Desa Dolopo, Krajan.id – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan perilaku konsumen yang kian mengandalkan teknologi, mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) yang tergabung dalam Kelompok BBK 6 UNAIR Dolopo menghadirkan program inovatif bertajuk “UMKM Go Digital”.
Program ini menjadi jembatan penting bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, untuk masuk ke dalam ekosistem digital.
Selama satu bulan penuh, mulai 7 Juli hingga 4 Agustus 2025, program ini dijalankan secara intensif oleh sembilan mahasiswa BBK UNAIR. Fokus utamanya adalah membantu pelaku UMKM untuk memperluas jangkauan pasar melalui tiga pendekatan utama: penggunaan QRIS sebagai metode pembayaran non-tunai, pendaftaran lokasi usaha di Google Maps, serta pembuatan ulasan digital di media sosial.
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh tim menunjukkan bahwa sebagian besar UMKM di Dolopo masih mengandalkan cara-cara konvensional dalam berjualan. Minimnya akses terhadap teknologi digital dan keterbatasan informasi mengenai pemasaran online menjadi hambatan besar dalam pengembangan usaha mereka.
“Melalui program ini, kami ingin UMKM lokal bisa naik kelas. Kami bantu agar mereka lebih mudah ditemukan, punya cara pembayaran digital, dan lebih dikenal luas lewat media sosial,” ujar salah satu anggota tim BBK 6 UNAIR Dolopo saat diwawancarai di lokasi kegiatan.
Sebanyak 20 UMKM menjadi sasaran dalam program ini, yang tersebar di berbagai titik di Desa Dolopo. Mahasiswa melakukan kunjungan rutin, melakukan review usaha, dokumentasi produk, serta pendampingan teknis untuk mendaftarkan bisnis di Google Maps dan pengaktifan sistem pembayaran QRIS.

Pendekatan lapangan menjadi strategi utama dalam pelaksanaan program. Setiap harinya, dua hingga tiga mahasiswa secara bergiliran mengunjungi UMKM untuk melakukan pendataan, wawancara, serta dokumentasi produk secara visual. Hasilnya kemudian dikemas dalam bentuk konten digital seperti foto dan video yang diunggah ke akun media sosial BBK 6 UNAIR.
Tujuannya adalah meningkatkan eksposur digital UMKM tersebut serta membangun citra usaha yang lebih profesional di mata publik. Salah satu video TikTok dari program ini bahkan menjadi viral, dengan ratusan komentar yang sebagian besar memberikan dukungan positif terhadap kegiatan mahasiswa tersebut.
“Ini baru KKN! Ada hasil nyata dan langsung membantu masyarakat,” tulis salah satu netizen dalam kolom komentar.
Selain promosi daring, mahasiswa juga aktif memfasilitasi pendaftaran QRIS bagi pelaku usaha yang sebelumnya belum menggunakan metode pembayaran non-tunai. Pendaftaran dilakukan bekerja sama dengan mitra penyedia layanan keuangan. Mahasiswa juga turut memberikan edukasi tentang manfaat QRIS, seperti efisiensi transaksi dan peningkatan kredibilitas usaha.
Tak kalah penting, usaha masyarakat juga diinput ke dalam Google Maps, agar dapat lebih mudah ditemukan oleh konsumen, khususnya yang berasal dari luar daerah. Hal ini menjadi vital, mengingat banyak UMKM di Dolopo yang tidak memiliki toko fisik yang menonjol dan sulit diakses jika tidak diketahui secara spesifik lokasinya.
Meski program berjalan dengan lancar, tim mahasiswa menghadapi sejumlah tantangan di lapangan. Beberapa pelaku UMKM masih ragu menggunakan QRIS karena khawatir akan dikenai pajak tambahan atau menghadapi kendala pencairan dana yang memakan waktu.
Baca Juga: Digitalisasi Coban Cafe, Mahasiswa UNAIR Dorong Inovasi dan Daya Saing Pariwisata Desa Penanggungan
Tim BBK pun menggunakan pendekatan persuasif dan edukatif untuk meyakinkan pelaku usaha. Mereka menjelaskan bahwa QRIS bukan hanya alat pembayaran, tetapi bagian dari proses transformasi usaha menuju model bisnis modern yang lebih efisien dan kompetitif.
“Kalau masih mengandalkan cara lama, UMKM akan semakin tertinggal. Digitalisasi itu penting supaya usaha bisa bertahan,” ujar salah satu mahasiswa BBK 6 dalam sesi pendampingan.
Program “UMKM Go Digital” BBK 6 UNAIR Dolopo juga menjadi bagian dari tren nasional dalam pemberdayaan digital UMKM. Inisiatif serupa telah muncul di berbagai daerah.
Di Desa Gandusari, mahasiswa KKN dari UIN Tulungagung menyelenggarakan pelatihan pendaftaran Google Maps dan penggunaan dompet digital. Di Desa Kateguhan, tim KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) menginisiasi program QRIS dan digitalisasi lokasi usaha.
Hal ini menunjukkan bahwa transformasi digital UMKM desa bukan hanya kebutuhan lokal, melainkan gerakan kolektif yang sedang tumbuh dan dapat direplikasi di banyak tempat.

Melalui program ini, BBK 6 UNAIR Dolopo berharap bahwa langkah-langkah digitalisasi yang telah dilakukan tidak berhenti pada masa KKN semata. Pelaku UMKM didorong untuk secara aktif memperbarui informasi usaha mereka, mempertahankan metode pembayaran digital, dan terus menggunakan media sosial sebagai kanal promosi yang efektif.
“Program ini bukan sekadar agenda satu bulan, tapi awal dari perubahan jangka panjang. Harapan kami, para pelaku UMKM bisa melihat manfaatnya dan melanjutkan sendiri,” tutur salah satu anggota tim.
Baca Juga: Mahasiswa UNAIR Ajak Ibu-Ibu Desa Penanggungan Cegah Stunting Lewat Edukasi Menu Sehat
Program “UMKM Go Digital” yang diinisiasi oleh BBK 6 UNAIR Dolopo menjadi contoh nyata peran strategis mahasiswa sebagai agen perubahan. Lewat pendekatan berbasis teknologi, edukasi, dan kemitraan langsung dengan pelaku usaha, program ini tidak hanya memperkuat posisi UMKM di era digital, tetapi juga membuka cakrawala baru bagi ekonomi desa.
Dengan langkah kecil seperti review media sosial, pendaftaran Google Maps, dan aktivasi QRIS, dampak besar pun tercipta: dari peningkatan penjualan hingga kepercayaan diri pelaku usaha untuk bersaing di era digital.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





