Dalam dunia pendidikan, setiap siswa memiliki karakter dan keunikan tersendiri. Tidak jarang kita mendengar keluhan seperti, “Bahasa Indonesia nggak cocok buat aku, bikin ngantuk.” Pernyataan ini cukup lumrah, terutama di kalangan pelajar yang merasa kurang tertarik atau kesulitan dalam memahami materi pelajaran tertentu.
Namun, hal yang perlu dipertanyakan adalah: apakah benar pelajarannya yang tidak cocok, atau justru strategi pembelajaran yang diterapkan kurang tepat sehingga membuat pelajaran terasa membosankan?
Efektivitas sebuah proses belajar tidak hanya ditentukan oleh isi materi yang disampaikan, tetapi juga oleh bagaimana materi tersebut disajikan kepada siswa. Inilah yang disebut sebagai strategi pembelajaran.
Menurut O’Malley dan Chamot (1990), strategi merupakan seperangkat alat yang secara aktif melibatkan individu dalam proses belajar, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan secara optimal.
Sementara itu, Abdul Majid (2016) mendefinisikan strategi sebagai pola yang dirancang dan diterapkan secara sadar untuk melaksanakan suatu kegiatan, mencakup tujuan, pihak yang terlibat, isi, proses, serta sarana dan prasarana pendukungnya.
Sayangnya, strategi pembelajaran yang digunakan di banyak sekolah masih belum optimal. Banyak siswa mengeluhkan suasana kelas yang monoton, minim interaksi, dan cenderung satu arah. Proses belajar yang hanya berfokus pada ceramah dan pencatatan membuat siswa kehilangan semangat. Bahasa yang digunakan guru pun terkadang terlalu akademis dan tidak membumi, sehingga siswa kesulitan memahami konteks pembelajaran.
Salah satu upaya untuk mengatasi kebosanan dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan teknologi pendidikan. Saat ini banyak tersedia aplikasi pembelajaran interaktif, seperti kuis daring dan video pembelajaran.
Sayangnya, dalam praktiknya, pemanfaatan teknologi belum sepenuhnya efektif. Banyak siswa lebih memilih mencari jawaban instan di internet ketimbang memahami proses berpikir yang benar.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi tanpa pengawasan dan pendekatan pedagogis yang tepat tidak dapat menjamin hasil belajar yang optimal.
Selain itu, perbedaan gaya belajar siswa juga belum menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan strategi pembelajaran. Sebagian siswa lebih menyerap informasi melalui visual seperti gambar dan video, sebagian lainnya lebih mudah memahami melalui penjelasan lisan atau diskusi (auditori), dan ada pula yang membutuhkan praktik langsung (kinestetik).
Ketika guru hanya menerapkan satu pendekatan pembelajaran saja, maka akan terjadi ketimpangan dalam pencapaian hasil belajar. Menurut penelitian Edutopia (Terada et al., 2021) terhadap 2.000 guru di seluruh dunia, hanya 32% yang menyesuaikan strategi mengajar mereka dengan gaya belajar siswa.
Minimnya variasi metode juga memperparah keadaan. Banyak proses belajar masih terjebak pada pendekatan pasif: guru menjelaskan, siswa mencatat, lalu mengerjakan tugas. Aktivitas kolaboratif, proyek kreatif, dan pendekatan yang menggabungkan media digital modern belum menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Padahal, inovasi semacam ini bisa menjadi pemicu semangat belajar siswa dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih tinggi.
Hal ini juga sangat terasa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Banyak siswa menganggap pelajaran ini membosankan dan kurang menantang. Padahal, Bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan memiliki banyak aspek menarik untuk dieksplorasi. Sayangnya, penyampaian materi seringkali terlalu teoritis, seperti penjabaran kaidah kebahasaan dan struktur teks secara kaku, tanpa dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa.
Misalnya, ketika membahas cerpen atau puisi, guru bisa menggunakan lirik lagu, naskah film pendek, atau bahkan membuat proyek kreatif seperti vlog dan konten media sosial yang berbasis teks. Pendekatan seperti ini tidak hanya akan membuat siswa lebih memahami materi, tetapi juga membangun kemampuan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, dan kecintaan terhadap budaya dan literasi bangsa.
Pembelajaran Bahasa Indonesia seharusnya menjadi wahana ekspresi, kreativitas, dan eksplorasi. Melalui diskusi kelompok, permainan bahasa, debat, penulisan kreatif, dan pemanfaatan platform digital, siswa dapat lebih terlibat dan termotivasi.
Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga belajar mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks nyata. Hal ini tentunya akan berdampak positif pada pemahaman yang lebih mendalam dan keterampilan yang lebih aplikatif.
Kunci dari semua permasalahan ini adalah kemampuan guru untuk mengevaluasi dan mengembangkan pendekatan yang lebih adaptif, sesuai dengan kebutuhan zaman dan karakter siswa. Guru dituntut untuk terus belajar dan berinovasi, menciptakan suasana kelas yang lebih dinamis dan menyenangkan. Peran guru bukan lagi sebagai pusat informasi, melainkan sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran.
Dengan strategi yang tepat, semua mata pelajaran, termasuk Bahasa Indonesia, bisa menjadi menarik dan menyenangkan. Masalah bukan pada pelajarannya, tetapi pada cara penyampaiannya. Ketika guru mampu merancang pembelajaran yang komunikatif, kontekstual, dan menyenangkan, siswa tidak hanya akan memahami materi dengan lebih baik, tetapi juga akan mencintai proses belajar itu sendiri.
Sudah saatnya dunia pendidikan mengubah perspektifnya. Jangan lagi menyalahkan pelajaran atau siswa yang dianggap “tidak cocok.” Sebaliknya, mari fokus pada peningkatan strategi, inovasi dalam pembelajaran, dan membangun relasi yang kuat antara guru dan siswa. Karena pada akhirnya, keberhasilan pendidikan bukan terletak pada seberapa sulit pelajarannya, melainkan seberapa efektif strategi yang diterapkan untuk menyampaikannya.
Daftar Pustaka:
- Adiningrat, N., & Albina, M. Pentingnya Perencanaan Strategi Pembelajaran untuk Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. QOUBA: Jurnal Pendidikan, 1(2), 141-153.
- Fatimah, F., & Kartikasari, R. D. (2018). Strategi belajar dan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan bahasa. Pena Literasi, 1(2), 108-113.
- Kamaruddin, I., Kurniawan, A., Mahmud, R., Saleh, M. S., Khasanah, F., Megavity, R., Hartiningsari, D. P., Sari, D. M. M., & Ratnawati, R. (2022). Strategi pembelajaran. PT Global Eksekutif Teknologi.
- Terada, Y., Merrill, S., & Gonser, S. (2021, December 9). The 10 most significant education studies of 2021. Edutopia. (https://www.edutopia.org/article/10-most-significant-education-studies-2021/)






Bagus, sangat inspiratif, semoga penulis mendapat banyak pahala