Mahasiswa KKN UNS 327 Hadirkan Solusi Inovatif untuk Atasi Masalah Sampah di Desa Kalirejo Temanggung

Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret menggandeng masyarakat Desa Kalirejo untuk belajar dan bekerja sama dalam rangka menanggulangi masalah sampah di Desa Kalirejo, Kledung, Temanggung. (doc. KKN 327 UNS)
Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret menggandeng masyarakat Desa Kalirejo untuk belajar dan bekerja sama dalam rangka menanggulangi masalah sampah di Desa Kalirejo, Kledung, Temanggung. (doc. KKN 327 UNS)

Kalirejo, Krajan.id – Masalah pengelolaan sampah di Desa Kalirejo, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi masyarakat dan pemerintah desa. Timbunan sampah organik maupun anorganik yang tidak tertangani dengan baik sering kali menciptakan pemandangan kurang sedap sekaligus menimbulkan ancaman kesehatan.

Kondisi ini mendorong mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 327 Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk menghadirkan serangkaian program inovatif berbasis pemberdayaan masyarakat demi menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Bacaan Lainnya

Hampir di setiap sudut Desa Kalirejo, permasalahan sampah tampak nyata. Sisa sayuran, kulit buah, hingga limbah rumah tangga sering dibuang begitu saja tanpa diolah. Sampah organik yang menumpuk menimbulkan bau menyengat, bahkan berpotensi menjadi sarang hama dan penyakit.

Sementara itu, sampah anorganik seperti plastik dan botol bekas sulit diurai secara alami dan belum memiliki sistem daur ulang yang terintegrasi di tingkat lokal. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah semakin memperburuk keadaan.

Kepala Desa Kalirejo, Tri Yuliasih, mengakui bahwa pengelolaan sampah merupakan masalah serius. “Pengelolaan sampah anorganik memang belum tertangani dengan baik di desa kami. Kehadiran mahasiswa KKN UNS membawa angin segar, karena mereka tidak hanya datang dengan teori, tetapi langsung menawarkan solusi yang aplikatif,” ujarnya.

Sebagai wujud kepedulian, mahasiswa KKN 327 UNS menghadirkan lima program utama: budidaya maggot, fermentasi sayur untuk pakan lele organik, kompos organik dengan ember tumpuk, insinerator ramah lingkungan EcoBurn, serta kerajinan gantungan kunci dari sampah plastik. Kelima program ini dirancang tidak hanya menyelesaikan masalah sampah, tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi bagi warga.

Sosialisasi Budidaya Maggot oleh Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret bersama dengan masyarakat di Desa Kalirejo, Kledung, Temanggung. (doc. KKN 327 UNS)
Sosialisasi Budidaya Maggot oleh Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret bersama dengan masyarakat di Desa Kalirejo, Kledung, Temanggung. (doc. KKN 327 UNS)

Salah satu inovasi menarik adalah budidaya maggot dari lalat tentara hitam (BSF). Dengan memanfaatkan ember atau wadah sederhana, mahasiswa UNS mengajarkan warga cara mengolah sampah organik menjadi media pertumbuhan larva. Campuran sampah halus dan dedak digunakan sebagai media, lalu diberi kelembapan yang cukup agar telur lalat menetas dan berkembang.

Hasilnya, maggot yang tumbuh dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, terutama ikan dan unggas. Dengan metode ini, sampah organik yang sebelumnya tidak terkelola justru berubah menjadi sumber pakan berprotein tinggi. Warga pun tidak hanya mendapatkan lingkungan lebih bersih, tetapi juga potensi usaha baru yang lebih ramah biaya.

Sosialisasi Budidaya Lele Organik dengan Pakan Sayur Sisa Panen oleh Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret bersama dengan masyarakat di Desa Kalirejo, Kledung, Temanggung. (doc. KKN 327 UNS)
Sosialisasi Budidaya Lele Organik dengan Pakan Sayur Sisa Panen oleh Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret bersama dengan masyarakat di Desa Kalirejo, Kledung, Temanggung. (doc. KKN 327 UNS)

Selain maggot, mahasiswa UNS juga memperkenalkan inovasi pemanfaatan limbah sayur sisa panen untuk budidaya ikan lele. Melalui proses fermentasi menggunakan EM4 (mikroorganisme efektif), limbah sayur diubah menjadi pakan bernutrisi.

Proses pembuatannya relatif sederhana: limbah sayur dicacah kecil-kecil, kemudian dicampur dengan larutan EM4 yang telah diaktifkan. Setelah difermentasi selama dua hingga tiga hari, campuran tersebut siap diberikan kepada ikan. Dalam uji coba, ikan lele yang diberi pakan fermentasi menunjukkan pertumbuhan sehat dan lincah.

Lebih jauh, mahasiswa juga mengombinasikan pakan fermentasi dengan maggot dan tanaman air Azolla, sehingga pakan lebih variatif. Program ini tidak berhenti di pelatihan saja. Beberapa warga bahkan termotivasi untuk melanjutkan budidaya lele organik secara mandiri, membuka peluang usaha baru berbasis lingkungan.

Unit Ember Tumpuk Cerdas sebagai solusi pengolahan sampah organik menjadi 2 pupuk sekaligus, yaitu pupuk padat dan pupuk cair. (doc. KKN 327 UNS)
Unit Ember Tumpuk Cerdas sebagai solusi pengolahan sampah organik menjadi 2 pupuk sekaligus, yaitu pupuk padat dan pupuk cair. (doc. KKN 327 UNS)

Pengolahan sampah organik juga diperkenalkan melalui metode ember tumpuk. Dengan cara ini, warga dapat menghasilkan dua produk sekaligus: pupuk cair dan pupuk padat.

Metode ini memanfaatkan dua ember plastik yang ditumpuk vertikal. Ember atas diberi lubang agar cairan hasil fermentasi menetes ke ember bawah yang dilengkapi kran. Sampah organik dicampur dengan EM4, sekam, dan tanah, lalu dimasukkan ke ember atas untuk difermentasi. Dalam beberapa minggu, terbentuk pupuk padat dan cair yang bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman.

Keunggulan metode ini adalah praktis, hemat ruang, serta cocok diterapkan di rumah tangga dengan lahan terbatas. Mahasiswa UNS berharap kebiasaan ini dapat menjadi bagian dari budaya masyarakat dalam mengelola sampah sehari-hari.

Sosialisasi Insinerator Ecoburn Mini oleh Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret sebagai salah satu upaya menanggulangi sampah anorganik. (doc. KKN 327 UNS)
Sosialisasi Insinerator Ecoburn Mini oleh Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret sebagai salah satu upaya menanggulangi sampah anorganik. (doc. KKN 327 UNS)

Untuk mengatasi sampah anorganik yang sulit terurai, mahasiswa memperkenalkan EcoBurn, sebuah insinerator mini berbahan dasar tong bekas yang dimodifikasi. Alat ini dilengkapi dengan blower untuk suplai udara serta filter karbon aktif guna menyaring gas hasil pembakaran.

Berbeda dengan pembakaran sampah konvensional yang berpotensi mencemari udara, EcoBurn dirancang agar emisi lebih ramah lingkungan melalui pembakaran dua tahap. Hasilnya, volume sampah berkurang signifikan tanpa menimbulkan polusi berlebihan.

Meski masih dalam skala kecil, EcoBurn dianggap solusi praktis untuk mengurangi tumpukan sampah anorganik di tingkat desa.

Sosialisasi Sampah Plastik serta Pembuatan Gantungan Kunci oleh Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret bersama murid SDN Kalirejo. (doc. KKN 327 UNS)
Sosialisasi Sampah Plastik serta Pembuatan Gantungan Kunci oleh Mahasiswa KKN 327 Universitas Sebelas Maret bersama murid SDN Kalirejo. (doc. KKN 327 UNS)

Inovasi terakhir yang tak kalah menarik adalah pemanfaatan sampah plastik menjadi produk kerajinan berupa gantungan kunci. Prosesnya dimulai dengan mengumpulkan plastik bekas, mencucinya, lalu mencacah kecil-kecil. Potongan plastik kemudian dicampur resin dan katalis dalam cetakan hingga mengeras.

Produk akhir diberi sentuhan warna, dihaluskan, dan dipasangi ring sehingga menjadi gantungan kunci bernilai jual. Kerajinan ini bukan hanya sarana edukasi pengurangan sampah plastik, tetapi juga membuka peluang ekonomi kreatif bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga dan pemuda desa.

Kepala Desa Kalirejo, Tri Yuliasih, menegaskan bahwa program KKN UNS menjadi inspirasi nyata. “Program-program ini akan kami jadikan contoh. Jika berhasil, akan kami kembangkan ke seluruh dusun agar sampah benar-benar tertangani. Harapan kami, Desa Kalirejo bisa menjadi desa percontohan dalam pengelolaan sampah,” tuturnya.

Mahasiswa UNS pun berharap program ini berkelanjutan. Mereka tidak hanya ingin memberikan solusi sementara, tetapi juga menginspirasi wilayah lain yang menghadapi permasalahan serupa. Dengan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan akademisi, persoalan sampah di Kalirejo diyakini bisa diatasi secara bertahap.

Inovasi yang ditawarkan mahasiswa KKN UNS 327 sejatinya bukan hanya soal pengelolaan sampah, tetapi juga menyentuh aspek ekonomi dan sosial. Budidaya maggot dan lele organik memberi peluang usaha baru, pengolahan kompos mendukung pertanian berkelanjutan, EcoBurn mengurangi pencemaran udara, sementara kerajinan plastik membuka jalur kreativitas warga.

Jika program-program ini terus dijalankan, Desa Kalirejo berpotensi menjadi desa mandiri yang mampu mengelola sampah sekaligus meningkatkan kesejahteraan warganya. Pada akhirnya, keberhasilan Kalirejo bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengubah masalah sampah menjadi sumber daya.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *