Nitikan, Krajan.id – Sampah rumah tangga sering kali dipandang sebelah mata. Namun, di tangan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, limbah sederhana seperti kulit bawang justru menjadi bahan inovasi yang berharga. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 213, mereka berhasil mengolah kulit bawang menjadi pupuk organik cair yang ramah lingkungan sekaligus bernilai ekonomis.
Program ini dilaksanakan di Desa Nitikan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, pada periode KKN Juli–Agustus 2025. Alih-alih hanya fokus pada pembuatan produk, mahasiswa KKN UNS menekankan pemberdayaan masyarakat, terutama petani dan ibu-ibu rumah tangga, untuk bisa mengolah limbah secara mandiri.
Selama ini, kulit bawang merah maupun putih umumnya hanya berakhir di tempat sampah. Padahal, menurut penelitian, kulit bawang mengandung nutrisi alami serta zat hara mikro yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman. Inilah yang menjadi titik awal gagasan mahasiswa UNS.
“Selain mengurangi volume sampah, hasil pengolahan ini dapat menjadi solusi pupuk alami yang murah, bermanfaat, dan ramah lingkungan bagi para petani,” ujar Risqi Jayani, salah satu penggagas program.
Mahasiswa UNS kemudian menggandeng masyarakat Desa Nitikan melalui pelatihan yang dilaksanakan di balai desa. Kegiatan tersebut melibatkan ibu-ibu PKK serta perwakilan tiap RT. Mereka tidak hanya diberikan pengetahuan mengenai manfaat pupuk cair organik, tetapi juga dilatih langsung cara membuatnya.
Dalam pelatihan yang dipandu oleh Iswati, peserta diperkenalkan langkah-langkah sederhana: mengumpulkan kulit bawang, mencacahnya, lalu mencampurnya dengan air bekas cucian beras. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan fermentasi hingga menghasilkan pupuk cair siap pakai.
“Pupuk ini bisa digunakan untuk sayuran, tanaman buah, hingga tanaman hias. Hasilnya tidak kalah dengan pupuk kimia,” jelas Iswati.
Warga tampak antusias. Banyak dari mereka yang aktif bertanya, mulai dari durasi fermentasi hingga cara penyimpanan. Bagi masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, pupuk organik cair ini membuka harapan baru untuk mengurangi biaya pembelian pupuk kimia yang terus meningkat.
Kepala Desa Nitikan memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif mahasiswa UNS. Menurutnya, program ini selaras dengan kebutuhan warganya. “Kami berterima kasih kepada mahasiswa UNS yang sudah membantu masyarakat dengan inovasi baru. Limbah kulit bawang yang selama ini dianggap sampah, ternyata bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ujarnya.
Ia juga berharap program ini tidak berhenti ketika mahasiswa KKN kembali ke kampus. Sebaliknya, kegiatan ini bisa terus dikembangkan sehingga Desa Nitikan mampu menjadi contoh pengolahan limbah rumah tangga yang produktif.

Selain manfaat langsung bagi pertanian, pupuk cair berbahan kulit bawang juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai produk lokal. Warga dapat memproduksi dalam skala lebih besar dan menjualnya sebagai pupuk organik kemasan. Dengan demikian, program ini tidak hanya membantu menjaga kesuburan lahan, tetapi juga membuka peluang peningkatan pendapatan masyarakat.
“Semakin banyak limbah yang diolah, semakin sedikit sampah yang menumpuk. Kami berharap masyarakat bisa menjadikan kegiatan ini sebagai kebiasaan baru yang bermanfaat,” tambah Risqi Jayani.
Kegiatan mahasiswa KKN UNS Kelompok 213 di Desa Nitikan membuktikan bahwa inovasi sederhana bisa melahirkan dampak luas. Dari kulit bawang yang sering terbuang, lahirlah pupuk cair organik yang berpotensi menjadi solusi berkelanjutan bagi pertanian dan lingkungan.
Dengan dukungan penuh masyarakat dan pemerintah desa, pupuk organik cair berbahan kulit bawang ini bukan hanya sekadar inovasi sementara. Ia menjadi simbol kemandirian, kesadaran lingkungan, dan semangat gotong royong yang tumbuh dari desa.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





