Mahasiswa KKN-TK 25 Unigoro Kenalkan Konsep Green School Berbasis Geopark di SDN Soko

Keceriaan dan antusias para siswa mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh mahasiswa KKNTK 25 Unigoro. (doc. KKNTK 25 Unigoro)
Keceriaan dan antusias para siswa mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh mahasiswa KKNTK 25 Unigoro. (doc. KKNTK 25 Unigoro)

Bojonegoro, Krajan.id – Mahasiswa KKN-TK 25 Universitas Bojonegoro (Unigoro) menghadirkan inovasi edukatif melalui pelaksanaan program Green School yang bertema Geopark di SDN Soko, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Kuliah Kerja Nyata Tematik Kolaboratif (KKN-TK) 2025 dan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini, sekaligus mendukung pengembangan Geopark Bojonegoro yang tengah diupayakan oleh pemerintah daerah.

Bacaan Lainnya

Program Green School yang berlangsung pada (21/7/2025) ini mendapat sambutan antusias dari siswa, guru, hingga aparat desa. Dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, kegiatan ini dirancang tidak sekadar menjadi kegiatan simbolis, melainkan berkelanjutan dan memiliki dampak nyata bagi pelestarian lingkungan dan budaya lokal.

“Program Green School ini kami rancang sebagai upaya membangun kesadaran anak-anak terhadap pentingnya menjaga alam sejak dini, terutama karena Desa Soko memiliki potensi luar biasa untuk menjadi bagian dari Geopark Bojonegoro,” ujar Amelia Ivoka Junea, salah satu anggota Tim KKNTK 25 Unigoro saat memberikan keterangan kepada kru krajan.id via WhatsApp.

Pemilihan tema Geopark dalam program ini bukan tanpa alasan. Bojonegoro memiliki kekayaan alam dan budaya yang melimpah, termasuk 16 geosite, 3 biosite, dan 8 culture site yang menyimpan nilai penting dalam aspek geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya.

Dengan mengenalkan konsep ini kepada siswa sekolah dasar, diharapkan mereka tumbuh menjadi generasi penerus yang peduli dan aktif dalam pelestarian potensi lokal.

Kegiatan hari pertama dimulai dengan penyambutan oleh kepala sekolah dan para guru SDN Soko, dilanjutkan dengan penyampaian materi Geopark di dalam kelas.

Baca Juga: Budaya dan Pemberdayaan Warga Desa Sulek Jadi Sorotan Turis Portugal

Materi tersebut mencakup pengenalan tentang geosite, manfaat menjaga lingkungan, serta keterkaitan antara kelestarian alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat desa.

Para siswa diajak untuk mengikuti kegiatan interaktif seperti pemilahan sampah organik, anorganik, dan B3. (doc. KKNTK 25 Unigoro)
Para siswa diajak untuk mengikuti kegiatan interaktif seperti pemilahan sampah organik, anorganik, dan B3. (doc. KKNTK 25 Unigoro)

Para siswa kemudian diajak untuk mengikuti kegiatan interaktif seperti pemilahan sampah organik, anorganik, dan B3 menggunakan media yang telah disiapkan oleh tim KKN. Selain itu, mereka terlibat dalam diskusi kelompok, kuis edukatif, dan pembuatan poster bertema lingkungan bersih, yang menjadikan proses pembelajaran terasa menyenangkan, kreatif, dan aplikatif.

Mahasiswa KKNTK 25 Unigoro mengadakan diskusi kelompok, kuis edukatif, dan pembuatan poster bertema lingkungan bersih. (doc. KKNTK 25 Unigoro)
Mahasiswa KKNTK 25 Unigoro mengadakan diskusi kelompok, kuis edukatif, dan pembuatan poster bertema lingkungan bersih. (doc. KKNTK 25 Unigoro)

Keberhasilan pelaksanaan program Green School ini tidak lepas dari kolaborasi antara mahasiswa, sekolah, dan pemerintah desa. Tim KKNTK 25 telah melakukan koordinasi intensif dengan Kepala Desa Soko dan Kepala Sekolah SDN Soko untuk memastikan kegiatan berjalan lancar dan mendapat dukungan penuh dari seluruh pihak.

Pemerintah Desa Soko juga memberikan dukungan berupa fasilitas, transportasi, hingga materi edukasi yang menunjang kelancaran kegiatan. Peran aktif dari pemerintah desa ini menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan destinasi wisata edukatif berbasis Geopark di masa mendatang.

Kegiatan Green School terbukti memberikan dampak langsung terhadap siswa dan lingkungan sekolah. Selain pengetahuan tentang Geopark, anak-anak juga mulai terbiasa menjaga kebersihan lingkungan sekolah secara mandiri. Hal ini menjadi indikator keberhasilan awal dalam menciptakan budaya peduli lingkungan yang terintegrasi dalam kegiatan belajar.

Untuk memastikan keberlanjutan program, Tim KKNTK 25 Unigoro merancang strategi lanjutan berupa pembiasaan kegiatan kebersihan harian, serta mendorong pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di tingkat desa.

Baca Juga: Pengajian Suronan, Tradisi Tahunan Warga Dusun Punden sebagai Wujud Syukur dan Doa Keselamatan

Dengan sinergi antara masyarakat, sekolah, dan pemerintah desa, upaya pelestarian ini diharapkan mampu berjalan secara konsisten dan berdampak jangka panjang.

“Kami percaya bahwa perubahan harus dimulai dari pendidikan dasar. Anak-anak yang sadar akan pentingnya menjaga alam akan menjadi agen perubahan di tengah masyarakat,” pungkas Ivoka.

Melalui program ini, mahasiswa KKN Unigoro tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga memfasilitasi pembentukan fondasi kesadaran kolektif tentang potensi lokal. Geopark Bojonegoro bukan sekadar proyek besar yang digerakkan dari atas, tetapi bisa dimulai dari sekolah desa, dari tangan-tangan kecil yang suatu saat akan memegang kendali pembangunan berkelanjutan.

Semangat Green School berbasis Geopark ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa mampu memainkan peran penting sebagai agen perubahan sosial. Dengan kombinasi antara pendidikan lingkungan, partisipasi aktif siswa, dan dukungan pemangku kepentingan desa, Desa Soko tengah bergerak menjadi bagian dari masa depan Bojonegoro yang lestari dan berdaya saing.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *