Desa Mayang, Krajan.id – Limbah kayu yang selama ini hanya menumpuk di Desa Mayang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, kini disulap menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan sekaligus bernilai jual.
Inovasi ini digagas oleh mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 317 Periode Juli–Agustus 2025.
Lewat program bertajuk “Sosialisasi Briket Kayu: Energi Alternatif, Peluang Ekonomi” yang digelar pada Senin, (4/8/2025) di Balai Desa Mayang, para mahasiswa mengajak masyarakat mengelola limbah kayu menjadi briket. Tujuannya tak hanya mengurangi penumpukan limbah, tetapi juga membuka peluang usaha berbasis potensi lokal.
Ketua KKN 317, Aisyah Az’Zahra, menjelaskan bahwa ide ini lahir dari pengamatan tim terhadap melimpahnya limbah kayu di desa tersebut.
“Selama ini, limbah kayu dibiarkan begitu saja tanpa dimanfaatkan secara optimal. Melalui inovasi ini, kami ingin memberikan solusi yang berkelanjutan sekaligus mendorong kemandirian ekonomi warga,” ujarnya.
Acara sosialisasi diawali dengan pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, serta sambutan dari Kepala Desa Mayang, Harjono, yang memberikan apresiasi penuh.
“Kami sangat mendukung program ini. Ini bukan hanya soal mengelola limbah, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga,” kata Harjono.
Baca Juga: Kelompok KKN 42 Unugiri Bojonegoro Galakkan Program Aswaja Lewat Bersih-Bersih Makam di Desa Klempun

Dalam pemaparan materi, tim KKN menjelaskan secara sistematis mulai dari latar belakang program, pengenalan briket, hingga alasan pemilihan kayu sebagai bahan baku. Limbah kayu dipilih karena mudah diperoleh, proses karbonisasinya sederhana, dan menghasilkan panas tinggi saat dibakar.
Selain itu, peserta mendapatkan penjelasan mengenai manfaat briket dari sisi lingkungan maupun ekonomi. Briket mampu menjadi sumber energi alternatif yang mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus berpotensi dipasarkan sebagai produk lokal bernilai ekonomis.
Proses pembuatan briket yang diperkenalkan terdiri dari tujuh tahap: pengumpulan bahan, karbonisasi, penghalusan arang, pencampuran bahan, pencetakan, pengeringan, dan pengemasan. Untuk memperjelas, tim KKN menampilkan demonstrasi langsung pembakaran briket hasil produksi mereka. Hasil uji coba menunjukkan briket ini mampu menghasilkan panas stabil dan tahan lama, sehingga layak dikembangkan sebagai usaha rumahan.

Sesi diskusi berlangsung interaktif, di mana warga menanyakan berbagai hal terkait teknis pembuatan, jenis alat cetak yang digunakan, serta strategi pemasaran baik di tingkat desa maupun luar daerah. Antusiasme peserta mencerminkan besarnya minat terhadap peluang usaha ini.
Aisyah berharap, program ini tidak berhenti pada masa KKN saja. “Kami ingin masyarakat dapat melanjutkan produksi briket secara mandiri, sehingga menjadi sumber pendapatan tambahan yang berkelanjutan,” ucapnya.
Kegiatan yang dihadiri perangkat desa dan puluhan warga ini menjadi bukti meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah dan inovasi energi. Tim KKN UNS 317 optimistis, gerakan ini dapat menjadi langkah awal pengembangan industri kecil berbasis energi terbarukan di Desa Mayang.
Dengan adanya sinergi antara mahasiswa dan masyarakat, Desa Mayang kini memiliki peluang baru untuk mengubah masalah lingkungan menjadi sumber kesejahteraan. Jika berkelanjutan, program ini diharapkan mampu menginspirasi desa lain di Sukoharjo dan sekitarnya untuk memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai tambah.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





