Desa Borobudur, Krajan.id – Inovasi mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) membawa angin segar bagi pemberdayaan ekonomi desa. Selama periode KKN, mahasiswa yang tergabung dalam KKN 198 UNS menghadirkan terobosan berbasis teknologi berupa peta digital interaktif dan chatbot khusus untuk mendukung promosi UMKM Desa Borobudur.
Proyek yang berlangsung selama periode KKN ini dipimpin oleh Koordinator Desa Granitio Raganing Jati serta Koordinator Program Rizky Putra Rahadhika dan Muhammad Ryan Fikri Fakhrezi. Inovasi ini menjadi bukti bahwa teknologi bisa menjadi instrumen nyata dalam memperkuat ekonomi masyarakat pedesaan.
Menurut Granitio Raganing Jati, gagasan menghadirkan teknologi digital ini bukan muncul tiba-tiba, melainkan hasil diskusi dengan pihak desa sebelum KKN dimulai.
“Sejak awal, desa menyampaikan bahwa mereka ingin memiliki data UMKM yang lebih terintegrasi dan mudah diakses. Dari situ, kami merancang program berbasis digital agar hasilnya lebih berkelanjutan,” ungkapnya.
Granitio menegaskan bahwa mahasiswa ingin memberikan kontribusi nyata yang bisa dimanfaatkan dalam jangka panjang, bukan sekadar kegiatan seremonial.
“Banyak KKN biasanya fokus pada kegiatan sosial lapangan, tapi kami ingin meninggalkan sesuatu yang lebih bertahan. Teknologi menjadi jawabannya,” tambahnya.
Dalam praktiknya, pendataan UMKM dilakukan dengan metode hybrid: survei langsung ke lapangan dan web scraping dari Google Maps. Granitio menjelaskan bahwa metode ini memudahkan proses pemetaan potensi desa secara cepat dan akurat.
“Dari eksplorasi kami, data lapangan cukup sinkron dengan yang ada di Google Maps. Contohnya di Dusun Cawangsari, mayoritas UMKM yang kami temui sudah terdata dengan benar,” jelas Granitio.
Meski begitu, ia mengakui ada tantangan sosial, seperti sebagian pelaku UMKM yang enggan memberikan nomor kontak.
“Ini membuat data yang tampil di peta digital tidak bisa selengkap yang kami harapkan,” tambahnya.
Tantangan terbesar dalam proyek ini adalah digitalisasi peta desa. Sebab, desa sebelumnya hanya memiliki peta cetak untuk batas dusun. Untuk mengatasi hal ini, mahasiswa melakukan proses georeferencing: memindai peta cetak, mengikat koordinat dengan peta global, dan melakukan tracing batas dusun secara manual.
Muhammad Ryan Fikri Fakhrezi menuturkan bahwa proses ini memang teknis, tetapi hasilnya sangat bermanfaat. “Masyarakat tidak perlu memahami proses teknisnya. Output dari georeferencing ini adalah peta digital dengan batas dusun jelas, yang mudah dipahami siapa saja,” terangnya.
Ryan menambahkan, peta digital ini bisa dikembangkan lebih jauh. “Selain ditampilkan di website, peta ini bisa dicetak lalu diberi QR Code yang langsung terhubung dengan informasi digital. Bayangkan jika QR Code ini ditempatkan di homestay-homestay Borobudur, wisatawan bisa dengan mudah menemukan UMKM lokal,” jelasnya penuh semangat.
Selain peta digital, tim juga membangun chatbot berbasis HTML, CSS, dan JavaScript. Fungsinya adalah memberikan rekomendasi UMKM sesuai kebutuhan wisatawan. Menurut Ryan, keberadaan chatbot sangat penting karena jumlah UMKM di desa cukup banyak.
“Walaupun peta sudah memfilter berdasarkan dusun, wisatawan tetap akan kesulitan memilih. Chatbot ini membantu menyaring pilihan sehingga lebih tepat sasaran,” ungkap Ryan.
Namun, chatbot ini bukan hanya untuk wisatawan. Masyarakat desa juga bisa menggunakannya untuk menambah data UMKM baru. Sistem ini terhubung dengan Google Spreadsheet dan Google Forms sehingga mudah diperbarui.
“Dengan begitu, setelah KKN selesai pun, data UMKM tidak berhenti berkembang,” tambahnya.
Ryan mengungkapkan bahwa tantangan tidak hanya datang dari aspek teknis, tetapi juga sosial. “Dari sisi teknis, kami perlu waktu untuk memindahkan data dari hardfile ke softfile agar bisa diolah dengan coding. Dari sisi sosial, keterbatasan literasi digital warga membuat sosialisasi menjadi kunci,” jelasnya.
Sementara itu, Granitio melihat tantangan lain dari sisi keberlanjutan. “Kami memang tidak bisa langsung menempelkan sistem ini di website resmi desa karena akses terbatas. Itu sebabnya kami membangun website terpisah,” katanya.
Bagi Ryan, hal ini menjadi pelajaran penting bahwa desa perlu menyiapkan sumber daya manusia di bidang IT.
“Desa sebaiknya membuka program magang atau pelatihan IT. Jadi ada tim lokal yang bisa terus memperbarui sistem ini tanpa biaya besar. Anak muda desa bisa sekaligus belajar dan terlibat,” tambahnya.
Tim KKN 198 UNS menyadari bahwa produk teknologi ini tidak boleh berhenti menjadi proyek sekali jadi. Karena itu, mereka menyiapkan sistem agar data UMKM bisa selalu diperbarui. “Kami sengaja memilih Google Spreadsheet agar lebih mudah diakses. Data akan tersinkron secara periodik dengan website,” ujar Rizky Putra Rahadhika.
Ke depan, Rizky berharap ada pengembangan fitur dashboard untuk UMKM. “Dashboard akan memungkinkan pelaku usaha melihat statistik pencarian, bahkan berinteraksi langsung dengan calon konsumen. Ini akan memperkuat ekosistem UMKM digital,” jelasnya.
Ketiga narasumber sepakat bahwa pengalaman ini memberi pelajaran penting mengenai peran teknologi dalam pembangunan desa. Rizky menilai, “Teknologi memang bisa jadi jembatan, tapi harus dibarengi edukasi. Kalau masyarakat tidak diberi pemahaman, digitalisasi akan sulit diterima.”
Rizky menambahkan, “Kami jadi belajar bahwa pembangunan desa bukan hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga infrastruktur digital. Inilah yang akan memperkuat daya saing desa.”
Baca Juga: Mahasiswa KKN IAI Al Khoziny Gelar Seminar Public Speaking, Dorong Pemuda Balongdowo Percaya Diri
Rizky menutup dengan refleksi bahwa mahasiswa KKN memiliki peluang besar untuk membawa perubahan nyata.
“Kami ingin meninggalkan jejak yang bisa dirasakan masyarakat dalam jangka panjang. Harapan kami, apa yang kami bangun ini terus dirawat dan dikembangkan, bukan hanya berhenti saat KKN selesai,” tegasnya.
Proyek peta digital dan chatbot UMKM yang dikembangkan mahasiswa UNS menjadi bukti bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat bisa menghasilkan inovasi nyata. Tantangan memang masih ada, terutama soal keberlanjutan dan literasi digital, tetapi langkah awal telah diletakkan.
Dengan dukungan masyarakat dan kesiapan desa, peta digital, chatbot, dan website UMKM desa bisa menjadi pondasi menuju desa berbasis teknologi yang lebih kuat. Inovasi mahasiswa UNS ini tidak hanya memberdayakan UMKM, tetapi juga membuka pintu bagi masa depan desa digital di Indonesia.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





