Panen Harapan di Segorogunung: Budidaya dan Penyulingan Nilam Bersama Masyarakat

Mahasiswa KKN UNS melakukan pembuatan rumah pengeringan tanaman nilam yang kemudian digunakan untuk penjemuran tanaman nilam pada Senin (11/8/2025). (doc. Tim KKN UNS Desa Segorogunung)
Mahasiswa KKN UNS melakukan pembuatan rumah pengeringan tanaman nilam yang kemudian digunakan untuk penjemuran tanaman nilam pada Senin (11/8/2025). (doc. Tim KKN UNS Desa Segorogunung)

Segorogunung, Krajan.id – Desa Segorogunung, Kabupaten Karanganyar, tengah menumbuhkan harapan baru melalui budidaya tanaman nilam yang diinisiasi bersama Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS).

Melalui kegiatan bertajuk “Pendampingan Pengolahan Pascapanen Tanaman Nilam untuk Peningkatan Nilai Tambah”, masyarakat setempat mendapatkan pelatihan mengenai cara mengolah hasil panen nilam secara mandiri. Kegiatan ini berlangsung pada Senin (18/8/2025) dan dihadiri warga desa yang antusias mengikuti prosesnya.

Bacaan Lainnya

Tujuan utama program ini adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar tidak hanya bergantung pada penjualan daun nilam dalam bentuk mentah. Selama ini, para petani di Segorogunung umumnya menjual hasil panen dalam kondisi basah atau kering karena belum memiliki alat dan kemampuan untuk melakukan proses penyulingan. Padahal, minyak atsiri yang dihasilkan dari daun nilam memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar domestik maupun internasional.

Tanaman nilam dikenal sebagai bahan dasar penting dalam industri parfum, dupa, kosmetik, dan obat-obatan herbal. Permintaan terhadap minyak nilam terus meningkat seiring pertumbuhan industri wewangian dan kecantikan dunia. Hingga kini, belum ditemukan produk pengganti yang sebanding, menjadikannya komoditas strategis dengan prospek menjanjikan.

Sejak pertengahan tahun 2024, masyarakat Segorogunung mulai menanam nilam dengan pendampingan langsung dari Dr. Ir. Yudi Rinanto, M.P., serta Tim KKN UNS. Tanaman ini dianggap mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian warga. Harga minyak nilam hasil penyulingan bisa mencapai Rp500–550 ribu per kilogram di tingkat perusahaan penyulingan, bahkan menembus Rp700–800 ribu per kilogram di tingkat eksportir.

Menurut Tim KKN UNS Desa Segorogunung, pendampingan ini merupakan bentuk dukungan nyata terhadap upaya masyarakat dalam mengoptimalkan potensi lokal.

“Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan cara mengolah hasil panen, tetapi juga membuka wawasan masyarakat mengenai nilai tambah yang bisa diperoleh dari pengolahan pascapanen nilam. Dengan begitu, warga tidak sekadar menjadi petani, tetapi juga pelaku usaha yang mandiri,” ungkap perwakilan tim.

Tahap panen nilam di Segorogunung dilakukan pada 11 hingga 18 Agustus 2025. Setelah panen, daun nilam dijemur hingga kering untuk mengurangi kadar air sebelum masuk tahap penyulingan. Proses pengeringan ini sangat menentukan kualitas minyak yang akan dihasilkan. Setelah itu, daun nilam disuling selama enam hingga tujuh jam untuk memisahkan minyak dari air.

Minyak yang mengambang di permukaan air hasil distilasi kemudian diambil secara hati-hati menggunakan spons, disaring dengan alat khusus, dan disimpan dalam wadah bersih. Proses ini memerlukan ketelitian tinggi karena sedikit kesalahan dapat memengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan.

Menurut Pak Sumadi, salah satu warga yang mengikuti pelatihan, proses pengolahan nilam memang membutuhkan kesabaran dan ketelitian.

“Proses pengolahan memang tidak mudah dan memerlukan waktu lama. Itu pun bergantung pada cuaca saat pengeringan. Selain itu, proses penyulingan juga bisa memakan waktu hingga enam atau tujuh jam untuk mendapatkan minyak nilam yang baik,” ujarnya.

Mahasiswa KKN UNS memberikan edukasi tentang pengolahan pascapanen tanaman nilam kepada petani di Desa Segorogunung pada Senin (18/8/2025). (doc. Tim KKN UNS Desa Segorogunung)
Mahasiswa KKN UNS memberikan edukasi tentang pengolahan pascapanen tanaman nilam kepada petani di Desa Segorogunung pada Senin (18/8/2025). (doc. Tim KKN UNS Desa Segorogunung)

Selama kegiatan berlangsung, masyarakat juga mendapatkan sesi pemaparan dan tanya jawab mengenai teknik budidaya nilam, mulai dari pembibitan, penanaman, pengeringan, hingga pengolahan dan pemasaran hasil minyak. Diskusi ini memberi ruang bagi warga untuk memahami bagaimana menjaga stabilitas harga jual serta meningkatkan kualitas produk agar mampu bersaing di pasar.

Kegiatan KKN UNS di Desa Segorogunung berlangsung selama 45 hari. Selain fokus pada pengolahan pascapanen nilam, mahasiswa juga menjalankan sejumlah program lain seperti pembangunan rumah pengeringan, pembuatan sabun berbahan ecoenzym, penerapan Smart Irrigation System berbasis Soil Moisture Sensor, serta pembelajaran untuk anak-anak desa.

Tim KKN UNS Desa Segorogunung terdiri dari mahasiswa lintas disiplin ilmu yang saling berkolaborasi dalam mendukung keberhasilan program ini. Mereka berasal dari berbagai jurusan seperti Ilmu Tanah, Teknik Elektro, Kimia, Pendidikan Biologi, Bahasa, dan Kebudayaan. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata sinergi antara ilmu pengetahuan dan praktik lapangan, di mana teori yang diperoleh di kampus diterapkan untuk menjawab kebutuhan nyata masyarakat.

Tim ini terdiri dari Muhammad Azzis Nauval, Dhimas Fajar Albani, ‘Aisy Abhista Rachmadian, Elna Putri Heryana, Fachrunisa Fitri Mufida, Garda Prima Sancaka, Isma Alifia Nisa, Muhammad Bintang Prakoso, Nurul Yasmina Fajri, dan Zidfina Zulfa. Mereka bekerja bersama dalam satu semangat: menghadirkan manfaat berkelanjutan bagi Desa Segorogunung.

Menurut Tim KKN UNS, kegiatan ini merupakan bukti bahwa pengabdian mahasiswa tidak berhenti pada teori.

“Kami berharap hasil pendampingan ini bisa memberikan dampak jangka panjang. Masyarakat tidak hanya memahami proses pengolahan, tetapi juga dapat mengembangkan inovasi dan membuka peluang ekonomi baru dari hasil alamnya sendiri,” jelas tim dalam rilis yang diberikan.

Program ini menjadi tonggak penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal. Dengan pendampingan yang tepat, warga Segorogunung kini memiliki keterampilan baru dalam mengolah hasil pertanian menjadi produk bernilai jual tinggi. Selain memberikan manfaat ekonomi, kegiatan ini juga memperkuat rasa percaya diri dan kemandirian masyarakat desa.

Desa yang dahulu hanya menjual hasil panen mentah kini bertransformasi menjadi produsen minyak atsiri yang memiliki daya saing. Nilam tidak lagi sekadar tanaman semak, tetapi telah menjadi simbol harapan baru bagi masyarakat Segorogunung untuk menatap masa depan yang lebih sejahtera.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *