Les Bersama Anak-Anak Desa Butuh, Inovasi KKN UNS 178 Hidupkan Kembali Perpustakaan

Mahasiswa KKN 178 UNS saat melakukan kegiatan les bersama anak-anak Desa Butuh. (doc. KKN 178 UNS)
Mahasiswa KKN 178 UNS saat melakukan kegiatan les bersama anak-anak Desa Butuh. (doc. KKN 178 UNS)

Desa Butuh, Krajan.id – Program les bersama yang diinisiasi oleh Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 178 Universitas Sebelas Maret (UNS) di Desa Butuh, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, membawa angin segar bagi dunia pendidikan desa.

Kegiatan ini tidak hanya memberi pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak-anak, tetapi juga menghidupkan kembali Perpustakaan Desa Sahwahita yang sempat vakum akibat pandemi Covid-19.

Bacaan Lainnya

Les yang dilaksanakan setiap akhir pekan di perpustakaan desa tersebut terbagi berdasarkan jenjang pendidikan dan minat anak. Anak usia taman kanak-kanak diajak menikmati cerita bergambar, siswa SD kelas 1–3 belajar bahasa Inggris dasar, sedangkan siswa kelas 4–6 dikenalkan pada teknologi komputer mulai dari mengetik hingga membuat animasi sederhana.

Koordinator Desa KKN 178 UNS, Bagus Fery Febrianto, menuturkan bahwa pemilihan perpustakaan sebagai pusat kegiatan bukan tanpa alasan.

“Pertimbangannya karena perpustakaan desa Sahwahita memiliki fungsi strategis sebagai pusat literasi dan pembelajaran. Selain itu, fasilitas seperti buku bacaan, meja belajar, serta akses internet lebih memadai dibandingkan jika kegiatan dilakukan di rumah warga atau balai desa,” ungkapnya.

Ia menambahkan, motivasi terbesar tim KKN adalah melihat fasilitas perpustakaan yang kurang dimanfaatkan. Buku-buku yang berdebu, ruang belajar yang sepi, dan anak-anak yang lebih banyak bermain di luar tanpa aktivitas literasi menjadi alasan kuat bagi mahasiswa untuk menghidupkan kembali perpustakaan desa.

Namun, program ini bukan tanpa kendala. Bagus mengakui, tantangan terbesar adalah menyesuaikan metode pembelajaran untuk berbagai jenjang usia.

“Mengajar anak-anak TK dengan pendekatan bermain, sementara siswa kelas atas butuh materi lebih menantang, itu cukup menguras tenaga. Apalagi jumlah peserta bisa mencapai 30 anak dalam satu ruangan, sehingga kondisi belajar kadang belum kondusif,” jelasnya.

Mahasiswa KKN 178 UNS saat mendamping anak-anak Desa Butuh mengoperasikan komputer. (doc. KKN 178 UNS)
Mahasiswa KKN 178 UNS saat mendamping anak-anak Desa Butuh mengoperasikan komputer. (doc. KKN 178 UNS)

Meski begitu, antusiasme anak-anak membuat segala tantangan terbayar. Bahkan, menurut Bagus, banyak anak yang baru pertama kali mencoba mengetik di komputer terlihat sangat bersemangat.

“Mereka penasaran, ingin mencoba berkali-kali. Saat diperkenalkan animasi sederhana, responnya sangat luar biasa,” tambahnya.

Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari para orang tua. Mereka merasa lega karena anak-anak memiliki kegiatan positif di waktu libur.

“Anak saya pulang les cerita dengan antusias. Katanya senang sekali bisa belajar bareng kakak-kakak KKN,” ujar salah satu orang tua. Warga lain menambahkan, “Saya malah senang, jadi anak-anak punya kegiatan pas libur. Apalagi ada les komputer, mereka sangat terbantu karena diajar langsung oleh mahasiswa.”

Menurut rata-rata orang tua, kegiatan ini membuat anak-anak lebih semangat belajar dan tidak hanya menghabiskan waktu bermain. Harapan mereka, kegiatan serupa bisa terus diadakan meskipun mahasiswa KKN sudah selesai menjalankan tugas.

Bu Luluk, Guru SD Negeri Butuh 2, mengakui kegiatan les sangat bermanfaat meskipun masih ada beberapa kendala.

“Kegiatan berjalan lancar dan bermanfaat bagi anak-anak, hanya saja karena peserta cukup banyak, ruang perpustakaan terasa kurang memadai. Saran saya, akses menuju perpustakaan yang berada di lantai 2 sebaiknya dibuat lebih aman agar anak-anak tidak kesulitan,” ungkapnya.

Sementara itu, Nurul Barokah, pengelola Perpustakaan Sahwahita, menilai program ini membawa citra positif bagi desa dan perpustakaan.

“Karena kegiatan ini dapat feedback bagus dari masyarakat, perpustakaan kembali dipercaya sebagai ruang belajar. Orang tua juga senang karena anak-anak punya kesibukan di akhir pekan sekaligus melatih mental mereka. Apalagi les komputer, itu sangat membantu sekali,” tuturnya.

Kepala Desa Butuh, Suharyanto, turut memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif mahasiswa KKN. Menurutnya, program ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan desa.

“Kami menyambut baik inisiatif mahasiswa. Harapan kami, anak-anak Desa Butuh semakin cerdas dan mencintai budaya literasi,” katanya.

Pemerintah desa bahkan menyiapkan fasilitas pendukung seperti jaringan internet dan listrik agar kegiatan berjalan lancar. Selain itu, ada koordinasi dengan karang taruna untuk mendorong keberlanjutan program meski mahasiswa KKN sudah kembali ke kampus.

Dokumentasi bersama mahasiswa KKN 178 UNS dan anak-anak Desa Butuh setelah kegiatan les. (doc. KKN 178 UNS)
Dokumentasi bersama mahasiswa KKN 178 UNS dan anak-anak Desa Butuh setelah kegiatan les. (doc. KKN 178 UNS)

Kolaborasi antara mahasiswa, perangkat desa, guru, pengelola perpustakaan, dan orang tua diharapkan mampu menjaga keberlanjutan program. Lebih dari sekadar kegiatan les, hadirnya kembali perpustakaan sebagai pusat literasi menjadi fondasi penting dalam membangun generasi muda yang cerdas dan melek teknologi.

“Program ini tidak hanya tentang belajar membaca atau menulis. Kami ingin anak-anak berani berpikir kritis, berkolaborasi, dan berani menghadapi dunia digital. Itu adalah bekal masa depan mereka,” pungkas Bagus.

Dengan respon positif dari berbagai pihak, kegiatan les bersama di Desa Butuh bukan hanya menghidupkan kembali Perpustakaan Sahwahita, tetapi juga menumbuhkan optimisme baru bahwa budaya literasi bisa terus bertumbuh, bahkan di desa kecil sekalipun.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *