Mlandi, Krajan.id – Gunung Bismo yang menjulang di Kabupaten Wonosobo dikenal sebagai salah satu tujuan favorit para pendaki, khususnya melalui jalur Sirangkel. Namun, di balik pesonanya, jalur ini masih menyimpan tantangan, terutama terkait minimnya kesiapsiagaan petugas basecamp dalam menghadapi keadaan darurat.
Menyadari hal itu, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) kelompok 363 “Girivardhana” berkolaborasi dengan BASARNAS Wonosobo untuk mengadakan pelatihan keselamatan bagi anggota Basecamp Bimala di Desa Mlandi, Kecamatan Garung.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dengan materi berfokus pada pertolongan pertama medis, teknik evakuasi medan berat, serta navigasi dan orientasi lapangan. Tujuannya, membekali para anggota basecamp dengan keterampilan praktis yang dapat diterapkan ketika menghadapi situasi darurat di jalur pendakian.

Pelatihan dibuka dengan materi pertolongan pertama. Peserta mempelajari dasar-dasar anatomi tubuh, penilaian kondisi korban, hingga praktik langsung seperti pembalutan luka, pembidaian, dan pemindahan korban secara aman. Metode interaktif membuat peserta lebih mudah memahami prosedur penanganan darurat.
“Pertolongan pertama adalah fondasi utama. Jika dilakukan dengan benar, nyawa pendaki bisa terselamatkan sebelum bantuan lanjutan datang,” jelas salah satu instruktur dari BASARNAS.

Hari berikutnya, fokus pelatihan beralih ke teknik evakuasi medan berat. Peserta diajarkan prinsip-prinsip evakuasi aman dengan menggunakan tandu darurat, serta teknik pengangkutan manual seperti dipapah, digendong, atau diangkat dengan dua tangan. Simulasi dilakukan langsung di area berbukit agar peserta terbiasa dengan kondisi geografis Gunung Bismo.
Seorang anggota Basecamp Bimala mengaku bahwa pengalaman praktik lapangan ini sangat bermanfaat. “Pelatihan ini membuka wawasan kami tentang pentingnya kesiapsiagaan dan teknik penyelamatan yang benar,” ungkapnya.

Materi terakhir membekali peserta dengan keterampilan navigasi medan dan orientasi lapangan. Mereka belajar membaca peta topografi, menggunakan kompas, hingga mengenali tanda-tanda alam sebagai petunjuk arah. Latihan resection dan intersection dilakukan agar peserta mampu menentukan posisi di peta, serta mencari rute alternatif ketika visibilitas terbatas.
Ketua KKN UNS Kelompok 363 “Girivardhana”, Fahad Adi Nugroho, menegaskan bahwa program ini tidak sekadar pelatihan singkat, tetapi bagian dari upaya membangun sinergi jangka panjang.
“Kami berharap pelatihan ini menjadi awal dari kolaborasi berkelanjutan antara masyarakat lokal dengan lembaga profesional, sehingga pengelolaan ekowisata di Gunung Bismo semakin aman dan profesional,” katanya.
Hal senada juga disampaikan narasumber dari BASARNAS Wonosobo, Pak Dani. Ia menilai kegiatan ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat kapasitas lokal.
“Kesiapsiagaan harus ditanamkan sejak dini. Dengan keterampilan dasar ini, anggota basecamp bisa lebih responsif ketika menghadapi risiko di jalur pendakian,” ujarnya.
Pelatihan ini merujuk pada Permen LHK No. P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019 tentang Ekowisata, yang menekankan pentingnya standar keselamatan pengunjung. Dengan selesainya rangkaian kegiatan, anggota Basecamp Bimala kini memiliki bekal keterampilan yang lebih solid dalam menghadapi keadaan darurat.
Kolaborasi antara KKN UNS dan BASARNAS ini menjadi tonggak penting bagi penguatan sistem keselamatan pendakian di Gunung Bismo. Lebih dari sekadar seremoni, kegiatan ini diharapkan menjadi fondasi bagi peningkatan kapasitas lokal secara berkelanjutan, demi terciptanya wisata alam yang aman, profesional, dan berdaya saing.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





