Program Generasi Berencana (GenRe): Membangun Remaja Berkualitas untuk Masa Depan Bangsa

Ilustrasi/penulis
Ilustrasi/penulis

Indonesia saat ini berada dalam kondisi bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif, termasuk remaja, sangat besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, jumlah penduduk berusia 10–24 tahun mencapai 66,558.5 juta jiwa.[1]

Dalam kategori Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), kelompok usia ini yang belum menikah dikategorikan sebagai remaja. Jumlah yang besar ini bisa menjadi aset bangsa atau tantangan jika tidak dibina dengan baik. Kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan bergantung pada kualitas remaja saat ini.[2]

Bacaan Lainnya

Tantangan utama yang dihadapi oleh remaja saat ini tidak hanya berasal dari tekanan sosial, tetapi juga dari arus informasi yang begitu deras dan tidak selalu positif. Meningkatnya pengaruh globalisasi, media sosial, serta pergaulan bebas menjadi ancaman nyata bagi masa depan generasi muda.

Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak, terutama pemerintah, keluarga, sekolah, dan masyarakat, dalam memberikan pembinaan serta arahan yang tepat bagi remaja. Salah satu program yang berperan dalam pembinaan tersebut adalah Program Generasi Berencana (GenRe) yang dikembangkan oleh BKKBN sejak tahun 2010.

Sebagai upaya pembinaan remaja, sejak tahun 2010 BKKBN mengembangkan Program Generasi Berencana (GenRe) yang berlandaskan Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.[3]

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan remaja dalam merencanakan masa depan, terutama dalam aspek pendidikan, karier, kesehatan reproduksi, dan kehidupan berkeluarga. Hal ini sejalan dengan Pasal 48 Ayat 1 (b) dalam undang-undang tersebut yang menegaskan pentingnya akses informasi, pendidikan, konseling, dan layanan terkait kehidupan berkeluarga bagi remaja.[4]
 
Tujuan Program
Program GenRe memiliki beberapa tujuan utama yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup remaja:[5]

  • Menunda Usia Pernikahan Dini
    – Remaja diajak untuk memahami pentingnya menikah pada usia yang matang (minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki).
    – Mencegah risiko kesehatan akibat kehamilan di usia muda.
  • Peningkatan Kesadaran Kesehatan Reproduksi
    – Edukasi mengenai kesehatan reproduksi agar remaja memahami bagaimana menjaga tubuh dan kesehatannya.
    – Pencegahan pergaulan bebas dan risiko penyakit menular seksual.
  • Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Karier
    – Mendorong remaja agar menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin sebelum menikah.
    – Memberikan wawasan tentang perencanaan karier yang matang.
  • Mencegah Triad Kesehatan Reproduksi Remaja
    – Pernikahan dini
    – Kehamilan remaja yang tidak direncanakan
    – Penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS

Sasaran Program
Program GenRe ditujukan kepada berbagai kelompok masyarakat yang memiliki peran penting dalam pembinaan remaja, antara lain:[6]

  • Remaja usia 10–24 tahun (baik yang masih sekolah maupun tidak).
  • Mahasiswa dan pemuda yang belum menikah.
  • Keluarga, terutama orang tua, agar mendukung dan membimbing anak-anak mereka dalam merencanakan masa depan.

Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Keberhasilan Program GenRe
Keberhasilan Program GenRe tidak hanya bergantung pada pemerintah dan BKKBN, tetapi juga pada dukungan penuh dari keluarga, sekolah, serta masyarakat luas:[7]

  • Peran Keluarga
    Keluarga, khususnya orang tua, memiliki peran utama dalam mendidik dan membimbing anak-anak mereka agar memiliki perencanaan hidup yang baik. Orang tua perlu memberikan edukasi tentang pentingnya pendidikan, bahaya pergaulan
  • bebas, serta risiko pernikahan dini. Selain itu, pola asuh yang sehat dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan membantu remaja dalam menghadapi berbagai tantangan di usia mereka.
  • Peran Sekolah dan Institusi Pendidikan
    Sekolah juga menjadi tempat yang sangat berpengaruh dalam membentuk pola pikir dan karakter remaja. Oleh karena itu, integrasi materi kesehatan reproduksi, perencanaan keluarga, dan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah sangat penting. Program konseling di sekolah juga harus lebih dioptimalkan agar remaja memiliki tempat untuk berdiskusi mengenai berbagai permasalahan mereka.
  • Peran Masyarakat dan Pemerintah
    Masyarakat juga perlu berperan aktif dalam mendukung tumbuh kembang remaja melalui berbagai kegiatan positif seperti sosialisasi kesehatan reproduksi, seminar motivasi, serta kegiatan yang membangun karakter dan keterampilan mereka. Sementara itu, pemerintah harus terus memastikan bahwa Program GenRe dapat berjalan secara efektif melalui peningkatan akses informasi, tenaga penyuluh, serta fasilitas pendukung lainnya.

Program Generasi Berencana (GenRe) memperkenalkan beberapa komponen utama sebagai dasar pembinaan remaja agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang siap secara fisik, mental, dan sosial.

Komponen-komponen tersebut dirancang untuk memberikan edukasi dan dukungan yang menyeluruh, sehingga remaja serta keluarganya dapat memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai perencanaan hidup yang sehat dan berkualitas. Berikut penjelasan lebih mendalam mengenai komponen utama dalam Program GenRe:[8]

  • Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
    Komponen ini merupakan inisiatif dari BKKBN yang mendorong pernikahan pada usia yang lebih matang. Dalam program PUP, dianjurkan agar perempuan menikah pada usia minimal 21 tahun dan laki-laki pada usia minimal 25 tahun.

    Tujuan utama dari inisiatif ini adalah agar pasangan yang menikah memiliki kesiapan secara fisik, mental, dan sosial. Dengan menunda usia pernikahan, diharapkan pasangan dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tanggung jawab pernikahan, stabilitas emosional, dan kesiapan ekonomi yang memadai untuk membangun keluarga.

    Hal ini akan membantu mewujudkan keluarga yang tidak hanya harmonis dan berkualitas, tetapi juga mampu mendukung pertumbuhan anak-anak secara optimal.

  • Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

    Komponen KRR berfokus pada kondisi kesehatan remaja dari segi fisik, mental, dan sosial yang berkaitan dengan sistem reproduksi. Edukasi tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat penting agar remaja dapat memahami dinamika tubuh mereka serta mengenali tantangan dan risiko yang mungkin dihadapi.

    Melalui pendekatan edukatif yang komprehensif, remaja diberikan pengetahuan mengenai cara menjaga kesehatan reproduksi, pencegahan penyakit menular seksual, serta bahaya pergaulan bebas yang berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif.

    Informasi yang disampaikan tidak hanya melalui media massa, tetapi juga melibatkan peran aktif tenaga kesehatan, guru, dan tokoh masyarakat yang memiliki keahlian dan kredibilitas dalam bidang kesehatan. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan kesadaran yang lebih tinggi di kalangan remaja dan mendorong mereka untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat.

  • Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Pusat Informasi Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M)

    Komponen ini dibagi menjadi dua bagian yang saling melengkapi dalam mendukung pembinaan remaja:

    • Pusat Informasi Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) merupakan wadah yang dikelola oleh dan untuk remaja. Fokus utamanya adalah memberikan edukasi mengenai pernikahan sehat, pemahaman tentang delapan fungsi keluarga, serta mengenali dan mengantisipasi tiga ancaman utama yang dihadapi remaja, yakni isu seksualitas, risiko HIV/AIDS, dan penyalahgunaan NAPZA.

Melalui PIK R/M, remaja mendapatkan akses langsung ke informasi yang akurat dan relevan, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat terkait kehidupan pribadi dan hubungan sosial mereka.

    • Bina Keluarga Remaja (BKR) ditujukan bagi keluarga yang memiliki anggota remaja berusia 10–24 tahun. Program ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan orang tua dalam membimbing serta mendukung tumbuh kembang anak.

Dengan pelatihan dan pendampingan yang diberikan melalui BKR, diharapkan keluarga dapat menjadi lingkungan yang mendukung, yang mana nilai-nilai positif tentang pendidikan, kesehatan, dan perencanaan masa depan dapat ditanamkan sejak dini.

Secara keseluruhan, komponen-komponen utama Program GenRe ini saling melengkapi untuk menciptakan sinergi antara remaja dan keluarganya. Dengan pendekatan yang menyeluruh, diharapkan remaja tidak hanya mendapatkan informasi yang diperlukan, tetapi juga dukungan emosional dan sosial yang kuat untuk menghadapi tantangan kehidupan.

Pendekatan ini merupakan langkah penting untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas dan sehat, tetapi juga memiliki landasan moral dan etika yang kokoh, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa di masa depan.
 
Kesimpulan
Dengan pendekatan berbasis edukasi, advokasi, dan pemberdayaan keluarga, Program GenRe diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang berkualitas, sehat, dan bertanggung jawab. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, pendidik, keluarga, serta masyarakat luas dalam membimbing dan mendukung remaja.

Jika program ini terus berjalan dengan optimal, generasi mendatang akan memiliki kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan global, serta mampu membangun kehidupan yang sejahtera dan berkualitas. Oleh karena itu, dukungan aktif dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk menjadikan remaja Indonesia sebagai aset yang benar-benar berharga bagi masa depan bangsa.

Dengan adanya Program GenRe, kita berharap dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas dan sehat, tetapi juga memiliki perencanaan hidup yang matang dan mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional.


REFERENSI

[1] Badan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin, 2023,” 2024.
[2] Devi Yulianti, “PROGRAM GENERASI BERENCANA (GenRe) DALAM RANGKA PEMBANGUNAN MANUSIA MENUJU PEMBANGUNAN NASIONAL BERKUALITAS,” JURNAL ANALISIS SOSIAL POLITIK 1, no. 2 (2017): 93–108.
[3] Budi Mulyawan and Nisa Mailiyatuzzahro, “Implementasi Program Generasi Berencana Di Kabupaten Indramayu,” Jurnal Aspirasi 11, no. 2 (2021): 50–62.
[4] Pemerintah Pusat, “Undang-Undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga” (2009).
[5] Muhammad Azmiyannoor et al., KUASAI MATERI GENERASI BERENCANA, 1st ed. (CV. Mine, 2021).
[6] Antartila Rezki Aziz, “PENERAPAN PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI KOTA PALEMBANG,” JIANA: Jurnal Ilmu Administrasi Negara 19, no. 3 (2021): 190–206.
[7] FIFI DARVINA, “IMPLEMENTASI PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DALAM RANGKA PENYIAPAN DAN PERENCANAAN KEHIDUPAN BERKELUARGA BAGI REMAJA ” (UNIVERSITAS MEDAN AREA, 2017).
[8] Risma Putri Mayangsari, “PERAN PROGRAM GENERASI BERENCANA DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KABUPATEN BANGKALAN,” 2023.


Penulis:

Disusun oleh mahasiswa Universitas Internasional Batam:

  1. Wilson Li
  2. Evelyn
  3. ⁠Jolin
  4. Felicia Angel Khosasih
  5. Ibnu Mu’alim
  6. Cellina
  7. ⁠Dearicha Tan Yan Ping
  8. ⁠Michelle Zhang
  9. ⁠Maria Madalena
  10. ⁠Edy Chuen
  11. Wilbert Shenvriano Natanael
  12. ⁠Jane Charyssa
  13. Muhammad Haiqal
  14. Sherlin Yemima
  15. Kelwin Lim
  16. ⁠Neza Nevia Fitri 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *