Ngumpul, Krajan.id – Permasalahan sampah organik masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023 mencatat sekitar 60% dari total timbulan sampah nasional yang mencapai 56,63 juta ton merupakan sampah organik.
Di tingkat lokal, seperti di Desa Ngumpul, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, praktik membakar sampah rumah tangga masih marak dilakukan. Kebiasaan ini tidak hanya menimbulkan pencemaran udara, tetapi juga meningkatkan risiko kebakaran dan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat.
Menjawab persoalan tersebut, mahasiswa KKN 225 Universitas Sebelas Maret (UNS) Desa Ngumpul menghadirkan program “Pembuatan Komposter Beton” dengan konsep Teba Modern, sebuah inovasi pengelolaan sampah organik yang diadaptasi dari sistem pengolahan sampah di Bali. Program ini diinisiasi oleh Ketua KKN 225 UNS Desa Ngumpul, Damar Ghifari Pramono, bersama tim yang dikoordinatori oleh Narendra Hidayah.
Pembuatan komposter beton ini bukan hanya sekadar pembangunan fisik, tetapi juga merupakan upaya mengubah pola pikir masyarakat terkait pengelolaan sampah. Dengan sistem Teba Modern, masyarakat diajak untuk tidak lagi membuang atau membakar sampah organik, melainkan mengolahnya menjadi kompos yang bermanfaat untuk pertanian maupun penghijauan lingkungan desa.
Secara teknis, satu unit komposter beton berdiameter 0,6 meter dengan kedalaman 2 meter mampu menampung hingga 525 kilogram sampah organik, cukup untuk mengelola sampah 5–10 rumah tangga selama dua bulan. Dari kapasitas tersebut, dihasilkan sekitar 300–400 kilogram kompos setiap siklusnya dalam kurun waktu 3–4 bulan.
Ketua KKN 225 UNS Desa Ngumpul, Damar Ghifari Pramono, menyampaikan bahwa program ini menjadi bentuk kontribusi nyata mahasiswa kepada masyarakat.
“Kami berharap komposter beton ini tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas pengelolaan sampah, tetapi juga menjadi sarana edukasi lingkungan yang aplikatif. Masyarakat bisa melihat langsung bagaimana sampah yang awalnya dianggap tidak berguna dapat diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ungkap Damar.
Rangkaian program dimulai dari koordinasi awal dengan perangkat Desa Ngumpul serta observasi lapangan. Setelah itu, tim KKN 225 UNS menyusun gambar kerja, melakukan sosialisasi pra-pembuatan, hingga pembangunan fisik komposter beton di halaman Balai Desa Ngumpul. Program kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi lanjutan untuk memberikan pemahaman teknis mengenai cara pemanfaatan Teba Modern.
Koordinator program, Narendra Hidayah, menambahkan bahwa keberhasilan kegiatan ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat.
“Kami ingin masyarakat Desa Ngumpul berkomitmen menjaga fasilitas ini, memilah sampah sejak dari rumah, serta mengolahnya secara konsisten. Dengan begitu, keberlanjutan program dapat benar-benar tercapai,” jelas Narendra.
Kesuksesan program ini tidak lepas dari kerja sama seluruh anggota kelompok KKN 225 UNS Desa Ngumpul. Selain Damar Ghifari Pramono sebagai ketua, tim ini juga diperkuat oleh mahasiswa lain yang memiliki peran masing-masing.
Mereka adalah Adinda Zhinta Permata, Adela Nurul Azizah, Putri Wulan Ramadhani, Ahmad Yunus, Arya Bintang Suherman, Esa Herawati, Narendra Hidayah yang bertindak sebagai koordinator program, serta Shiva Viska.
Setiap anggota terlibat aktif sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Ada yang berperan dalam perancangan desain komposter, penyusunan materi sosialisasi, pendampingan masyarakat saat praktik, hingga dokumentasi kegiatan. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa kolaborasi mahasiswa lintas disiplin ilmu mampu melahirkan solusi yang bermanfaat langsung bagi masyarakat desa.
Walaupun program ini masih dalam tahap awal, masyarakat Desa Ngumpul diharapkan mampu menjaga keberlangsungan penggunaan Teba Modern. Komposter yang dibangun tidak hanya sekadar proyek KKN sementara, tetapi diharapkan menjadi contoh nyata bahwa solusi berbasis teknologi sederhana dapat diterapkan di pedesaan.
Lebih lanjut, keberadaan komposter beton ini juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Dengan hasil kompos organik, tanah di sekitar desa dapat semakin subur dan lebih ramah lingkungan.
Narendra menegaskan kembali komitmen timnya untuk mendampingi masyarakat selama program berlangsung.
“Kami tidak hanya membangun, tetapi juga ingin meninggalkan warisan berupa pengetahuan dan kebiasaan baru dalam mengelola sampah. Jika masyarakat bisa terus menjalankannya, maka Desa Ngumpul akan menjadi lebih bersih, sehat, dan mandiri,” katanya.
Dukungan penuh juga datang dari Dr. Ir. Yudi Rinanto, M.P., selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN 225 UNS . Beliau menilai program ini memiliki nilai strategis bagi keberlanjutan lingkungan.
“Program pembuatan komposter beton merupakan langkah positif dalam mendukung pengelolaan sampah organik masyarakat. Program ini memiliki nilai keberlanjutan karena mampu mengubah sampah rumah tangga menjadi kompos yang bermanfaat bagi pertanian maupun penghijauan lingkungan. Selain itu, program ini juga menjadi bentuk edukasi lingkungan yang aplikatif bagi masyarakat,” ujar Yudi Rinanto.
Inovasi mahasiswa KKN 225 UNS Desa Ngumpul melalui pembuatan komposter beton dengan konsep Teba Modern menunjukkan bahwa solusi pengelolaan sampah organik dapat dimulai dari skala rumah tangga. Dengan sinergi antara mahasiswa, perangkat desa, dan masyarakat, program ini berpotensi menjadi langkah awal perubahan besar dalam pengelolaan sampah desa.
Dukungan akademisi, perangkat desa, serta semangat gotong royong warga menjadi kunci agar Desa Ngumpul bisa menjadi contoh desa mandiri dalam mengelola sampah organik, serta berkontribusi dalam upaya nasional mengurangi timbulan sampah.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.