Desa Sanggrahan, Krajan.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Kelompok 251, sukses memberikan sentuhan baru pada pengembangan produk kopi lokal Pacitan, Kopi Doeng Waroe.
Melalui kolaborasi erat dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Buana Jaya I Desa Sanggrahan, Kecamatan Kebonagung, para mahasiswa tidak hanya fokus pada perancangan ulang desain kemasan, tetapi juga turut terlibat langsung dalam proses produksi mulai dari sangrai, penumbukan, hingga pengemasan akhir.
Upaya tersebut menjadi bukti nyata sinergi antara akademisi dan masyarakat dalam mengangkat potensi desa sebagai sumber ekonomi kreatif sekaligus memperkuat identitas lokal. Kehadiran mahasiswa KKN menjadi penghubung penting bagi KTH Buana Jaya I untuk meningkatkan nilai jual kopi robusta yang mereka hasilkan agar mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Kopi Doeng Waroe merupakan produk unggulan yang lahir dari tangan-tangan petani KTH Buana Jaya I. Kelompok tani yang berada di bawah binaan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan ini telah lama mengembangkan budidaya kopi robusta di Desa Sanggrahan. Produksi kopi dilakukan secara mandiri dengan kapasitas yang bervariasi, mulai dari konsumsi keluarga hingga skala komersial.
Keistimewaan kopi robusta Desa Sanggrahan terletak pada proses pengolahan yang masih mempertahankan cara tradisional. Biji kopi dipetik, dijemur di halaman rumah selama sekitar satu minggu, lalu dikupas menggunakan mesin bantuan dari program Alat Ekonomi Produktif (AEP).
Proses berikutnya adalah sangrai dengan sangan atau wingko, hingga menghasilkan aroma khas robusta Pacitan. Setelah itu, biji kopi ditumbuk manual menggunakan lumpang dan alu untuk menghasilkan bubuk kopi halus dengan cita rasa alami.
Ketua KTH Buana Jaya I, Sumarni, menuturkan bahwa rumah produksi kopi mereka dikelola oleh empat anggota dengan pembagian tugas mulai dari pengupasan, penyangraian, penumbukan, hingga pengemasan.
“Kami berusaha menjaga ciri khas pengolahan tradisional agar rasa dan aroma kopi tetap terjaga,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sanggrahan, Sutarno, menambahkan bahwa cita rasa kopi Doeng Waroe memiliki keunikan tersendiri.
“Kopi di sini terasa lebih alami karena sebagian besar tumbuh secara liar tanpa banyak campur tangan manusia. Inilah yang menjadikannya berbeda dengan kopi dari daerah lain,” jelasnya.

Salah satu kontribusi penting mahasiswa KKN UNS adalah mendesain ulang label kemasan Kopi Doeng Waroe. Selama ini, kemasan kopi hanya menggunakan desain sederhana. Mahasiswa kemudian mengajukan rancangan baru yang lebih informatif sekaligus menarik secara visual.
Dalam diskusi bersama pengelola, Bu Yantisurya, yang bertanggung jawab pada bagian pengemasan, menyambut baik gagasan tersebut.
“Untuk bagian depan label cukup ditambahkan ornamen secangkir kopi agar lebih hidup. Sedangkan label belakang bisa diberi informasi tambahan mengenai asal kopi, varian rasa, dan komposisi produk,” terangnya.
Melalui desain baru, konsumen tidak hanya mendapatkan kopi dengan rasa otentik, tetapi juga informasi lengkap mengenai produk yang mereka beli. Strategi ini diyakini dapat meningkatkan daya tarik dan kepercayaan konsumen, sekaligus memperluas jangkauan pemasaran.
Tidak berhenti pada desain kemasan, mahasiswa KKN UNS juga merasakan langsung proses panjang produksi kopi Doeng Waroe. Mulai dari panen biji kopi, penjemuran, pengupasan kulit, hingga penyangraian.

Mereka ikut menumbuk biji kopi dengan cara tradisional menggunakan alu dan lumpang yang merupakan sebuah proses yang membutuhkan tenaga ekstra namun menjadi bagian penting dalam menjaga orisinalitas rasa kopi.
Akhir dari seluruh rangkaian ini adalah pengemasan kopi ke dalam kantong berukuran 100 gram dan 50 gram. Dengan tampilan baru yang lebih modern, kopi robusta Pacitan ini diharapkan mampu menjangkau pasar yang lebih luas.
Kegiatan mahasiswa KKN UNS Kelompok 251 ini menjadi bukti bahwa peran perguruan tinggi tidak berhenti pada tataran akademik, melainkan dapat menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Melalui program pendampingan, edukasi, dan inovasi, mahasiswa berhasil memberikan nilai tambah pada produk lokal.
“Setiap tegukan Kopi Doeng Waroe adalah persembahan dari kerja keras dan cinta petani KTH Buana Jaya I. Nikmati keistimewaan robusta Pacitan dengan cita rasa otentik dan penuh energi,” demikian pesan yang kini menjadi bagian dari identitas produk.
Kegiatan KKN ini juga meninggalkan pelajaran berharga bagi mahasiswa sendiri. Mereka belajar mengenai proses produksi berbasis kearifan lokal, sekaligus memahami tantangan masyarakat desa dalam menjaga kualitas produk agar tetap kompetitif.

Kolaborasi ini diharapkan tidak berhenti setelah KKN usai. Dengan desain kemasan baru dan dokumentasi kegiatan yang dilakukan, KTH Buana Jaya I kini memiliki modal promosi yang lebih kuat untuk memperkenalkan Kopi Doeng Waroe ke pasar yang lebih luas, termasuk melalui platform digital.
Inovasi mahasiswa UNS bukan hanya soal tampilan luar produk, melainkan juga strategi agar kopi robusta Pacitan mampu bertahan menghadapi arus modernisasi. Melalui keterlibatan aktif mahasiswa, masyarakat desa kian terdorong untuk lebih percaya diri memasarkan produk lokalnya.
Dengan begitu, keberadaan KKN 251 UNS di Desa Sanggrahan bukan hanya meninggalkan jejak singkat, tetapi juga kontribusi nyata dalam upaya membangun kemandirian ekonomi berbasis potensi desa. Kopi Doeng Waroe kini tampil dengan wajah baru—lebih menarik, lebih informatif, namun tetap setia pada cita rasa asli Sanggrahan.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
,





