Dalam dunia pendidikan dan penelitian, dokumen bukan hanya sebagai catatan pelengkap, tetapi sebagai dasar dari seluruh proses ilmiah. Seluruh proses mulai dari temuan, kutipan, hingga pola pikir yang terdokumentasi dengan baik akan menciptakan sebuah warisan pengetahuan yang dapat dijelajahi dan dikembangkan terus di kemudian hari.
Adanya dokumentasi akan memudahkan akademisi dan peneliti untuk melacak jejak ilmiah, menghindari penelitian berulang, serta memperkuat argumen dengan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kemajuan teknologi telah memicu perubahan signifikan dalam cara dokumentasi. Teknologi memberikan kesempatan bagi setiap orang, di mana pun mereka berada, untuk mendapatkan akses ke dokumen dan bahan-bahan pembelajaran yang sebelumnya tidak mudah dijangkau.
Jika sebelumnya para peneliti menggunakan buku catatan konvensional atau buku fisik, saat ini transformasi ke format digital telah menciptakan peluang baru. Temuan dari peneliti dan akademisi tidak hanya disimpan dalam bentuk fisik, tetapi kini juga dikelola dan dapat diakses secara digital melalui repositori digital.
Repositori Digital: Rekam Jejak Ilmiah
Pendit (2008) dalam Saufa dan Hidayah (2018) menyebutkan repositori digital adalah tempat penyimpanan yang berfungsi untuk mengumpulkan dan menjaga koleksi digital yang berupa hasil pemikiran intelektual. Repositori ini berfungsi sebagai alat penting untuk menyebarluaskan hasil penelitian secara lebih luas, mendukung akses terbuka, dan meningkatkan visibilitas karya.
Repositori digital memiliki peran yang sangat krusial dalam mendukung aktivitas dokumentasi dalam dunia pendidikan dan penelitian. Penggunaan repositori digital dalam dunia pendidikan dan penelitian sudah banyak digunakan di berbagai institusi terutama di perguruan tinggi.
Mahasiswa dan dosen memiliki akses ke ribuan dokumen penelitian yang tidak hanya sesuai dengan kurikulum pendidikan, tetapi juga bermanfaat untuk mendukung penelitian dan pengembangan ilmu.
Open Access: Kemudahan dan Keterbukaan Akses Informasi
Setiap karya ilmiah yang diunggah pada repositori digital akan terdokumentasi secara menyeluruh, disertai dengan informasi tambahan seperti nama penulis, ringkasan, kata kunci, dan tanggal terbit. Repositori digital juga mendukung prinsip Open Access (OA) atau akses terbuka, di mana publik dapat mengakses dan mengunduh hasil penelitian tanpa kendala.
Amin et al. (2022) menyebutkan Open Access (OA) merupakan suatu ide yang mendukung akses tanpa batas dan terbuka untuk publikasi ilmiah dan akademis melalui jaringan internet. Tujuan utamanya adalah untuk memperluas aksesibilitas dan keterlibatan dalam pengetahuan, mendukung penelitian dan pengembangan ilmu, serta menjamin hak asasi manusia atas informasi.
Selain itu, Open Access (OA) mendukung pembentukan kerjasama atau kolaborasi yang lebih besar antara peneliti dan akademisi di seluruh dunia. Misalnya, seorang peneliti di Indonesia, dapat mengakses dan merujuk karya dari peneliti di Eropa yang disimpan dalam repositori publik, dan sebaliknya. Ini mempercepat proses pertukaran pengetahuan, memperluas koneksi akademik, dan meningkatkan penggunaan karya penelitian.
Mengelola Referensi Secara Digital: Referensi sebagai sarana dokumentasi
Dalam dunia penelitian, merujuk atau mengutip sumber dengan tepat sangatlah penting. Penggunaan kutipan atau sitasi dipakai untuk menambah analisis dan argumentasi dalam penulisan. Sumber dari sitasi dapat diambil dari buku teks, media print, media online atau mungkin berupa media audio visual, baik dokumen yang telah dipublikasi maupun dokumen yang belum dipublikasi. Dokumen-dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai bagian dari karya tulis atau tulisan ilmiah (Setiawan, Eteruddin, & Arlenny, 2019).
Untuk membantu pengutipan, saat ini ada banyak reference management tools atau alat manajemen referensi seperti Mendeley, Zotero, dan EndNote. Aplikasi-aplikasi tersebut akan membantu peneliti dan akademisi untuk menyimpan referensi, menghasilkan kutipan secara otomatis, serta menciptakan daftar pustaka sesuai dengan format atau standar yang diinginkan, misalnya, APA, MLA, Chicago, dan lain-lain, hanya dengan beberapa klik.
Melalui integrasi antara referensi digital dan repositori, proses dokumentasi jadi lebih teratur dan efektif. Contohnya, seseorang dapat dengan mudah menyertakan dokumen yang ia temukan baik dari repositori maupun dari sumber lain ke alat manajemen referensi seperti Mendeley, Zotero, EndNote, dan sebagainya. Hal ini tidak hanya mempercepat proses penelitian, tetapi juga meminimalkan kemungkinan kesalahan dalam mencatat sumber.
Tantangan di Era digital
Kemajuan teknologi telah membuat proses dokumentasi dalam pendidikan dan penelitian lebih mudah, namun, di balik itu, muncul pula tantangan baru. Salah satu di antaranya adalah meningkatnya kemungkinan terjadinya plagiarisme akibat mudahnya akses terhadap informasi.
Madani dan Ardianti (2020) menyebutkan bahwa budaya menyalin dan menempel (copy-paste) dalam proses menulis telah menjadi praktek yang umum. Aktivitas menyalin dan menempel dalam menulis dikenal dengan istilah plagiarisme.
Plagiarisme atau plagiat merupakan tindakan meniru karya orang lain. Untuk mencegah terjadinya plagiarisme, saat ini ada software atau aplikasi yang dapat mendeteksi plagiarisme dalam sebuah tulisan, salah satunya adalah Turnitin.
Di samping itu, banyaknya informasi yang dapat diakses secara online terkadang malah membuat pengguna bingung dalam menentukan mana sumber yang dapat dipercaya dan mana yang tidak.
Di sinilah kemampuan untuk memilih dan menilai informasi atau kemampuan literasi informasi dibutuhkan agar seseorang dapat membedakan antara informasi yang valid dan terpercaya dengan informasi yang tidak benar.
Pustakawan dan pengelola informasi berperan penting untuk membantu masyarakat meningkatkan kemampuan literasi informasi agar semakin memahami bagaimana cara menilai informasi dan mengelolanya sesuai dengan etika yang ada.
Repositori sebagai Dokumentasi dalam Pendidikan dan Penelitian
Repositori digital merupakan salah satu tanda berkembangnya ilmu dokumentasi khususnya dalam dunia pendidikan dan penelitian. Hal ini membuat sebuah penelitian atau karya ilmiah menjadi warisan pengetahuan yang dapat diakses oleh generasi mendatang.
Oleh karena itu, sangat penting bagi semua pihak yang terlibat seperti para akademisi, peneliti, pustakawan, dan pengelola informasi, untuk menciptakan budaya dokumentasi yang kuat, terencana, dan terbuka.
Dengan mendukung repositori digital, termasuk dengan mengelola referensi dan mengatasi tantangan plagiarisme, kita sedang ikut membangun dunia pendidikan dan penelitian yang lebih transparan, kolaboratif, dan berkelanjutan.
Mulai dari buku catatan hingga ke repositori digital, dokumentasi dalam dunia pendidikan dan penelitian adalah inti dari ilmu pengetahuan yang terus aktif dan menghubungkan pemikiran dari masa lampau ke masa depan.
Daftar Pustaka
- Amin, A., Batubara, A. K., Priatmana, A., Tanjung, S. P., & Nasution, I. M. (2022). Strategi dan Manfaat Layanan Open Access Perpustakaan dalam Peningkatan Budaya Literasi. ITQAN: Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan, 13(2), 267-276.
- Saufa, A. F., & Hidayah, N. (2018). Open access dan perpustakaan digital: Tantangan perpustakaan dalam mengelola repository di perguruan tinggi. Pustakaloka, 10(1), 113-123. https://doi.org/10.21154/pustakaloka.v10i1.1410
- Setiawan, D., Eteruddin, H., & Arlenny, A. (2019). Pelatihan Ms. Word & Mendeley Untuk Penulisan Karya Ilmiah Dosen Fakultas Teknik Unilak. Dinamisia, 3(1), 172-179.
- Madani, M. U., & Ardianti, R. (2021). Teknik parafrase dalam keterampilan menulis untuk menghindari plagiarisme. In Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (SemNas PBSI)-3. FBS Unimed Press. 343-344.





