Potensi Mie Daun Kelor sebagai Solusi Pangan Fungsional Penurun Asam Urat

Ilustrasi foto/jurnaba.co
Ilustrasi foto/jurnaba.co

Mie merupakan salah satu makanan yang sangat digemari masyarakat Asia, terutama di kawasan Asia Tenggara. Selain praktis dan mudah diolah, mie juga menjadi sumber utama karbohidrat yang memberikan energi bagi tubuh.

Biasanya, mie dibuat dari tepung terigu dan berbentuk panjang menyerupai tali. Namun, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat, berbagai inovasi dalam pengolahan mie mulai bermunculan.

Bacaan Lainnya

Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah penggunaan daun kelor sebagai bahan tambahan dalam pembuatan mie.

Daun kelor dikenal sebagai tanaman yang memiliki segudang manfaat, baik sebagai bahan pangan maupun obat tradisional. Tanaman yang berasal dari suku Moringaceae ini mengandung beragam vitamin seperti A, B, dan C, serta mineral penting seperti kalsium, magnesium, fosfor, zat besi, dan kalium.

Selain kandungan nutrisinya yang tinggi, daun kelor juga kaya akan senyawa bioaktif seperti flavonoid dan alkaloid yang berpotensi memberikan manfaat kesehatan. Salah satu manfaat penting yang mulai disoroti adalah kemampuannya dalam membantu menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daun kelor dapat membantu meredakan nyeri sendi serta gejala yang berkaitan dengan hiperurisemia (tingginya kadar asam urat). Kandungan flavonoid dalam daun kelor diyakini mampu menghambat pembentukan kristal asam urat dan membantu mempercepat pengeluarannya melalui urin.

Inovasi Pembuatan Mie Daun Kelor

Pembuatan mie dengan campuran ekstrak daun kelor menjadi langkah konkret dalam memadukan pangan fungsional dengan kebutuhan masyarakat akan makanan praktis. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan mie ini antara lain tepung terigu berprotein tinggi, daun kelor, telur ayam, air, dan garam dapur.

Langkah pertama adalah mengolah daun kelor menjadi serbuk. Daun kelor yang telah dicuci bersih dikeringkan, baik dengan dijemur di bawah sinar matahari maupun menggunakan oven, sebelum kemudian diblender hingga menjadi bubuk halus. Pengeringan menjadi tahap penting karena dapat memengaruhi kandungan senyawa fenolik dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan.

Setelah diperoleh serbuk daun kelor, adonan mie dibuat dengan mencampurkan tepung terigu dan serbuk daun kelor sesuai takaran. Komposisi yang diuji bervariasi, mulai dari 0 gram hingga 10 gram serbuk daun kelor untuk 115-125 gram tepung terigu.

Ditambahkan pula telur ayam sebanyak 40 mL, air sebanyak 15 mL, serta garam sebanyak 1 gram. Adonan kemudian dicetak menggunakan alat pencetak mie, lalu direbus selama kurang lebih 100 detik.

Perubahan Sensoris dan Tekstur

Dari hasil uji sensoris, mie dengan tambahan daun kelor menunjukkan perbedaan mencolok dibandingkan mie biasa. Warna mie berubah sesuai banyaknya serbuk kelor yang digunakan—dari hijau muda hingga hijau tua. Warna yang pekat sering kali dianggap sebagai indikator bahwa mie tersebut memiliki nilai gizi lebih tinggi.

Tekstur juga turut berubah. Mie tanpa kelor cenderung kenyal, sedangkan penambahan kelor dalam jumlah besar membuat mie lebih rapuh dan mudah patah. Hal ini disebabkan oleh kandungan serat tinggi dalam daun kelor yang memengaruhi struktur gluten dalam adonan.

Dari segi rasa dan aroma, penggunaan kelor dalam jumlah seimbang tetap memberikan cita rasa gurih yang khas. Namun, apabila terlalu banyak, mie menjadi agak pahit dan aromanya semakin kuat, yang bisa mengurangi tingkat kesukaan konsumen terhadap produk ini.

Nilai Gizi dan Kandungan Protein

Uji laboratorium terhadap mie kelor menunjukkan kadar air berkisar antara 50 hingga 59 persen, masih berada di bawah batas maksimal 65 persen yang ditetapkan oleh SNI untuk mie basah matang. Rendahnya kadar air ini memberikan keuntungan dari segi daya simpan karena berpotensi memperlambat pertumbuhan mikroba.

Selain itu, uji dengan metode biuret menunjukkan adanya senyawa protein dalam mie, yang ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu pada sampel. Hal ini menegaskan bahwa mie kelor tidak hanya sekadar kaya serat, tetapi juga memiliki nilai tambah dari sisi protein nabati.

Efektivitas dalam Menurunkan Kadar Asam Urat

Keunggulan utama mie daun kelor terletak pada manfaat fungsionalnya dalam menurunkan kadar asam urat. Dalam penelitian oleh Setyowati et al. (2023), konsumsi mie ini selama lima minggu secara konsisten menunjukkan penurunan kadar asam urat dari 8,7 mg/dL menjadi 5,3 mg/dL. Penurunan signifikan ini memperkuat dugaan bahwa flavonoid dan polifenol dalam kelor efektif dalam menghambat enzim xantin oksidase yang berperan dalam produksi asam urat.

Kesimpulan

Mie berbahan daun kelor bukan hanya sekadar alternatif pangan, melainkan juga solusi inovatif dalam mendukung gaya hidup sehat. Kepraktisannya sebagai makanan harian, ditambah manfaatnya yang mampu membantu menurunkan kadar asam urat, menjadikan mie ini pilihan tepat di tengah meningkatnya kasus penyakit degeneratif di masyarakat.

Dengan optimalisasi proses produksi, pengaturan komposisi bahan, serta edukasi kepada masyarakat, mie daun kelor dapat menjadi produk unggulan dalam pengembangan pangan fungsional lokal yang kaya manfaat dan bernilai ekonomi tinggi.


Referensi

  • Abidin, A. Z., Devi, C., dan Adeline. 2013. Development of Wet Noodles Based on Cassava Flour. Journal of Engineering and Technological Sciences. Vol. 45B(1): 97-111.
  • Billina, A., Waluyo, S., dan Suhandy, D. Kajian Sifat Fisik Mie Basah dengan Penambahan Rumput Laut. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol.4(2): 109-116.
  • Halimah, I. N., dan Maghfiroh, K. 2022. Optimalisasi Peningkatan Protein dan Kualitas Organoleptik Mie Basah Melalui Fortifikasi Tepung Udang Rebon (Acetes erytharaeus). Journal of Natural Science and Learninf. Vol. 1(1): 23-29.
  • Irwan, Z. 2020. Kandungan Zat Gizi Daun Kelor (Moringa Oleifera) Berdasarkan Metode Pengeringan. Jurnal Kesehatan Manarang. Vol. 6(1): 69- 77.
  • Khasanah, V., dan Astuti, P. 2019. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kualitas Inderawi dan Kandungan Protein Mie Basah Substitusi Tepung Mocaf. Jurnal Kompetensi Teknik. Vol. 11(2): 15-21.
  • Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Mie. E-book Pangan.
  • Larasati, S., dan Dewi, R. F. 2024. Pengaruh Mie Berbahan Dasar Campuran Serbuk Daun Kelor dan Tepung Terigu Terhadap Tingkat Kesukaan Konsumen. Gastronomy and Culinary Art. Vol. 3(1): 49-60.
  • Sanjaya, M. A. P. A. A., Yulianingsih, G., Khasanah, M., Wahyudi, K. E., dan Firdaus, B. S. 2022. Mie Basah Substitusi Tepung Daun Kelor dalam Upaya Pencegahan Stunting. Indonesian Journal of Community Service and Engagement. Vol. 1(2): 178-185.
  • Setyowati, A. D., Solihat, I., Nandhasari., dan Aninda, Y. 2023. Formulasi Mie Sehat dengan Tambahan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) sebagai Pangan Alternatif Penurunan Asam Urat. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia. Vol. 7(1): 29-35.
  • Sitompul, A. 2019. Pengaruh Substitusi Tepung Sukun dan Penambahan Telur Ayam Kampung Terhadap Mutu Mie Basah. Jurnal Wahana Inovasi. Vol. 8(2): 116-121.
  • Utami, D., dan Azara, R. 2021. Pengaruh Konsentrasi Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Lama Pengukusan terhadap Karakteristik Mie Instan Kelor. Journal of Tropical Food and Agroindustrial Technology. Vol. 2(1): 1-4.
  • Viona, R., Fatimah, F., dan Wuntu, A. D. 2023. Potensi Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Sebagai Vitamin C Herbal dan Aplikasinya Pada Mie Basah. Chem. Prog. Vol. 16(1): 79-85.
  • Wulandari, Z., dan arief, I. I. 2022. Review: Tepung Telur Ayam: Nilai Gizi, Sifat Fungsional dan Manfaat. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Vol. 10(2): 62-68.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *