Revolusi Digital dalam Sejarah: Bagaimana Teknologi Mengubah Cara Kita Mengingat Masa Lalu

Ilustrasi foto/int
Ilustrasi foto/int

Perkembangan teknologi digital dalam beberapa dekade terakhir telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk cara kita mengingat dan mempelajari sejarah. Digitalisasi memungkinkan akses informasi yang lebih mudah, cepat, dan luas, membuka peluang baru untuk memahami masa lalu. Dengan kemajuan teknologi seperti big data, media sosial, dan kecerdasan buatan (AI), berbagai aspek sejarah kini dapat dijangkau secara global.

Sebagai contoh, kita kini dapat melihat manuskrip kuno dari berbagai negara atau memahami mitos penciptaan peradaban Bugis di Sulawesi Selatan melalui digitalisasi. Menteri Kebudayaan Fadli Zon, dalam sebuah kuliah umum setelah peresmian Museum Sastra Indonesia, menyatakan bahwa era digital memberikan peluang besar untuk pengembangan seni dan budaya.

Bacaan Lainnya

“Teknologi digital dapat menjadi alat penting dalam mendukung kerja-kerja kebudayaan dan memaksimalkan strategi promosi seni budaya Indonesia hingga tingkat internasional,” katanya seperti dikutip dari Detikpop.

Data penetrasi internet di Indonesia menunjukkan bahwa 76,8% dari total populasi (sekitar 212,35 juta orang) kini terhubung ke dunia maya. Hal ini menciptakan peluang besar bagi digitalisasi untuk mengenalkan budaya Indonesia ke kancah internasional. Sebagai bukti, tiga naskah kuno Indonesia diusulkan sebagai Memori Dunia (Memory of The World) oleh UNESCO, yaitu Babad Dipanagara, La Galigo, dan dokumentasi Mak Yong.

Manfaat dan Tantangan Digitalisasi dalam Dokumentasi Sejarah

Digitalisasi telah memungkinkan kolaborasi global dalam mendokumentasikan sejarah. Hal ini tidak hanya menciptakan ruang bagi berbagai perspektif, tetapi juga menjadikan dokumentasi sejarah lebih inklusif. Namun, tantangan juga muncul, salah satunya adalah penyelundupan artefak budaya.

Baca Juga: Era Digital dan Transformasi Bahasa Kita

Menurut laporan BBC News Indonesia, tiga artefak dari era Majapahit yang sebelumnya diselundupkan berhasil dikembalikan ke Indonesia oleh Kejaksaan Manhattan. Artefak ini diduga diselundupkan melalui jaringan perdagangan gelap yang bermarkas di Bali dan Singapura, dengan nilai total lebih dari Rp2,3 triliun.

Selain itu, kasus korupsi terkait penataan cagar budaya, seperti yang melibatkan seorang pejabat di Sumatera Utara baru-baru ini, menunjukkan bahwa perlindungan cagar budaya masih memerlukan perhatian khusus.

Meski demikian, pemerintah Indonesia telah mengatur perlindungan warisan budaya melalui UU No. 11 Tahun 2010, yang merupakan penyempurnaan dari UU sebelumnya. Upaya seperti perpustakaan digital oleh LIPI juga menjadi langkah penting untuk mendokumentasikan dan melestarikan sejarah secara digital. Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Mego Pinandito, mengatakan, “Perpustakaan harus mampu menjaga koleksi bernilai sejarah sekaligus membuatnya dapat diakses publik.”

Digitalisasi dan Perubahan Peran Museum

Digitalisasi telah mengubah paradigma museum sebagai pusat pembelajaran sejarah. Menurut ITS News, adopsi teknologi seperti virtual reality dan 3D printing mulai diterapkan untuk menarik minat generasi muda. Survei menunjukkan bahwa jumlah pengunjung museum menurun drastis setelah pandemi Covid-19, sehingga museum kini perlu beradaptasi dengan mengintegrasikan teknologi agar tetap relevan.

Baca Juga: Pengaruh Faktor Biologis dan Pendekatan Sosial Budaya dalam Pendidikan di Indonesia

Generasi Z, yang tumbuh dalam lingkungan digital, cenderung memanfaatkan platform digital untuk memahami sejarah. Misalnya, inovasi seperti rekonstruksi artefak secara virtual mampu menjadikan pengalaman belajar lebih interaktif. Melalui tema “The Powers of Museum”, International Council of Museum (ICOM) mendorong museum untuk memanfaatkan teknologi dalam mendekatkan sejarah kepada masyarakat.

Teknologi Sebagai Peluang dan Tantangan Baru

Revolusi digital telah menciptakan peluang luar biasa di berbagai sektor. Industri 4.0, misalnya, memungkinkan otomatisasi, efisiensi tenaga kerja, dan pengembangan produk berbasis teknologi tinggi. Amazon adalah salah satu contoh sukses digitalisasi. Pada tahun 2022, Amazon mencatat pendapatan sebesar $514 miliar, dengan laba bersih sebesar $225 miliar, sebagaimana dilaporkan oleh JungleScout.

Namun, perubahan ini juga membawa dampak sosial dan politik yang signifikan. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter telah menjadi alat utama dalam membentuk opini publik, seperti terlihat pada Revolusi Tunisia 2011. Di Indonesia, pemilu 2024 akan menjadi ujian penting bagi partai politik dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menarik generasi muda, yang kini menjadi mayoritas pemilih.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Generasi Z (lahir 1997–2012) dan milenial (lahir 1981–1996) menyumbang hampir 54% dari populasi Indonesia. Dengan latar belakang ini, partai politik harus mampu beradaptasi dengan teknologi informasi untuk mendekati kelompok pemilih ini secara efektif.

Digitalisasi Mengubah Paradigma Sosial

Digitalisasi juga berdampak pada perubahan nilai budaya dan sosial. Layanan streaming seperti Netflix dan Vidio memberikan akses luas terhadap berbagai budaya, memungkinkan pertukaran informasi yang cepat dan penciptaan industri kreatif baru. Film dan dokumentasi digital kini menjadi media penting untuk mempelajari revolusi digital dan dampaknya terhadap masyarakat.

Baca Juga: Banjir Akhir Tahun: Menyikapi Cuaca Ekstrem dan Langkah-Langkah Mitigasi

Seperti yang dikatakan oleh Yap (2019), “Digitalisasi menciptakan ruang baru untuk kolaborasi lintas budaya, memungkinkan terciptanya industri yang sepenuhnya baru dan perubahan paradigma sosial.”

Revolusi digital telah mengubah cara kita mengingat dan memahami masa lalu. Teknologi digital tidak hanya mempermudah akses informasi, tetapi juga membuka ruang kolaborasi global untuk mendokumentasikan sejarah. Namun, tantangan seperti perdagangan ilegal cagar budaya dan penyalahgunaan teknologi masih memerlukan perhatian serius.

Dengan langkah-langkah yang tepat, digitalisasi dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam melestarikan sejarah dan budaya, serta menjadikannya relevan bagi generasi mendatang. Kombinasi teknologi dan kesadaran masyarakat adalah kunci untuk menjaga warisan budaya kita tetap hidup di era digital.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *