Desa Soko, Krajan.id – Inovasi mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pintar Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unigiri) Bojonegoro kembali menghadirkan gebrakan positif bagi masyarakat. Pada Rabu (13/8/2025), Kelompok 55 KKN Pintar Unigiri menggelar pelatihan pembuatan briket dari bonggol jagung di SMP Satu Atap Desa Soko, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro.
Kegiatan ini menjadi salah satu program kerja utama yang dirancang untuk memberdayakan masyarakat sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian menjadi sumber energi alternatif. Program ini tidak hanya menyasar siswa-siswi SMP, tetapi juga melibatkan warga sekitar desa.
Koordinator Desa KKN Kelompok 55, Akhmad Faiz Riza Afthoni, dalam sambutannya menegaskan tujuan utama program ini adalah memberikan kontribusi nyata melalui inovasi pemanfaatan bonggol jagung menjadi briket.
“Kami ingin memberikan solusi praktis untuk mengolah limbah pertanian menjadi energi alternatif yang bermanfaat. Terima kasih kepada warga dan pihak sekolah yang telah menyambut program ini dengan hangat. Harapannya, manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMP Satu Atap Desa Soko menyampaikan apresiasi tinggi kepada para mahasiswa KKN yang membawa pelatihan edukatif dan aplikatif bagi siswa.
“Kegiatan ini memberi wawasan baru kepada anak-anak tentang potensi desa mereka. Semoga bisa menginspirasi mereka untuk menciptakan inovasi serupa di masa depan,” tuturnya.
Dukungan juga datang dari perwakilan Pemerintah Desa Soko yang melihat peluang besar dari inovasi ini. Ia menilai pelatihan briket bonggol jagung dapat mengurangi limbah pertanian dan sekaligus membuka peluang usaha baru.
“Kami mendukung penuh dan berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut, melibatkan lebih banyak warga desa,” katanya.
Menurut Hidayatul Lutfia, salah satu mahasiswa KKN yang memberikan informasi, alasan memilih bonggol jagung sebagai bahan baku tidak terlepas dari ketersediaannya yang melimpah di Desa Soko. Selama ini, bonggol jagung hanya dibakar atau dibiarkan membusuk di ladang. Padahal, bahan ini memiliki nilai kalor yang cukup baik untuk briket, murah, dan ramah lingkungan.
Namun, sebelum pelatihan ini digelar, tantangan terbesar masyarakat adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah bonggol jagung menjadi produk bernilai ekonomi.
“Awalnya masyarakat ragu karena belum pernah mendengar bonggol jagung bisa jadi briket. Tapi setelah kami jelaskan manfaat dan potensi ekonominya, mereka langsung antusias,” ungkap Hidayatul.
Sebelum kegiatan dimulai, tim KKN telah melakukan riset literatur dan studi lapangan kecil untuk menemukan teknik pembuatan briket terbaik. Uji coba pun dilakukan di kampus dengan variasi komposisi bonggol jagung dan bahan perekat agar menghasilkan briket yang berkualitas.

Pelatihan yang dimulai pukul 09.00 WIB itu tidak hanya berisi paparan materi, tetapi juga praktek langsung. Antusiasme terlihat dari siswa SMP yang semangat mencetak briket.
“Ada momen lucu saat salah satu siswa terlalu semangat mencetak briket sampai adonannya tumpah ke lantai. Tapi mereka tetap menikmati prosesnya,” kata Hidayatul sambil tersenyum.
Baca Juga: KKN UNS 304 Edukasi Warga Kadipiro soal Hukum Digital dan Keamanan Bermedia Sosial
Terkait peluang pengembangan, mahasiswa KKN menilai briket bonggol jagung memiliki prospek besar untuk dijadikan usaha berkelanjutan. Dengan pendampingan dan dukungan pemerintah desa, produk ini bisa menjadi alternatif sumber energi untuk rumah tangga dan industri kecil, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Saat ini fokus pelatihan masih pada aspek teknis pembuatan, namun tim KKN juga memberikan gambaran umum tentang strategi pemasaran sederhana. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki bayangan bagaimana memasarkan produk jika usaha ini dikembangkan.
Bagi Hidayatul, nilai terpenting dari kegiatan ini bukan hanya pada aspek ekonomi atau lingkungan, tetapi pada pemberdayaan masyarakat.
“Dengan keterampilan yang diberikan, masyarakat bisa lebih mandiri dan kreatif dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di desa,” jelasnya.
Tak hanya berhenti di pelatihan, KKN Kelompok 55 juga sudah berdiskusi dengan kelompok tani dan pelaku UMKM Desa Soko untuk kemungkinan melanjutkan produksi briket setelah masa KKN berakhir. Harapannya, kegiatan ini menjadi awal dari usaha kolektif yang melibatkan banyak pihak.
Jika proyek ini berhasil berkembang, manfaatnya akan terasa dari dua sisi: lingkungan dan ekonomi. Desa menjadi lebih bersih karena limbah pertanian dimanfaatkan, sementara masyarakat mendapatkan tambahan penghasilan dari penjualan briket.

“Kami ingin Desa Soko jadi contoh desa yang mandiri energi dan kreatif dalam mengelola sumber dayanya,” tutup Hidayatul.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, pelatihan pembuatan briket bonggol jagung ini menjadi bukti bahwa keberadaan mahasiswa KKN bukan sekadar menjalankan kewajiban akademik, tetapi juga membawa perubahan nyata bagi masyarakat.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





