Abstrak:
Media sosial kini berfungsi sebagai “panggung” digital tempat jutaan individu mengekspresikan diri. Namun, di balik citra yang ditampilkan, sering kali tersembunyi kenyataan yang berbeda. Artikel ini menggunakan Teori Dramaturgi dari Erving Goffman yang memandang manusia sebagai aktor sosial yang secara sadar membentuk citra diri melalui simbol dan interaksi. Teori ini menekankan bahwa manusia memiliki kemampuan berpikir, belajar, dan mengubah makna dalam interaksi sosial—berbeda dengan hewan. Melalui pemahaman akan tekanan sosial dan ekspektasi digital yang mendorong terciptanya “ilusi panggung” di dunia maya, artikel ini mengajak pembaca untuk merespons identitas virtual dengan bijak serta menjaga keaslian diri di tengah kebisingan media sosial.
Kata Kunci:
Media Sosial, Teori Dramaturgi, Ilusi Panggung, Interaksi Sosial, Tekanan Sosial
Abstract:
Social media now serves as a digital “stage” where millions of people express themselves, yet behind the displayed image lies a different reality. This article utilizes Erving Goffman’s Dramaturgy Theory, which views humans as social actors who intentionally manage their self-image through symbols and interactions. The theory emphasizes that unlike animals, humans can think, learn, and change meaning through social interactions. Understanding how social pressure and digital expectations push us to create “stage illusions” online, this article invites readers to respond wisely to virtual identities and maintain authenticity amid the noise of social media.
Keywords:
Social Media, Dramaturgy Theory, Stage Illusion, Social Interaction, Social Pressure
Pendahuluan
Perkembangan media sosial telah secara drastis mengubah cara individu berinteraksi dan menampilkan diri. Platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter kini bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga menjadi panggung digital tempat individu menampilkan identitas serta peran sosial mereka secara sadar.
Fenomena ini mengundang minat para peneliti, salah satunya melalui pendekatan Teori Dramaturgi dari Erving Goffman. Teori ini menyatakan bahwa kehidupan sosial menyerupai sebuah pertunjukan teater, di mana setiap individu memainkan peran dan berupaya mengatur kesan yang ditampilkan kepada audiens sosialnya.
Berbagai studi mendukung hal ini. Penelitian Merunková dan Šlerka (2019) menunjukkan bagaimana pengguna media sosial membentuk “persona” melalui pengelolaan citra yang disengaja, menciptakan ilusi panggung yang sangat berbeda dari kenyataan hidup mereka.
Studi lain terhadap remaja dan mahasiswa juga mengungkap adanya perbedaan antara “panggung depan” di media sosial dan “panggung belakang” dalam kehidupan nyata, yang memengaruhi kesejahteraan mental (Wongkar et al., 2022; Amelia & Amin, 2023).
Tekanan sosial dan ekspektasi digital mendorong individu untuk menampilkan versi terbaik dari diri mereka, meski harus mengorbankan keaslian. Hal ini menimbulkan dilema antara keinginan untuk diterima secara sosial dan kebutuhan untuk jujur terhadap diri sendiri.
Oleh karena itu, memahami mekanisme dramaturgi digital menjadi penting agar kita mampu menilai peran-peran yang dimainkan di media sosial serta dampaknya terhadap hubungan sosial dan identitas individu.
Artikel ini bertujuan untuk mengulas realitas di balik citra digital yang kita tampilkan di media sosial dengan menggunakan lensa Teori Dramaturgi, serta mengajak pembaca lebih bijak dalam menjaga keseimbangan antara persona digital dan diri autentik.
Metode
Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif reflektif dengan studi pustaka sebagai metode utama. Tujuannya adalah untuk mengeksplorasi fenomena presentasi diri dan pengelolaan identitas di media sosial berdasarkan Teori Dramaturgi Erving Goffman.
Informasi dalam artikel diperoleh dari berbagai literatur akademik dan jurnal ilmiah terkait fenomena komunikasi digital dan perilaku pengguna media sosial. Penulis menganalisis dan menginterpretasikan hasil studi-studi tersebut untuk merumuskan refleksi kritis tentang bagaimana individu menciptakan citra diri di “panggung” media sosial serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan mental dan hubungan sosial.
Pendekatan ini memungkinkan penulis untuk memahami fenomena sosial yang kompleks secara mendalam tanpa bergantung pada data statistik, tetapi melalui pemikiran teoritis dan kontekstual.
Hasil dan Pembahasan
Fenomena media sosial sebagai ruang publik digital kini menjelma menjadi “panggung” baru bagi individu untuk mempresentasikan dirinya sesuai dengan ekspektasi sosial. Jika dianalisis melalui perspektif Teori Dramaturgi Erving Goffman, tampak jelas bahwa media sosial menjadi medium utama dalam praktik impression management yakni upaya sadar seseorang untuk mengatur dan mengontrol citra diri di hadapan audiens digital.
Dalam kerangka ini, pengguna media sosial memosisikan diri layaknya aktor yang tampil di panggung depan (front stage) dengan persona yang telah dipoles, sembari menyembunyikan sisi personal di panggung belakang (back stage) yang jarang diperlihatkan.
Pengelolaan Identitas dan Manajemen Reputasi
Penelitian Azhari dan Khairussalam (2020) yang dilakukan di Indonesia menggarisbawahi bagaimana mahasiswa secara aktif menggunakan Instagram sebagai sarana pembentukan identitas sosial. Temuan mereka menunjukkan bahwa pengguna dengan selektif memilih konten yang mampu merepresentasikan diri mereka sebagai sosok inspiratif, sukses, dan patut diteladani—misalnya dengan membagikan pencapaian akademik, kegiatan sosial, hingga kutipan motivasi.
Namun, di balik representasi ideal ini, terdapat kehidupan nyata yang jauh lebih kompleks dan tidak selalu sesuai dengan citra digital yang ditampilkan. Inilah yang disebut sebagai panggung belakang, di mana individu menyembunyikan sisi-sisi diri yang dianggap tidak sesuai dengan standar sosial atau berpotensi menurunkan reputasi. Fenomena ini menjadi bukti nyata praktik dramaturgi digital, di mana terjadi proses kurasi diri secara terus-menerus demi mempertahankan impresi yang diinginkan (Azhari & Khairussalam, 2020).
Strategi Pengelolaan Identitas di Platform Media Sosial
Dari perspektif global, studi oleh Merunková dan Šlerka (2019) mengembangkan pemetaan lima tipe pengguna Facebook berdasarkan strategi dramaturgis yang mereka terapkan. Tipe-tipe tersebut meliputi:
- Public Diary, yang bersifat terbuka dan membagikan hampir seluruh aspek kehidupan secara gamblang;
- Selectively Authentic, yang menampilkan bagian kehidupan yang otentik namun tetap dikurasi;
- Image-Crafters, yang memoles citra diri demi kepentingan profesional;
- Influencer, yang menampilkan persona karismatik untuk menarik banyak audiens;
- dan Observers, yang pasif dan jarang membagikan kehidupan pribadinya.
Penelitian ini mempertegas bahwa pengguna media sosial tidak pasif, melainkan aktif memilih dan menyusun narasi diri yang dapat memperkuat kesan positif, serta menghindari konten yang berpotensi merusak reputasi. Dalam hal ini, tekanan sosial dan kebutuhan akan validasi menjadi faktor pendorong terbentuknya “ilusi panggung” yang tampak sempurna, tetapi sering kali jauh dari kenyataan pribadi (Merunková & Šlerka, 2019).
Penyesuaian Peran Sosial dan Efek Psikologis
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama dan Wulandari (2021) di Indonesia memberikan kontribusi penting dengan menambahkan dimensi psikologis dalam penerapan teori dramaturgi, khususnya di platform Twitter.
Mereka menemukan bahwa pengguna kerap menyesuaikan gaya komunikasi, topik pembahasan, serta bentuk interaksi dengan audiens yang berbeda. Artinya, pengguna menyesuaikan peran sosial mereka sesuai konteks, mirip dengan aktor yang memerankan berbagai karakter tergantung pada panggung tempat mereka tampil.
Namun, penyesuaian peran ini tidak selalu tanpa konsekuensi. Ketika terdapat kesenjangan antara identitas sejati (real self) dan identitas digital (presented self), pengguna dapat mengalami tekanan psikologis, seperti stres, kecemasan, hingga keterasingan sosial. Studi ini menyoroti bahwa media sosial tidak hanya menjadi alat ekspresi diri, tetapi juga dapat menciptakan beban emosional yang signifikan (Pratama & Wulandari, 2021).
Kesimpulan
Media sosial kini telah bertransformasi menjadi arena sosial di mana individu dengan sadar mengelola identitas dan citra mereka. Melalui Teori Dramaturgi dari Erving Goffman, kita memahami bahwa media sosial bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga teater modern tempat kita bermain peran.
Penelitian dari Azhari dan Khairussalam (2020) serta Pratama dan Wulandari (2021) menegaskan bahwa pengguna membentuk citra ideal yang dirancang secara strategis untuk memperoleh validasi sosial. Namun, strategi ini juga membawa risiko. Ketika citra digital berbeda jauh dari kenyataan, individu bisa mengalami tekanan psikologis dan kehilangan koneksi dengan diri sejatinya.
Konsep “ilusi panggung” menjadi gambaran kuat tentang bagaimana dunia maya menciptakan persepsi yang belum tentu mencerminkan kebenaran. Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk tetap sadar bahwa gambar yang ditampilkan hanyalah sebagian dari kenyataan.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, keaslian diri dan kesadaran sosial menjadi kunci. Media sosial seharusnya menjadi sarana memperkuat hubungan, bukan menciptakan jarak antara siapa kita sebenarnya dan siapa yang ingin kita tampilkan.
Referensi
- Azhari, A., & Khairussalam, H. (2020). Manajemen Citra Mahasiswa di Instagram: Analisis Dramaturgi. Jurnal Studi Komunikasi, https://doi.org/10.25139/jsk.v4i1.2301
- Antoniadou, N., Kokkinos, CM, & Markos, A. (2019). Ciri-ciri psikopat dan kecemasan sosial di dunia maya: Kerangka kerja teoritis yang bergantung pada konteks yang menjelaskan disinhibisi daring. Computers in Human Behavior, 99 (Mei), 228–234. https://doi.org/10.1016/j.chb.2019.05.025
- Self-presentation dan kesadaran privacy micro-influencer di instagram, JURNAL STUDI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo,
- University of Indonesia https://doi.org/10.25139/jsk.v4i1.2301
- Goffman’s Theory as a Framework for Analysis of Self Presentation on Online Social Networks Vol.13,No.2(2019) , Lucie Merunková , Josef Šlerka https://doi.org/10.5817/MUJLT2019-2-5
- Self-Presenting Pada Instagram Dalam Perspektif Dramaturgi di Kalangan Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat , Muhammad AzhariSosiologi, Universitas Lambung Mangkurat , KhairussalamSosiologi, Universitas Lambung Mangkurat DOI: https://doi.org/10.20527/h-js.v3i1.207
- “INTERAKSI SOSIAL DALAM MEDIA SOSIAL DITINJAU DARI TEORI DRAMATURGI ERVING GOFFMAN (STUDI KASUS SMA NEGERI 4 TANGERANG
- SELATAN)” Jeremy Wongkar, Luh Putu Sendratari, I Wayan Mudana , Jurnal
- Pendidikan Sosiologi Undiksha. DOI: 10.23887/jpsu.v7i1.92713