Sobokerto, Krajan.id – Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, dikenal dengan potensi wisatanya melalui Waduk Cengklik yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Namun, potensi ini terancam oleh pertumbuhan pesat eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang tidak terkendali.
Tanaman air ini kerap menyumbat saluran irigasi, menurunkan kadar oksigen dalam air, dan mengganggu aktivitas budidaya ikan di waduk.
Di sisi lain, Desa Sobokerto juga memiliki potensi besar dalam bidang peternakan sapi. Namun, lokasi kandang sapi yang berada di tengah permukiman menimbulkan permasalahan lingkungan akibat bau tidak sedap dari limbah kotoran sapi.
Kedua persoalan tersebut menjadi latar belakang munculnya inovasi dari para mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui program Hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Membangun Desa.
Pada Sabtu (14/6/2025), mahasiswa Hibah MBKM UNS menggelar sosialisasi pemanfaatan limbah kotoran sapi dan eceng gondok menjadi biopelet di Desa Sobokerto. Acara ini melibatkan 31 warga yang mayoritas merupakan peternak lokal.
Tujuan utama kegiatan ini adalah mengedukasi masyarakat untuk mengolah limbah menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis.
Ketua Kelompok Hibah MBKM UNS, Fadiah Luthfi Sya’arani, menyampaikan bahwa kegiatan ini berangkat dari hasil observasi tim terhadap potensi lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal.
“Desa Sobokerto memiliki banyak peternak sapi, namun kotorannya seringkali hanya menjadi limbah yang mengganggu warga sekitar. Padahal, kotoran sapi memiliki nilai kalor yang tinggi dan bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi dengan modal yang cukup terjangkau,” jelas Fadiah.
Ia menambahkan bahwa keberadaan eceng gondok yang selama ini dianggap gulma juga dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif melalui proses pembuatan biopelet.
“Kami melihat potensi ini sebagai peluang untuk memberdayakan masyarakat desa, terutama peternak sapi, agar bisa mengolah limbah menjadi sumber energi yang bermanfaat,” imbuhnya.
Sosialisasi ini terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama berisi penjelasan teoritis tentang kandungan kotoran sapi dan eceng gondok, manfaat mengolahnya menjadi biopelet, serta alat dan bahan yang dibutuhkan. Sesi kedua berisi demonstrasi langsung pembuatan biopelet, mulai dari pencampuran bahan hingga proses pencetakan.

Antusiasme peserta terlihat dari keterlibatan mereka dalam praktik langsung. Warga diberikan kesempatan membuat adonan biopelet dan mencoba alat sederhana yang digunakan.
Salah satu warga, Ibu Prihatin, menyatakan kegembiraannya setelah mengikuti kegiatan tersebut.
“Selama ini eceng gondok dan kotoran sapi hanya jadi limbah. Ternyata bisa diolah jadi biopelet sebagai bahan bakar alternatif. Kami bisa mempraktikkannya di rumah dan mungkin bisa jadi usaha sampingan,” ujarnya penuh semangat.

Sementara itu, Sekretaris Desa Sobokerto, Syeikh Maulana, menyambut baik inisiatif mahasiswa UNS ini.
“Kami sangat terbantu dengan pengetahuan ini. Semoga bisa menjadi awal bagi masyarakat kami untuk berinovasi memanfaatkan potensi lokal,” ungkapnya.
Program ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga. Upaya mahasiswa UNS ini sekaligus mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 7, yaitu energi bersih dan terjangkau, serta poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Dengan pendekatan yang aplikatif dan partisipatif, kegiatan ini menjadi contoh nyata kontribusi mahasiswa dalam menjawab persoalan lingkungan dan sosial di masyarakat. Inovasi pengolahan limbah menjadi biopelet ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya di Indonesia.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





