Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan mengembangkan potensi individu. Proses ini tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan belajar, tetapi juga oleh faktor biologis dan sosial budaya. Faktor biologis mencakup aspek-aspek seperti perkembangan fisik, otak, serta kemampuan kognitif yang berperan penting dalam kapasitas belajar setiap individu.
Sementara itu, faktor sosial budaya sangat memengaruhi bagaimana suatu masyarakat menyelenggarakan pendidikan. Indonesia, yang kaya akan keragaman etnis, agama, dan budaya, memiliki tantangan tersendiri dalam membentuk sistem pendidikan yang sesuai dengan konteks sosial budaya yang ada.
Di Indonesia, penting untuk memahami perbedaan sosial budaya dalam pendidikan. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya, memiliki nilai dan norma yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sistem pendidikan harus mampu menyelaraskan kebutuhan biologis siswa dengan keragaman sosial budaya yang ada.
Pendidikan yang efektif seharusnya tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga menghargai perbedaan biologis dan latar belakang sosial budaya para peserta didik, seperti yang dikemukakan oleh Djamarah & Zain dalam buku Belajar dan Pembelajaran.
Memahami faktor biologis yang memengaruhi perkembangan anak sangat penting dalam dunia pendidikan. Faktor biologis ini mencakup aspek-aspek seperti perkembangan otak, tingkat kematangan fisik, sistem saraf, dan faktor genetika.
Semua aspek ini memengaruhi kesiapan dan kapasitas anak dalam belajar. Misalnya, menurut Muhibbin Syah (2013), perkembangan otak anak berperan besar dalam kemampuan mereka menyerap informasi dan membentuk pemahaman. Setiap tahapan perkembangan otak anak memiliki karakteristiknya masing-masing, dan pemahaman ini sangat penting dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat.
Pada anak usia dini, mereka memiliki keterbatasan dalam memproses informasi yang abstrak dan kompleks. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai adalah dengan menggunakan metode visual atau pengalaman langsung.
Sementara itu, pada anak usia remaja, perkembangan fungsi kognitif semakin matang, dan mereka lebih siap untuk menerima dan mempelajari konsep-konsep yang lebih kompleks dan abstrak. Dengan memahami perbedaan biologis ini, pendidik dapat merancang pendekatan pembelajaran yang lebih tepat dan efektif.
Pendekatan sosial budaya dalam pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Faktor sosial budaya memengaruhi bagaimana siswa memahami pelajaran, berinteraksi dengan guru dan teman, serta membangun nilai-nilai yang mereka bawa dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan proses belajar-mengajar dengan nilai, norma, dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat agar pendidikan lebih relevan dan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.
Baca Juga: Era Digital dan Transformasi Bahasa Kita
Namun, tantangan utama dalam menerapkan pendekatan sosial budaya ini adalah keragaman budaya yang ada di Indonesia. Negara ini memiliki ratusan suku, bahasa, dan tradisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam upaya untuk memperkuat pendidikan berbasis sosial budaya, guru perlu memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai keragaman budaya yang ada di sekitar mereka. Hal ini akan membantu mereka dalam menciptakan suasana belajar yang inklusif dan menghormati perbedaan budaya.
Kurikulum juga perlu disusun dengan materi yang lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Dengan cara ini, nilai-nilai budaya lokal dapat disisipkan dalam setiap pelajaran, dan siswa dapat merasakan kaitan langsung antara apa yang mereka pelajari dengan kehidupan mereka.
Selain itu, sekolah juga dapat melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan, misalnya dengan mengadakan kegiatan yang memperkenalkan budaya lokal atau mengundang tokoh masyarakat sebagai pembicara. Langkah-langkah ini akan memperkaya pengalaman belajar siswa dan membuat pendidikan terasa lebih bermakna.
Mengintegrasikan landasan biologis dan sosial budaya dalam pendidikan adalah suatu pendekatan yang holistik dan sangat penting. Pendidikan yang memperhatikan kedua aspek ini akan lebih mampu menjawab kebutuhan peserta didik, tidak hanya dari segi akademis, tetapi juga dalam pengembangan karakter dan kemampuan sosial mereka. Sistem pendidikan yang holistik akan menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati dan kemampuan untuk bekerja sama dalam keragaman.
Baca Juga: Darurat Pencemaran Mikroplastik terhadap Lingkungan Hidup dan Potensi Bahaya bagi Kesehatan
Dalam budaya Indonesia yang menekankan nilai kebersamaan, penerapan penilaian berbasis kelompok bisa menjadi salah satu alternatif. Penilaian ini tidak hanya mengukur pencapaian akademik individu, tetapi juga kemampuan siswa dalam berkolaborasi dan bekerja dalam tim. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai sosial budaya Indonesia yang mengutamakan gotong royong dan kebersamaan.
Faktor biologis dan sosial budaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Kedua faktor ini harus dipertimbangkan dalam merancang dan menerapkan kebijakan pendidikan agar dapat menghasilkan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan efektif.
Dengan memahami perbedaan biologis antar siswa dan menghargai keragaman sosial budaya, pendidikan di Indonesia dapat lebih menyentuh kebutuhan setiap individu dan menciptakan generasi yang lebih adaptif serta siap menghadapi tantangan global.





