Mojokerto, Krajan.id – mahasiswa Universitas Airlangga yang tergabung dalam program Belajar Bersama Komunitas ke-6 (BBK 6) menggelar inisiatif strategis bertajuk digital branding wisata Puthuk Sempu di Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Program yang dilaksankan pada Sabtu, (12/7/2025) ini menjadi langkah nyata kolaboratif antara mahasiswa dan komunitas lokal dalam memperkenalkan potensi wisata yang masih minim eksposur digital.
Puthuk Sempu merupakan destinasi wisata alam yang baru dikembangkan sekitar satu tahun terakhir. Meski memiliki panorama alam yang menawan, eksistensinya di media sosial masih sangat terbatas.
Kondisi ini mendorong kelompok BBK 6 Universitas Airlangga untuk menjadikan Puthuk Sempu sebagai fokus program digital branding, dengan harapan dapat meningkatkan daya saing destinasi ini di era digital.
“Kami melihat potensi luar biasa dari Puthuk Sempu. Lokasi ini menyimpan kekayaan ekowisata, namun belum dikenal luas di ranah digital. Maka dari itu, kami ingin membantu memperkuat identitas digitalnya agar mampu bersaing dengan destinasi lain di era serba online,” jelas Shafa Latiffani Kirana, salah satu anggota tim BBK.
Program ini disambut dengan antusias oleh pengelola Puthuk Sempu. Pak Sutris dan Pak Sugeng, dua tokoh yang selama ini mengelola area wisata tersebut, menyampaikan apresiasi terhadap kontribusi mahasiswa.
“Kami sangat berterima kasih atas upaya dari adik-adik mahasiswa. Ini membantu kami mengenalkan Puthuk Sempu kepada masyarakat lebih luas, terutama lewat Instagram dan TikTok,” ujar Pak Sutris.
Meski masyarakat belum dilibatkan langsung dalam produksi konten, para pengelola mengakui bahwa kualitas konten dan citra yang ditampilkan mampu meningkatkan daya tarik wisata mereka.
Strategi digital branding yang dijalankan oleh kelompok BBK ini mengandalkan kekuatan visual. Mereka menghasilkan video estetik yang menonjolkan keindahan alam Puthuk Sempu, memperbaiki tampilan profil media sosial, serta melakukan edukasi dasar bagi pengelola.
“Kami mengajarkan hal-hal praktis, mulai dari membuat caption menarik, waktu unggah yang tepat, hingga menjaga kualitas visual konten. Tujuannya agar mereka bisa mandiri kelola akun Instagram dan TikTok,” tambah Shafa.

Pilihan menggunakan Instagram dan TikTok bukan tanpa alasan. Kedua platform ini memiliki kekuatan dalam menyampaikan daya tarik visual dan menjangkau generasi muda yang menjadi target utama promosi.
Respons positif mulai terlihat dari konten-konten video pendek yang menampilkan keindahan alam Puthuk Sempu. Konten yang menonjolkan suasana tenang, sejuk, dan cocok untuk rekreasi menunjukkan peningkatan interaksi, termasuk ratusan views serta komentar dari pengguna di luar wilayah Mojokerto.
“Fokus kami memang lebih pada visualisasi pengalaman, seperti rute perjalanan menuju lokasi, suasana camping, dan momen pengunjung menikmati alam. Ini ternyata mendapat respons baik,” ungkap Kevin Shandika Adriansyah, Koordinator kegiatan sekaligus Ketua BBK 6 Universitas Airlangga.
Meski hasilnya menjanjikan, pelaksanaan program digital branding tidak lepas dari sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya manusia. Hanya dua orang yang aktif mengelola wisata ini, dan mereka belum memiliki pengalaman teknis dalam penggunaan media sosial.
Namun, keterbatasan ini tidak menyurutkan semangat tim BBK. Mereka melakukan pengeditan dan pengunggahan konten di luar lokasi dengan perangkat pribadi. Sementara di lokasi, pengelola diberikan pelatihan dengan metode sederhana agar mudah dipahami.
“Mereka sudah punya akses Wi-Fi di area camping, jadi kami tinggal membantu dari sisi teknis dan visual. Kami juga menyusun panduan dasar agar bisa dilanjutkan setelah program ini berakhir,” jelas Kevin.
Sejak program ini dijalankan, akun media sosial Puthuk Sempu mulai menunjukkan peningkatan interaksi. Meskipun masih dalam tahap awal, tim BBK menilai bahwa eksistensi digital wisata tersebut mulai terbentuk dan dapat berkembang lebih jauh ke depannya.
“Harapannya, setelah program BBK selesai, pengelola bisa melanjutkan pengelolaan konten dengan konsisten. Dengan eksistensi yang kuat secara digital, potensi kunjungan wisatawan pun bisa meningkat dan berdampak langsung pada ekonomi warga sekitar,” ujar Kevin.
Kelompok BBK juga menyampaikan rencana untuk tetap memantau perkembangan akun media sosial Puthuk Sempu dan terbuka membantu jika dibutuhkan. Panduan serta aplikasi pengeditan konten juga telah mereka serahkan kepada pengelola untuk digunakan secara berkelanjutan.

Menurut Shafa dan Kevin, peran mahasiswa dalam pengembangan desa sangat penting. Melalui pendekatan digital, mahasiswa menjadi jembatan antara potensi lokal dan perkembangan teknologi global. Program seperti BBK menjadi wadah aktualisasi kontribusi nyata di tengah masyarakat.
“Kami belajar banyak dari masyarakat. Salah satunya pentingnya komunikasi dua arah dan pendekatan yang membumi. Produk digital akan lebih bermakna jika pengelola juga ikut terlibat dan merasa memiliki,” tutur Shafa.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Poso, Warga Empat Desa Mengungsi ke Tempat Terbuka
“Kami juga menyadari bahwa teknologi bukan hanya alat, tetapi solusi yang bisa membangkitkan potensi desa yang selama ini tersembunyi,” tambah Kevin.
Program BBK 6 Universitas Airlangga di Desa Cepokolimo membuktikan bahwa kolaborasi mahasiswa dengan komunitas lokal dapat membawa dampak nyata melalui strategi digital branding.
Dengan memanfaatkan kekuatan media sosial, mereka berhasil membuka jalan bagi wisata Puthuk Sempu untuk lebih dikenal luas. Diharapkan, inisiatif ini dapat menjadi model pengabdian masyarakat berkelanjutan yang mampu meningkatkan kesejahteraan lokal melalui pemanfaatan teknologi secara inklusif dan partisipatif.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





