Desa Tlahab, Krajan.id – Desa Tlahab, Kecamatan setempat, dikenal sebagai wilayah dengan masyarakat yang mayoritas menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Namun, tantangan besar yang dihadapi adalah ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kimia. Dalam jangka panjang, praktik ini berpotensi menurunkan kualitas tanah, merusak keanekaragaman hayati, hingga menekan produktivitas lahan.
Berangkat dari kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang tergabung dalam kelompok 334 menghadirkan inovasi Biosaka sebagai solusi ramah lingkungan.
Biosaka merupakan cairan biostimulan alami yang dibuat dari ekstrak tumbuhan liar. Fungsinya sebagai elisitor yang mampu merangsang sel-sel tanaman sehingga dapat tumbuh optimal tanpa ketergantungan pada pupuk kimia.
Ketua pelaksana program, Wahyu Rizal, menegaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini bukan hanya mengenalkan teknologi baru, tetapi juga mendorong perubahan pola pikir petani agar lebih berorientasi pada pertanian berkelanjutan.
“Biosaka tidak hanya membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, tetapi juga memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan kemandirian pangan. Kami ingin masyarakat melihat bahwa pertanian ramah lingkungan dapat berjalan seiring dengan produktivitasnya,” ujar Wahyu Rizal.
Baca Juga: Pemberdayaan Ekonomi Ibu-Ibu PKK Dusun Kemasan Lewat Sabun Cuci Piring Homemade
Inovasi Biosaka lahir dari pengamatan sederhana: tanaman liar di alam yang tumbuh subur tanpa pupuk dan perawatan. Hal ini menginspirasi mahasiswa UNS untuk mengembangkan cairan biostimulan dengan bahan dasar tanaman lokal.

Namun, pemilihan bahan Biosaka tidak boleh sembarangan. Tanaman yang digunakan harus sehat, bebas hama, tumbuh di lingkungan ekstrem, dan minim media tanah, seperti di bebatuan atau dinding. Dalam praktiknya, 40 ml cairan Biosaka dicampur dengan 16 liter air lalu disemprotkan secara kabut tipis pada tanaman.
“Jika diterapkan dengan benar, Biosaka bisa menjadi pendamping terbaik petani, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem,” tambah Wahyu.
Program bertajuk “Pemanfaatan Biosaka sebagai Solusi Pertanian Ramah Lingkungan” ini diikuti oleh perwakilan kelompok tani se-Desa Tlahab. Rangkaian kegiatan terdiri dari dua tahap utama.
Pertama, pemaparan materi mengenai Biosaka, termasuk definisi, manfaat, kelemahan, serta teknik aplikasinya. Kedua, praktik langsung pembuatan Biosaka, mulai dari pemilihan bahan, persiapan alat, hingga langkah-langkah pencampuran yang benar.
Pelatihan berlangsung interaktif. Petani tidak hanya diberi teori, tetapi juga kesempatan mencoba membuat dan menyemprotkan Biosaka secara langsung.
Baca Juga: Mahasiswa UNS Edukasi Petani Kopi Temanggung Lewat Program SIGAP KOPI
Inisiatif mahasiswa UNS ini menjadi bagian penting dari upaya mewujudkan pertanian ramah lingkungan di Desa Tlahab. Dengan berkurangnya ketergantungan pada pupuk kimia, petani diharapkan mampu menjaga kesehatan tanah, menekan biaya produksi, serta meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan kelestarian alam.
Harapannya, adopsi Biosaka secara meluas dapat menjadi pintu masuk menuju kemandirian pangan desa. Dengan demikian, Desa Tlahab tidak hanya dikenal sebagai lumbung pertanian, tetapi juga sebagai pionir dalam mengimplementasikan teknologi hijau.
“Kami ingin program ini menjadi titik awal perubahan. Petani Tlahab bisa menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak mengurangi hasil panen, melainkan memperkuat ketahanan desa,” tutup Wahyu.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





