Mahasiswa Desain Mode FSRD UNS Jalani Magang Industri Batik di Batik Munawaroh Sragen

Proses pembuatan batik printing cabut. (doc. pribadi)
Proses pembuatan batik printing cabut. (doc. pribadi)

Sragen, Krajan.id – Mahasiswa Program Studi Desain Mode Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) telah melaksanakan program Rekognisi KKN melalui kegiatan magang industri di Batik Munawaroh, Sragen. Kegiatan ini diikuti oleh tiga mahasiswa, yaitu Bunga Permata Dewi, Dyah Fahma Rohyani, dan Nathasya Divani Cantika dengan . Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Sujadi Rahmat Hidayat, S.Sn., M.Sn.

Dalam keterangan yang diberikan, program ini dirancang untuk mengintegrasikan pengalaman praktik kerja industri dengan rekognisi kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNS. Melalui skema ini, mahasiswa tidak hanya tinggal di masyarakat, tetapi juga terlibat secara langsung dalam aktivitas produktif yang memberi manfaat akademik dan sosial.

Bacaan Lainnya

Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan selama lima minggu, lokasi magang berada di Batik Munawaroh yang beralamat di Dukuh Pilang RT 03/RW 01, Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Di lokasi ini mahasiswa terlibat langsung dalam alur kerja perusahaan, mulai dari pengenalan lingkungan pabrik hingga praktik proses pembuatan batik printing dan printing cabut. Mitra kegiatan, Batik Munawaroh, merupakan produsen batik printing dan printing cabut yang telah beroperasi sejak 2007 di Sragen.

Selama mengikuti kegiatan rekognisi KKN di Batik Munawaroh, mahasiswa mendapat kesempatan untuk mempelajari alur produksi batik secara menyeluruh. Mulai dari persiapan bahan kain, proses pewarnaan, pencetakan motif, pengeringan, hingga tahap finishing.

Bunga Permata Dewi menceritakan bahwa pengalaman praktik tersebut membuatnya memahami proses kerja perajin secara nyata.

“Selama mengikuti kegiatan ini saya belajar bahwa membuat batik itu membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Kami melihat langsung bagaimana perajin bekerja sejak pagi sampai sore untuk menyelesaikan satu rangkaian produksi,” ujar Bunga.

Proses membantu pengukuran dan pemotongan kain yang dari lembaran, lalu kami juga membantu proses pelipatan pesanan orderan produksi dan orderan untuk konsumen. (doc. pribadi)
Proses membantu pengukuran dan pemotongan kain yang dari lembaran, lalu kami juga membantu proses pelipatan pesanan orderan produksi dan orderan untuk konsumen. (doc. pribadi)

Selain teknik produksi, mahasiswa juga mengamati penerapan standar kualitas dalam setiap tahapan. Quality control menjadi salah satu aspek penting yang dipelajari. Mahasiswa turut membantu melakukan pengecekan hasil cetak kain untuk memastikan warna dan motif sesuai dengan pesanan pelanggan.

Dyah Fahma Rohyani mengatakan bahwa pengalaman di ruang produksi memberikan perspektif baru tentang industri batik.

“Sebelumnya saya hanya memahami batik dari sisi desain. Setelah magang, saya menyadari bahwa proses di lapangan jauh lebih kompleks, mulai dari pemilihan kain, pengaturan warna, sampai proses pengemasan. Semua itu harus rapi karena terkait kepuasan pelanggan,” ujarnya.

Selain terjun ke ruang produksi, mahasiswa juga dilibatkan dalam kegiatan pengembangan desain motif. Mereka belajar menggunakan perangkat lunak desain, berdiskusi dengan bagian desain perusahaan, serta menyesuaikan motif dengan kebutuhan pasar.

Mahasiswa diminta membuat beberapa alternatif motif sebagai referensi pesanan pelanggan. Proses ini dilakukan melalui diskusi bersama desainer internal dan pengelola usaha.

Dyah Fahma Rohyani menjelaskan bahwa proses desain di industri tidak hanya mengutamakan estetika, tetapi juga selera pasar.

“Kami belajar bahwa motif tidak hanya harus bagus secara visual, tetapi juga harus sesuai tren. Ada konsumen yang menyukai warna klasik sogan, ada juga yang memilih warna pastel. Semua harus dihitung dari segi penjualan,” kata Dyah.

Mahasiswa juga dikenalkan pada konsep modifikasi motif tradisional menjadi desain yang lebih modern tanpa meninggalkan identitas budaya. Pengalaman tersebut dinilai relevan dengan keilmuan Desain Mode yang mereka pelajari.

Kegiatan rekognisi KKN tidak hanya menekankan aspek teknis produksi, tetapi juga manajemen usaha dan pemasaran. Mahasiswa mempelajari sistem pemesanan, pencatatan, pengiriman produk, serta evaluasi penjualan.

Mereka terlibat langsung dalam kegiatan pemasaran melalui media sosial dan marketplace. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah pembuatan konten promosi dan mengikuti sesi siaran langsung (live) penjualan melalui platform digital.

Menurut mahasiswa, pemanfaatan media digital menjadi strategi penting bagi UMKM batik untuk bertahan di tengah persaingan industri kreatif.

Nathasya Divani Cantika mengungkapkan bahwa pengalaman tersebut menambah wawasan tentang pemasaran produk fesyen.

“Kami ikut membantu promosi melalui TikTok dan marketplace. Dari situ kami belajar bagaimana komunikasi kepada konsumen dan melihat langsung respon pasar terhadap produk batik,” ujarnya.

Skema rekognisi KKN UNS memungkinkan kegiatan magang industri diakui sebagai bentuk pelaksanaan KKN. Melalui model ini, mahasiswa tetap menjalankan fungsi pengabdian kepada masyarakat, terutama melalui kontribusi nyata pada sektor UMKM.

Keterlibatan mahasiswa di Batik Munawaroh dinilai memberi manfaat bagi kedua belah pihak. Mahasiswa memperoleh pengalaman kerja, sementara mitra mendapat dukungan tenaga kreatif di bidang desain dan pemasaran.

Dokumentasi bersama pimpinan dan pembimbing lapangan batik munawaroh. (doc. pribadi)
Dokumentasi bersama pimpinan dan pembimbing lapangan batik munawaroh. (doc. pribadi)

Kegiatan ini memperkuat hubungan antara UNS dan pelaku industri kreatif di daerah. Selain itu, program ini menjadi sarana pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Selain aspek akademik dan keterampilan kerja, mahasiswa juga mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan perajin batik. Mereka menyaksikan langsung dinamika kehidupan pekerja industri rumahan serta perannya dalam menjaga warisan budaya.

Nathasya menuturkan bahwa pengalaman tersebut membentuk empati terhadap dunia kerja perajin.

“Kami jadi lebih menghargai batik sebagai karya budaya. Di balik satu lembar kain, ada proses panjang dan tenaga banyak orang. Itu membuat kami merasa punya tanggung jawab untuk ikut melestarikannya,” ucapnya.

Mahasiswa berharap pengalaman ini dapat menjadi bekal saat memasuki dunia industri mode dan kreatif setelah lulus nanti.

Di akhir program, mahasiswa mengikuti sesi evaluasi bersama pihak Batik Munawaroh. Mereka menyusun laporan kegiatan, mendokumentasikan proses produksi, serta merumuskan rekomendasi pengembangan usaha.

Melalui kegiatan rekognisi KKN ini, mahasiswa Desain Mode FSRD UNS diharapkan mampu mengintegrasikan teori perkuliahan dengan praktik lapangan, memahami ekosistem industri batik, serta berkontribusi pada pelestarian budaya lokal.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *