Evaluation (ABCD+E) sebagai strategi pemberdayaan masyarakat Dusun Watutumpeng, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.

Bacaan Lainnya

Pendekatan ini berangkat dari prinsip sederhana namun mendalam: setiap masyarakat memiliki aset berharga yang bisa dikembangkan. Alih-alih menyoroti kekurangan, tim SRIWAT memilih menggali potensi yang telah ada di lingkungan warga, mulai dari keterampilan memasak hingga hasil pertanian lokal seperti ubi ungu.

“ABCD+E menuntun kami untuk melihat masyarakat bukan sebagai objek pembangunan, tapi sebagai mitra dengan kekuatan dan pengetahuan yang perlu dimaksimalkan,” ujar salah satu anggota tim SRIWAT.

Metode ABCD+E diterapkan melalui lima tahapan sistematis dan partisipatif. Tahap pertama, Discovery, difokuskan pada pemetaan aset lokal. Mahasiswa melakukan observasi dan wawancara dengan warga serta kelompok PKK untuk mengenali potensi ekonomi dan sosial. Dari proses ini, ubi ungu muncul sebagai komoditas unggulan yang berpeluang menjadi basis ekonomi kreatif desa.

Tahap kedua, Dream, menjadi ruang bagi warga untuk merumuskan mimpi bersama. Mereka sepakat menjadikan ubi ungu sebagai ikon ekonomi berkelanjutan Watutumpeng. Tahapan ini bukan sekadar forum wacana, tetapi wadah untuk menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap program.

Tim PKM-PM SRIWAT Berdiskusi Bersama Mitra. (doc. Tim PKM-PM SRIWAT)
Tim PKM-PM SRIWAT Berdiskusi Bersama Mitra. (doc. Tim PKM-PM SRIWAT)

Masuk ke tahap Design, kolaborasi antara mahasiswa dan warga menghasilkan empat program utama. Di antaranya, DISAWAT (Diskusi SRIWAT) sebagai forum tukar gagasan, PANDU (Pelatihan Penanaman Terpadu) yang mengajarkan teknik bercocok tanam di lahan sempit menggunakan sandbag, SINOM (Sosialisasi Identitas Niaga dan Optimasi Marketing) untuk memperkuat kemampuan branding dan pemasaran, serta PAWON UNGU (Pengolahan Ubi Ungu) yang mengajarkan ibu-ibu PKK mengolah ubi ungu menjadi dimsum dan cireng bernilai jual tinggi.

Tahap keempat, Destiny, menjadi momen nyata perubahan. Mahasiswa UM dan warga bersama-sama mengimplementasikan program sambil memastikan setiap anggota PKK terlibat aktif. Hasilnya terlihat jelas: warga semakin terampil, produk olahan meningkat, dan semangat wirausaha tumbuh di kalangan ibu rumah tangga.

Sementara tahap terakhir, Evaluation, dilakukan secara reflektif. Evaluasi tidak berhenti pada hasil akhir, melainkan juga mengukur keberlanjutan dan kemandirian masyarakat setelah program berakhir.

Melalui penerapan metode ABCD+E, Dusun Watutumpeng kini mulai membangun ekosistem ekonomi baru berbasis potensi lokal dikenal sebagai purple loop, yang memadukan kreativitas, kemandirian, dan gotong royong.

Pemberdayaan ala SRIWAT membuktikan bahwa perubahan sosial tidak selalu harus dimulai dari bantuan eksternal. Cukup dengan mengenali dan mengoptimalkan aset yang telah ada, masyarakat desa bisa berdiri di atas kekuatan mereka sendiri.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *