Pulau Bali dikenal luas sebagai daerah yang sangat bergantung pada sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian. Namun, pandemi COVID-19 membuka kenyataan pahit bahwa ketergantungan berlebih terhadap satu sektor dapat menjadi kelemahan.
Puluhan ribu lapangan kerja di bidang wisata menghilang, menyisakan keresahan sosial sekaligus membuka kesadaran akan pentingnya diversifikasi ekonomi. Dalam konteks inilah, penguatan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa, menjadi sangat relevan dan strategis.
Dari perspektif psikologi, wirausaha bukan semata-mata tentang membuka bisnis. Lebih dari itu, wirausaha merupakan bentuk aktualisasi diri, ketahanan mental, serta kemampuan adaptif dalam menghadapi ketidakpastian. Seorang entrepreneur perlu memiliki daya lenting tinggi, mampu bertahan dari tekanan, dan tanggap terhadap perubahan.
Entrepreneurship dan Ketahanan Psikologis
Menurut teori psikologi positif dari Seligman (2002), individu yang memiliki tujuan hidup (meaning), keterlibatan aktif (engagement), dan relasi sosial yang sehat (relationship), cenderung lebih tangguh dalam menghadapi tekanan hidup.
Hal ini sangat selaras dengan karakter seorang wirausahawan yang harus menghadapi risiko kegagalan, tantangan permodalan, hingga persaingan dalam ekonomi digital.
Di sinilah resiliensi psikologis menjadi kompetensi utama yang perlu ditumbuhkan sejak masa kuliah. Program pelatihan karakter, pengembangan soft skill, hingga kegiatan outbound team building terbukti efektif memperkuat kerja sama tim, kepemimpinan, dan kreativitas mahasiswa (Goleman, 2005; Salanova et al., 2006).
Ekonomi Bali dalam Transisi: Inovasi Lokal dan Peran Mahasiswa
Saat ini, Pemerintah Provinsi Bali sedang mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan dan budaya lokal. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam transisi ini. Produk-produk berbasis kearifan lokal seperti tenun endek, kerajinan bambu, jamu tradisional, dan kuliner khas Bali mulai mendapat tempat di pasar digital.
Dalam hal ini, pendekatan psikologi budaya menjadi penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai lokal seperti Tri Hita Karana ke dalam model bisnis yang berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya nilai jual produk, tetapi juga memperkuat identitas pelaku usaha serta keterikatan emosional terhadap produk mereka.
Pentingnya Pendampingan Psikologis dan Konseling Karier
Namun, tidak semua mahasiswa memiliki keberanian dan kesiapan mental untuk menjadi wirausaha. Layanan konseling pendidikan dan psikologi karier berperan besar dalam membekali mahasiswa dengan kepercayaan diri dan mindset bertumbuh (growth mindset) sebagaimana disampaikan Dweck (2006).
Melalui asesmen minat, refleksi personal, dan bimbingan karier, mahasiswa dapat membangun self-efficacy yang esensial dalam dunia usaha.
Selain itu, pendampingan ini juga membantu mengatasi tekanan sosial dan stereotip seperti anggapan bahwa bekerja kantoran lebih bergengsi dibanding berwirausaha. Oleh karena itu, perlu perubahan cara pandang: dari “mencari pekerjaan” menjadi “menciptakan peluang kerja”.
Kesimpulan
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa Bali bukan sekadar solusi ekonomi pasca-pandemi, tetapi juga bagian dari transformasi psikologis menuju masyarakat yang mandiri, adaptif, dan inovatif.
Dengan pendekatan yang menyatukan psikologi, pendidikan, dan budaya lokal, mahasiswa dapat menjadi pelaku usaha yang tidak hanya berdaya saing, tetapi juga bermakna bagi masyarakatnya.
Referensi
- Seligman, M. E. P. (2002). Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. Free Press.
- Dweck, C. S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. Random House.
- Goleman, D. (2005). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
- Salanova, M., Agut, S., & Peiró, J. M. (2006). Linking organizational resources and work engagement to employee performance and customer loyalty: The mediation of service climate. Journal of Applied Psychology, 91(6), 1217–1227.
- Bappeda Provinsi Bali. (2023). Strategi Pemulihan Ekonomi Bali Pasca Pandemi. https://bappeda.baliprov.go.id





