Merawat Warisan Leluhur, Kajian Manuskrip Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Ishlah Bintoro Demak

Iluminasi di awal surah Al-Kahfi
Iluminasi di awal surah Al-Kahfi

Indonesia terkenal akan budaya warisan yang tidak dapat dihargai dengan materi. Sehingga kita sebagai bangsa Indonesia wajib menjaga kebudayaan tersebut agar bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya. Di antara peninggalan kebudayaan tersebut adalah manuskrip kuno yang merupakan bentuk peninggalan tertulis.

Sebagai karya tulis yang ditulis langsung oleh tangan manusia, manuskrip memberikan pandangan langsung tentang budaya, sejarah, sastra dan pemikiran dari zaman dahulu. Dengan adanya manuskrip kita dapat mempelajari informasi dan pengetahuan yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya.

Bacaan Lainnya

Salah satu manuskrip kuno yang menjadi perhatian adalah manuskrip Al-Qur’an yang tersimpan di Pondok Pesantren Al-Ishlah, Bintoro, Demak, Jawa Tengah. Pondok pesantren ini berlokasi strategis di Jalan Kyai Turmudzi No. 10, Sempalwadak, Bintoro, dekat dengan Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga—dua situs bersejarah yang sarat nilai spiritual dan budaya.

Penemuan manuskrip ini bermula dari aktivitas sederhana sang pengasuh pesantren, Kyai Ali Masyhar, yang saat itu tengah membersihkan perpustakaan di rumahnya. Tak disangka, dari tumpukan buku-buku lama, ditemukan sebuah manuskrip mushaf Al-Qur’an yang telah berusia lebih dari seabad.

Karakteristik dan Kondisi manuskrip Pondok Pesantren Al-Ishlah Bintoro Demak

manuskrip
manuskrip

Manuskrip tersebut menggunakan kertas Eropa dengan kode koleksi DMK-AI-00 dan diperkirakan berasal dari abad ke-19 M. Ukurannya cukup mungil, yakni 17,3 x 11,3 cm dengan ukuran teks 12 x 5,8 cm dan ketebalan 4 cm. Jumlah halamannya mencapai 549, dengan rata-rata 15 baris per halaman.

Naskah ini dijilid menggunakan benang dan terdiri atas sekitar 27 kuras. Meskipun tidak seluruh bagian naskah utuh hingga 30 juz, kondisi keseluruhannya masih tergolong cukup baik. Beberapa halaman memang telah hilang, seperti berikut:

  • Pada juz 1 hanya tersisa halaman terakhir yaitu Surah al-Baqarah ayat 134
  • Juz 2 hanya sampai pada Surah al-Baqarah ayat 248
  • Juz 3 halaman pertama tidak ada, langsung ke halaman 2 yaitu Surah al-Baqarah ayat 257, jadi dapat disimpulkan al-Baqarah ayat 249-256 telah hilang.
  • Juz 22 halaman terakhir tidak ada yaitu Surah Yasin ayat 13-27
  • Juz 23 halaman pertama hilang yaitu Surah Yasin ayat 28-40, jadi dapat disimpulkan Surah Yasin ayat 13-40 telah hilang.
  • Pada Manuskrip tersebut tidak ada juz 30 karena hanya sampai juz 29 Surah al-Insan ayat 5

Iluminasi dalam QS. Al-Kahfi

Iluminasi di awal surah Al-Kahfi
Iluminasi di awal surah Al-Kahfi

Iluminasi merupakan salah satu istilah teknis dalam ilmu penaskahan, yang mengacu pada gambar-gambar penghias naskah. Biasanya, iluminasi tampil pada halaman depan naskah. Pada naskah kuno, iluminasi atau gambar dibuat untuk menghias naskah agar memiliki daya tarik.

Salah satu hal menarik dari manuskrip ini adalah keberadaan iluminasi pada awal Surah Al-Kahfi. Iluminasi merupakan elemen dekoratif yang umum ditemukan dalam manuskrip kuno, biasanya berupa gambar atau ornamen yang berfungsi sebagai penghias dan penanda bagian penting dalam teks.

Iluminasi dalam manuskrip ini berbentuk persegi dengan tambahan ornamen segitiga di keempat sudut, dihiasi motif floral dominan berwarna kuning keemasan, disertai warna hitam, merah, dan hijau. Ornamen ini tidak hanya mempercantik tampilan naskah, tetapi juga menunjukkan kehalusan seni rupa Islam masa lalu yang dipadukan dengan nilai-nilai religius.

Manuskrip ini juga menampilkan penggunaan tinta berwarna sebagai penanda. Tinta hitam digunakan untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an, tinta merah untuk penanda juz, awal surat, tanda waqaf, dan simbol maqra’, sementara tinta hijau digunakan sebagai penanda waqaf pada bagian awal naskah hingga setengah dari juz 5, serta sebagai elemen hias dalam iluminasi. Keunikan lainnya terletak pada jenis tulisan (rasm) yang digunakan, yakni rasm imla’i—berbeda dengan rasm utsmani yang umum ditemukan dalam mushaf modern.

Gambaran tinta warna hijau sebagai penanda juz, dan tanda waqaf dari awal manuskrip sampai setengah awal juz 5
Gambaran tinta warna hijau sebagai penanda juz, dan tanda waqaf dari awal manuskrip sampai setengah awal juz 5
Contoh penggunaan rasm imla’i yang terdapat pada surah al-Kahfi ayat 16
Contoh penggunaan rasm imla’i yang terdapat pada surah al-Kahfi ayat 16

Menariknya, naskah ini telah mengalami proses digitalisasi di Jakarta, sebagai bentuk pelestarian warisan tertulis. Digitalisasi adalah upaya penyelamatan naskah-naskah kuno melalui teknologi seperti file digital, fotografi, dan mikrofilm.

Langkah ini penting untuk menghindari kerusakan fisik naskah akibat usia atau kondisi lingkungan. Dengan digitalisasi, akses terhadap naskah menjadi lebih luas dan dapat dimanfaatkan oleh peneliti, pelajar, serta masyarakat umum tanpa merusak naskah aslinya.

Melalui upaya pelestarian ini, kita diingatkan akan pentingnya menjaga dan menghargai peninggalan para leluhur. Manuskrip bukan hanya sekadar tulisan tua, melainkan refleksi dari peradaban dan spiritualitas masa lalu yang patut terus dirawat.

Keberadaan manuskrip Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Ishlah Bintoro Demak adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai luhur dapat tetap hidup dan menjadi sumber pengetahuan serta inspirasi di tengah arus modernisasi yang kian pesat.

Menghidupkan kembali perhatian terhadap naskah-naskah kuno adalah bagian dari proses mengenali jati diri bangsa. Terlebih, dalam konteks pesantren, manuskrip seperti ini menjadi penguat tradisi keilmuan Islam yang berakar kuat dalam budaya lokal.

Semoga langkah-langkah pelestarian seperti ini terus dilakukan, tidak hanya oleh kalangan akademisi dan peneliti, tetapi juga oleh masyarakat umum yang memiliki perhatian terhadap sejarah dan budaya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *