Pengangguran di Indonesia mencerminkan permasalahan mendalam yang berkaitan dengan sistem pendidikan, akses pekerjaan, dan dinamika ekonomi nasional. Di tengah perkembangan ekonomi dan teknologi yang pesat, pengangguran tetap menjadi tantangan utama yang menghambat kemajuan bangsa. Masalah ini menunjukkan kelemahan dalam perencanaan ekonomi serta ketidaksesuaian mendasar dalam sistem pendidikan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2024 tercatat sebesar 4,82 persen. Angka ini menunjukkan banyaknya individu usia produktif yang belum mendapatkan pekerjaan layak.
Tidak hanya masyarakat berpendidikan rendah yang terdampak, tetapi juga lulusan perguruan tinggi. Situasi ini menggarisbawahi kesenjangan antara kualitas pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.
“Kami sering mendengar keluhan bahwa lulusan terbaik pun sulit mendapatkan pekerjaan tanpa ‘orang dalam,’” ujar Yoshefine Maharani Herwienda, seorang pakar ketenagakerjaan.
Persoalan mencolok juga terlihat pada lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Meskipun dirancang untuk siap kerja, kelompok ini justru mencatat tingkat pengangguran tertinggi. Ketidakcocokan antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan industri menjadi faktor utama.
“Sistem pendidikan belum mampu menjembatani kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja,” tambah Yoshefine. Banyak generasi muda akhirnya terjebak dalam ketidakpastian ekonomi karena sistem yang tidak adaptif.
Selain itu, rendahnya mutu pendidikan di Indonesia menjadi akar permasalahan. Kurikulum yang tidak mengikuti perkembangan zaman, minimnya pelatihan vokasi, serta metode pengajaran yang kurang inovatif menjadi kendala utama.
Ketimpangan akses pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan memperburuk situasi. Di banyak daerah terpencil, keterbatasan fasilitas, kurangnya tenaga pendidik berkualitas, dan jarak ke sekolah menjadi hambatan signifikan. Generasi muda dari wilayah ini sulit bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif.
Baca Juga: Pentingnya Kesehatan Mental bagi Mahasiswa
Dampak rendahnya kualitas pendidikan tidak hanya dirasakan individu tetapi juga perekonomian nasional. Keterampilan tenaga kerja yang kurang kompetitif menurunkan produktivitas serta menghambat inovasi.
Di sisi lain, sistem perekrutan yang lebih mengutamakan koneksi ketimbang kompetensi memperburuk frustrasi pencari kerja. Ketergantungan pada “orang dalam” menciptakan ketidakadilan, menghambat potensi individu berbakat, dan menurunkan efisiensi pasar kerja.
Pengangguran juga memicu berbagai masalah sosial, seperti kriminalitas, konflik, dan ketidakstabilan keluarga. Dampak resesi global tahun 2023 memperparah situasi dengan menekan sektor ketenagakerjaan dan meningkatkan angka pemutusan hubungan kerja (PHK).
Meski demikian, sebagian individu beradaptasi dengan memulai usaha kecil atau mengikuti pelatihan informal untuk meningkatkan keterampilan. Hal ini membuktikan bahwa tantangan pengangguran juga dapat menciptakan peluang, asalkan didukung oleh kebijakan yang tepat.
Untuk mengatasi pengangguran, diperlukan reformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan dan kebijakan ketenagakerjaan. Langkah-langkah yang bisa diambil meliputi penyesuaian kurikulum agar lebih relevan dengan kebutuhan industri, penguatan pendidikan vokasi, dan integrasi teknologi dalam proses belajar-mengajar.
“Kerja sama antara lembaga pendidikan dan sektor industri harus ditingkatkan agar lulusan siap menghadapi pasar kerja,” jelas Yoshefine.
Baca Juga: Kompetensi atau Ijazah: Mana yang Lebih Penting di Era Digital?
Pemerintah juga perlu memperluas pelatihan kerja, menyediakan sertifikasi keterampilan, serta memastikan pendidikan berkualitas dapat diakses seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, dukungan terhadap wirausaha, seperti pinjaman mikro, pelatihan bisnis, dan akses pasar, menjadi solusi untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
“Transformasi ini membutuhkan komitmen semua pihak untuk menciptakan perubahan yang nyata,” tegas Yoshefine.
Pengangguran mencerminkan kelemahan sistem pendidikan dan kebijakan ekonomi Indonesia. Namun, tantangan ini membuka peluang untuk perubahan signifikan. Dengan memperbaiki sistem pendidikan, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, mengembangkan kebijakan inklusif, serta memastikan transparansi dalam proses perekrutan, Indonesia dapat mengatasi pengangguran dan memanfaatkan potensi sumber daya manusia secara optimal. Transformasi ini menjadi kunci membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah.





