Limbah Jelantah Disulap Jadi Lilin Aromaterapi, Mahasiswa KKN 121 UNS Dorong Kesadaran Lingkungan dan Wirausaha Warga Sengon

Dokumentasi bersama setelah pelaksanaan workshop interaktif mengubah limbah jelantah menjadi lilin aromaterapi di Desa Sengon. (doc. KKN 121 UNS)
Dokumentasi bersama setelah pelaksanaan workshop interaktif mengubah limbah jelantah menjadi lilin aromaterapi di Desa Sengon. (doc. KKN 121 UNS)

Sengon, Krajan.id – Minyak jelantah selama ini sering dipandang sebelah mata, sekadar limbah dapur yang dibuang ke selokan, ditimbun di tanah, atau bahkan dibakar. Namun, di tangan kreatif mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) 2025 Kelompok 121, limbah rumah tangga tersebut justru menjadi bahan utama untuk menciptakan produk bernilai, yakni lilin aromaterapi.

Program ini digagas dalam rangkaian kegiatan pengabdian mahasiswa di RW 02 Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, pada (1/8/2025). Melalui workshop interaktif, para mahasiswa tidak hanya mengajak warga untuk peduli terhadap pengelolaan limbah dapur, tetapi juga memperlihatkan bahwa minyak jelantah bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan.

Bacaan Lainnya

Minyak jelantah merupakan salah satu limbah paling banyak dihasilkan rumah tangga, khususnya di pedesaan yang identik dengan kebiasaan memasak menggunakan teknik menggoreng. Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk mengolah kembali minyak bekas masih rendah. Akibatnya, pencemaran air dan tanah menjadi masalah yang berulang.

“Banyak ibu-ibu yang belum tahu kalau minyak jelantah bisa diolah kembali. Padahal jika dibuang sembarangan, seperti ke selokan, dapat menyumbat saluran dan merusak lingkungan. Melalui workshop ini, kami mencoba mengenalkan alternatif pemanfaatan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi,” jelas Aprilia Eri, anggota Kelompok 121 sekaligus penanggung jawab kegiatan.

Pernyataan tersebut menggambarkan tujuan utama program KKN ini: membangun kesadaran lingkungan sekaligus mendorong warga agar lebih kreatif dalam mengelola limbah rumah tangga.

Antusias peserta saat pelaksanaan workshop interaktif mengubah limbah jelantah menjadi lilin aromaterapi di Desa Sengon. (doc. KKN 121 UNS)
Antusias peserta saat pelaksanaan workshop interaktif mengubah limbah jelantah menjadi lilin aromaterapi di Desa Sengon. (doc. KKN 121 UNS)

Workshop yang diikuti oleh ibu-ibu rumah tangga dari Dusun Jetis dan Dusun Panggil RW 02 berlangsung dalam suasana penuh antusias. Warga terlihat serius mendengarkan penjelasan mahasiswa mengenai dampak buruk pembuangan minyak jelantah sembarangan, mulai dari pencemaran lingkungan, bau tidak sedap, hingga risiko kesehatan jika minyak dipakai kembali untuk menggoreng makanan.

Setelah pemaparan materi, peserta langsung diajak mempraktikkan cara membuat lilin aromaterapi. Prosesnya cukup sederhana: minyak jelantah disaring agar bersih, kemudian dicampur dengan lilin parafin dan pewangi, sebelum dituangkan ke cetakan.

Kegiatan ini memberikan pengalaman baru bagi para peserta. Banyak dari mereka yang mengaku baru pertama kali mengetahui bahwa minyak jelantah bisa disulap menjadi produk bermanfaat dan estetik.

Keunggulan lilin aromaterapi tidak hanya pada sisi ramah lingkungan, tetapi juga memiliki potensi pasar. Bentuk unik serta aroma khas membuatnya menarik untuk dipasarkan. Warga pun mulai menyadari bahwa keterampilan ini bisa menjadi peluang usaha kecil yang menambah penghasilan keluarga.

Bahan baku yang melimpah dan mudah didapat justru menjadi keunggulan tersendiri. Dengan modal yang relatif kecil, warga bisa memproduksi lilin aromaterapi untuk kebutuhan pribadi sekaligus dijual di pasar lokal.

Antusias peserta saat pelaksanaan workshop interaktif mengubah limbah jelantah menjadi lilin aromaterapi di Desa Sengon. (doc. KKN 121 UNS)
Antusias peserta saat pelaksanaan workshop interaktif mengubah limbah jelantah menjadi lilin aromaterapi di Desa Sengon. (doc. KKN 121 UNS)

Beberapa peserta bahkan menyatakan keinginan untuk melanjutkan keterampilan ini secara berkelompok. Harapannya, mereka dapat membentuk usaha mikro berbasis komunitas yang tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga memperkuat ekonomi keluarga.

Kegiatan yang diinisiasi mahasiswa UNS ini pada akhirnya tidak sekadar program sementara, melainkan pijakan untuk mengubah cara pandang warga terhadap limbah. Dari minyak jelantah yang selama ini dianggap sampah, warga Desa Sengon kini melihat peluang baru yang bermanfaat bagi lingkungan dan ekonomi.

Jika keterampilan ini terus dikembangkan, bukan tidak mungkin Desa Sengon bisa menjadi contoh desa yang berhasil mengelola limbah rumah tangga secara kreatif dan berkelanjutan. Mahasiswa KKN UNS berharap, inisiatif ini dapat ditularkan ke dusun-dusun lain, sehingga kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah semakin meningkat.

Program kerja ini menegaskan esensi KKN sebagai sarana mahasiswa untuk menyalurkan ilmu pengetahuan sekaligus membangun kolaborasi dengan masyarakat. Mahasiswa tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pendekatan sederhana, mahasiswa UNS membuktikan bahwa pengabdian masyarakat bisa menghadirkan solusi nyata. Dari sebuah limbah yang dianggap sepele, lahir inovasi yang bermanfaat: menjaga kelestarian lingkungan sembari membuka peluang usaha.

“Harapan kami, warga semakin termotivasi untuk mengolah limbah rumah tangga secara bijak. Inovasi sederhana seperti lilin aromaterapi ini bisa menjadi langkah kecil menuju perubahan besar,” tutup Aprilia.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *