Retorika Kepemimpinan: Analisis Pidato Ketua BEM dalam Perspektif Teori Retorika Aristoteles

Ilustrasi foto. (thecityceleb.com)
Ilustrasi foto. (thecityceleb.com)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana teori retorika yang dikembangkan oleh Aristoteles diterapkan oleh ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dalam menjalankan perannya sebagai seorang mahasiswa. Penelitian ini juga bertujuan menganalisis pidato yang disampaikan oleh ketua BEM dengan menggunakan pendekatan teori retorika klasik Aristoteles, yang terdiri dari tiga elemen utama yaitu ethos (kredibilitas), pathos (emosi), dan logos (logika). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa sumber seperti buku dan jurnal. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa ketiga elemen retorika tersebut digunakan secara strategis untuk membentuk legitimasi kepemimpinan.

Bacaan Lainnya

Kata Kunci: Retorika, Pidato, Ketua BEM, Aristoteles, Ilmu Komunikasi, Kepemimpinan, Ethos, Pathos, Logos.

Abstrak

This study aims to examine how the rhetorical theory developed by Aristotle is applied by the chairman of the Student Executive Board (BEM) in carrying out his duties as a student. This study also aims to describe the speech delivered by the chairman of BEM using Aristotle’s classical rhetorical theory approach, which consists of three main elements, namely ethos (credibility), pathos (emotion), and logos (logic). In conducting this study, the researcher used several sources such as books and journals. The results of the analysis show that the three rhetorical elements are used strategically to form leadership legitimacy,

Keywords: Rhetoric, Speech, BEM Chairman, Aristotle, Communication Science, Leadership, Ethos, Pathos, Logos.

PENDAHULUAN

Berbicara adalah salah satu anugerah luar biasa yang diberikan oleh Tuhan. Dengan kemampuan berbicara, manusia menjadi berbeda dari makhluk-makhluk lainnya. Kemampuan berbicara bisa menjadi bakat, tetapi memiliki kemampuan berbicara yang baik membutuhkan latihan dan pengetahuan.

Oleh karena itu, kepandaian dan keterampilan dalam berbicara merupakan hal yang benar-benar mencerminkan sifat dasar manusia secara utuh. Quantilianus, yang dikenal sebagai bapak retorika, pernah mengatakan bahwa hanya orang yang benar-benar pandai berbicara yang bisa disebut benar-benar manusia. Dengan demikian, ilmu berbicara adalah ilmu yang perlu dipelajari oleh semua orang.

Fenomena kekuatan komunikasi politik khususnya retorika sudah lama terjadi sejak sebelum masehi. Sejak masa Yunani Kuno berbicara di depan umum merupakan suatu hal yang menjadi tanggung jawab demokratis.

Naluri manusia untuk memeroleh kekuasaan secara tidak langsung menjadi faktor pendorong bagi manusia untuk memengaruhi orang lain agar memberikan dukungan atas kepentingannya.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana teori retorika dapat diterapkan oleh ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM Universitas Gadjah Mada dalam proses membangun dan menjaga citra profesional mereka di ruang publik, khususnya dalam interaksi saat melakukan pidato dimana terjadi tatap muka antara ketua BEM dengan mahasiwa.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian yang dilakukan adalah analisis deskriptif. Pendekatan kualitatif fokus pada prinsip-prinsip umum yang mendasari cara seseorang memberikan makna terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

Dalam pendekatan ini, objek analisis adalah makna yang terkandung dalam gejala-gejala sosial dan budaya. Makna tersebut dilihat melalui perspektif kebudayaan masyarakat yang terkait, sehingga dapat digunakan untuk memahami kategori-kategori tertentu.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif Menurut Lexy J. Moleong (2005:6), metode penelitian kualitatif adalah suatu riset yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian.

Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J Moelong, 1991).

KERANGKA TEORI

Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada khalayak luas. Berdasarkan KBBI, komunikasi merupakan proses penyampaian ide, pikiran, atau informasi, sedangkan publik mengacu pada masyarakat umum yang menjadi penerima pesan.

Dalam praktiknya, komunikasi publik terjadi ketika individu atau kelompok menyampaikan pesan secara terbuka kepada audiens, misalnya melalui pidato, artikel opini, tayangan media, atau iklan. Public communicator dituntut memiliki kemampuan berbicara di depan umum, karena penampilan dan pesan yang disampaikan akan sangat berpengaruh terhadap audiens.

Teori Retorika Aristoteles

Retorika berasal dari bahasa Yunani yang berarti kemampuan berbicara. Dalam konteks ini, retorika dipahami sebagai seni berbicara untuk memengaruhi audiens, dan erat kaitannya dengan persuasi. Aristoteles mengemukakan tiga elemen utama retorika, yaitu:

  • Ethos: Kredibilitas pembicara yang tercermin melalui kepribadian dan karakter yang dianggap dapat dipercaya oleh audiens.
  • Pathos: Kemampuan pembicara dalam membangkitkan emosi pendengar guna membangun keterlibatan emosional.
  • Logos: Penggunaan logika, argumen rasional, dan fakta dalam menyampaikan pesan kepada audiens.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

Di lingkungan perguruan tinggi, Ketua BEM sering tampil sebagai tokoh utama dalam menyampaikan aspirasi mahasiswa. Untuk memahami efektivitas retorika yang digunakan dalam orasi, pendekatan teori Aristoteles menjadi sangat relevan.

Ketua BEM yang mampu menggabungkan ethos, pathos, dan logos akan lebih berhasil dalam menggerakkan massa dan menyampaikan pesan dengan kuat. Retorika yang efektif menjadi modal penting dalam kepemimpinan mahasiswa untuk membangun kesadaran kolektif dan mendorong perubahan sosial.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan Pathos oleh Ketua BEM

Pelatihan kepemimpinan kini semakin aktif digelar untuk membekali generasi muda dengan semangat dan kemampuan menghadapi tantangan masa depan. Namun, tidak semua pemimpin memiliki kemampuan berbicara yang efektif.

Ketua BEM kerap memanfaatkan pathos dalam pidatonya dengan menyampaikan kisah nyata mahasiswa yang terdampak kebijakan kampus, seperti kenaikan UKT. Cerita-cerita ini membangkitkan empati dan rasa keprihatinan dari pendengar.

Emosi seperti kemarahan terhadap ketidakadilan atau semangat perjuangan dibangkitkan melalui kata-kata yang simbolik dan retoris seperti “keadilan,” “harapan,” dan “perjuangan.” Strategi ini efektif dalam membangun resonansi emosional dan mendorong aksi kolektif dari mahasiswa.

KESIMPULAN

Pidato yang disampaikan oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) memiliki peran penting dalam membentuk pendapat masyarakat, membangkitkan semangat massa, dan menyampaikan harapan-harapan para mahasiswa.

Dengan menganalisis teori retorika yang dipelopori Aristoteles, dapat disimpulkan bahwa kinerja seorang Ketua BEM dalam berpidato sangat bergantung pada keselarasan penggunaan tiga komponen utama retorika, yaitu ethos, pathos, dan logos.

Ketua BEM yang mampu membangun ethos (kredibilitas diri), menyentuh pathos (emosi pendengar), serta menyusun logos (argumen logis dan rasional) secara seimbang akan lebih berhasil dalam menyampaikan pesan dan memperoleh dukungan publik.

Terutama dalam konteks gerakan mahasiswa, penggunaan emosi sering kali menjadi alat retoris yang kuat untuk menciptakan rasa persatuan dan menginspirasi aksi bersama. Dengan retorika yang efektif, kepemimpinan seorang ketua BEM tidak hanya terlihat dari tindakan politiknya, tetapi juga dari kemampuannya memengaruhi pemikiran dan sikap mahasiswa.


Daftar Pustaka

  • Fauziah. (2019). Telaah Retorika Ketua BEM UGM di ILC (Indonesia Lawyers Club) dan perisakan Usia ( Ageism) Di Indonesia. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 1–19.
  • Kurniawati, K. (2019). Analisis Retorika dan Komunikasi Politik Fahri Hamzah dalam Tayangan Mata Najwa Episode Ujian Reformasi. 1–26.
  • MAULANA, H. (2016). Retorika Politik Anies Baswedan Dalam Acara “‘Dialog Bersama Calon Pemimpin Bangsa’” Di Tv Mu. 4(1), 1–23. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/83218/1/HAFIZ MAULANA-FDK_L.pdf
  • Sari, Y. N. (2019). Tipologi, Demokrasi dan Retorika Fathur. Academia.Edu, 1–20. https://www.academia.edu/download/61486820/57_Yuana_Novita_Sari_2899220191211-55482-1099782.pdf
  •  Aristotle. (2007). On rhetoric: A theory of civic discourse (G. A. Kennedy, Trans.). Oxford University Press.
  • Foss, S. K., Foss, K. A., & Trapp, R. (2002). Contemporary perspectives on rhetoric. Waveland Press.
  • Herrick, J. A. (2017). The history and theory of rhetoric: An introduction (5th ed.). Routledge.
  • Lucas, S. E. (2011). The art of public speaking (11th ed.). McGraw-Hill Education.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *