Lomba Dayung Klidang Lor: Merayakan Kebersamaan dan Tradisi di Hari Raya

Ilustrasi foto/penulis
Ilustrasi foto/penulis

Lomba dayung tradisional di Desa Klidang Lor, Kabupaten Batang, bukan hanya sebuah kompetisi olahraga semata, melainkan perwujudan dari semangat kebersamaan, pelestarian budaya lokal, dan nilai-nilai keagamaan yang menyatu dalam kehidupan masyarakat.

Diselenggarakan setiap tahun setelah Hari Raya Idulfitri, lomba ini telah menjadi tradisi yang mengakar kuat selama lebih dari 15 tahun, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat pesisir Klidang Lor.

Bacaan Lainnya

Awalnya, lomba dayung digagas oleh para nelayan sebagai cara mengisi waktu luang seusai menjalani rutinitas melaut selama Ramadan. Seiring waktu, kegiatan ini berkembang menjadi ajang tahunan yang terstruktur dan diminati oleh masyarakat, tidak hanya dari Kabupaten Batang, tetapi juga dari luar daerah.

Pada tahun 2025, tercatat sebanyak 249 tim ambil bagian, dengan total 512 nomor pertandingan. Tingginya antusiasme peserta mencerminkan daya tarik tradisi ini serta semangat terbuka masyarakat Klidang Lor dalam menyambut semua kalangan.

Lomba dayung menjadi sarana penting untuk mempererat tali silaturahmi. Momentum lebaran dimanfaatkan masyarakat untuk berkumpul, saling berinteraksi, dan mempererat hubungan sosial. Nilai-nilai keislaman seperti ukhuwah (persaudaraan), syukur, serta kebersamaan terlihat jelas dalam suasana lomba.

Sebelum perlombaan dimulai, biasanya dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau sesepuh desa. Doa ini menjadi ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki dari laut dan keselamatan selama melaut.

Tradisi ini pun menjadi bukti nyata bagaimana budaya lokal mampu menjadi media penguatan spiritualitas dan ekspresi religius dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, lomba dayung juga berperan sebagai simbol pelestarian budaya lokal.

Di tengah arus modernisasi dan perubahan zaman, masyarakat Klidang Lor tetap menjaga dan merawat tradisi ini sebagai warisan budaya yang berharga. Hal ini menunjukkan bahwa budaya lokal tidak perlu bertentangan dengan ajaran agama, bahkan bisa saling menguatkan.

Yang menarik, lomba dayung juga menjadi ruang penguatan moderasi beragama. Nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman tercermin dari keikutsertaan peserta lintas wilayah dan latar belakang.

Kehadiran banyak pihak dari luar daerah memperlihatkan bahwa tradisi lokal bisa menjadi alat pemersatu, bukan pemecah. Dalam suasana lomba yang penuh keceriaan, tidak tampak sekat-sekat identitas yang membatasi. Semua orang berkumpul dalam semangat sportivitas dan kebersamaan.

Moderasi beragama dalam konteks ini terlihat melalui integrasi nilai-nilai keagamaan ke dalam tradisi masyarakat. Lomba dayung menjadi ruang di mana nilai toleransi, kebersamaan, dan saling menghormati diwujudkan secara konkret. Tanpa harus disampaikan lewat ceramah atau wacana, nilai-nilai tersebut hadir secara alami dalam interaksi antarpeserta maupun masyarakat yang menyaksikan.

Lebih dari sekadar hiburan saat libur Lebaran, lomba dayung di Klidang Lor memiliki fungsi sosial yang penting. Ia menjadi platform untuk membangun harmoni sosial. Masyarakat dari berbagai latar belakang dapat saling mengenal, berdialog, dan menghargai perbedaan. Interaksi yang terjalin selama perlombaan mampu menurunkan potensi konflik serta memperkuat ikatan sosial.

Dalam konteks masyarakat yang semakin majemuk, kegiatan semacam ini berkontribusi besar dalam membentuk ruang-ruang sosial yang inklusif. Tradisi lokal seperti lomba dayung memperlihatkan bahwa nilai keagamaan dan nilai kebudayaan bisa berpadu, saling memperkuat, serta menjadi fondasi kokoh bagi kehidupan sosial yang harmonis.

Sebagai penutup, lomba dayung Klidang Lor adalah bukti nyata bahwa tradisi bukanlah sesuatu yang usang, tetapi bisa menjadi sarana membangun masa depan yang lebih toleran dan inklusif. Dengan memelihara tradisi ini, masyarakat tidak hanya menjaga akar budaya mereka, tetapi juga merawat nilai-nilai luhur kebersamaan dan keberagaman yang menjadi kekuatan utama dalam kehidupan berbangsa dan beragama.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *