Strategi Pemulihan Krisis Air Bersih Pascagempa: Perjuangan Warga dan KKN UNS di Desa Genggelang

Mahasiswa KKN UNS bersama warga Desa Genggelang melakukan survei lapangan di kawasan hutan untuk menelusuri potensi sumber mata air sebagai solusi pemenuhan kebutuhan air bersih pascagempa Lombok Utara. (doc. KKN UNS 138)
Mahasiswa KKN UNS bersama warga Desa Genggelang melakukan survei lapangan di kawasan hutan untuk menelusuri potensi sumber mata air sebagai solusi pemenuhan kebutuhan air bersih pascagempa Lombok Utara. (doc. KKN UNS 138)

Desa Genggelang, Krajan.id – Gempa bumi dahsyat yang mengguncang Lombok Utara pada tahun 2018 menyisakan jejak panjang bagi masyarakat, khususnya di sektor ketersediaan air bersih. Salah satu desa yang terdampak adalah Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.

Desa yang berada di ketinggian rata-rata 450 meter di atas permukaan laut ini memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, namun sejak gempa, tantangan untuk memenuhi kebutuhan air bersih semakin nyata.

Bacaan Lainnya

Secara administratif, Desa Genggelang mencakup wilayah seluas 1.766,6 hektare dengan empat dusun utama. Mayoritas masyarakat menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan perkebunan dengan komoditas seperti kopi, kakao, durian, dan pisang. Namun, aktivitas ekonomi masyarakat sangat bergantung pada ketersediaan air bersih, yang kini kondisinya jauh berbeda dibanding sebelum gempa.

Gempa dengan kekuatan lebih dari 7 MMI (Modified Mercalli Intensity) tersebut merusak banyak infrastruktur vital, menimbun sejumlah mata air, serta mengganggu jalur distribusi. Walaupun tidak sepenuhnya mengalami krisis air parah, desa ini kini menghadapi keterbatasan pasokan air, terutama untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian kecil.

“Air bersih adalah kebutuhan pokok. Tanpa akses yang memadai, kehidupan sehari-hari masyarakat akan terganggu. Gempa 2018 telah mengubah kondisi itu, sehingga dibutuhkan strategi pemulihan yang tepat,” ungkap Tim KKN UNS 138 Desa Genggelang.

Menyadari pentingnya pemulihan pasokan air, Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Kelompok 138 terjun langsung ke lapangan. Kegiatan mereka difokuskan pada survei dan evaluasi potensi mata air yang masih tersisa di kawasan hutan Desa Genggelang.

Survei lapangan dilakukan pada (9/8/2025) bersama perangkat desa, warga, dan komunitas lingkungan setempat. Mereka memetakan lokasi mata air serta mengukur debitnya untuk memastikan kelayakan sebagai sumber air bersih.

Salah satu temuan penting adalah mata air Ricuh Idung, yang berada sekitar 8 kilometer dari pemukiman terdekat. Debitnya relatif stabil dan cukup signifikan untuk menopang kebutuhan rumah tangga maupun pertanian kecil.

“Kami menemukan bahwa Ricuh Idung memiliki potensi besar untuk menjadi solusi sementara maupun jangka panjang. Namun, perlu ada penguatan infrastruktur agar pemanfaatannya bisa maksimal,” jelas Tim KKN UNS 138 Desa Genggelang.

Langkah awal yang dilakukan adalah memperkuat area keluarnya air dengan pengecoran, kemudian memasang pipa berdiameter 4 inci untuk menyalurkan air ke titik penampungan. Cara ini membuat warga dapat mengakses air dengan lebih mudah dan higienis.

Meski keberadaan Ricuh Idung membawa harapan baru, tantangan besar masih membayangi. Infrastruktur distribusi belum memadai, sementara kebutuhan masyarakat terus meningkat. Pembangunan jalur pipa permanen, sistem penyaringan, hingga penampungan air menjadi prioritas agar pasokan air tetap stabil.

“Harapan kami, setelah langkah awal ini, pemerintah daerah dapat mendukung pembangunan sistem distribusi permanen. Tanpa infrastruktur yang kuat, pemanfaatan sumber air ini tidak akan berkelanjutan,” tambah Tim KKN UNS 138 Desa Genggelang.

Selain itu, faktor sosial juga perlu diperhatikan. Potensi konflik pemakaian bisa terjadi apabila pengelolaan tidak melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Karena itu, partisipasi warga, kerja sama pemerintah desa, serta dukungan lembaga terkait menjadi kunci keberhasilan.

Tim KKN UNS menggunakan pendekatan studi kasus dengan kombinasi observasi, wawancara, dan survei lapangan. Mereka melibatkan perangkat desa, warga yang mengetahui lokasi mata air, serta komunitas lingkungan untuk memastikan data yang diperoleh akurat.

Partisipasi warga dianggap krusial karena mereka memiliki pengetahuan lokal mengenai sumber air. Selain itu, keterlibatan masyarakat sejak tahap perencanaan diharapkan dapat memupuk rasa memiliki sehingga pemeliharaan dapat dilakukan secara mandiri.

“Warga Genggelang sangat terbuka dan mau bekerja sama. Kami berharap langkah ini bisa menjadi awal dari pengelolaan sumber daya air yang lebih mandiri di masa depan,” ujar Tim KKN UNS Desa Genggelang.

Dari hasil survei dan evaluasi, Tim KKN UNS memberikan beberapa saran penting, antara lain:

  1. Pemerintah desa bekerja sama dengan instansi terkait untuk membangun infrastruktur distribusi air permanen, termasuk sistem penyaringan dan penampungan.
  2. Masyarakat desa melakukan pemeliharaan rutin pada saluran pipa serta menjaga kebersihan sekitar mata air.
  3. Pemantauan berkala terhadap kualitas dan debit air agar pasokan tetap aman.
  4. Pelatihan manajemen sumber daya air bagi warga, sehingga mereka mampu mengelola mata air secara mandiri.

“Dengan sinergi semua pihak, Ricuh Idung bisa menjadi jawaban atas keterbatasan air bersih pascagempa. Kami percaya ini bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal kesadaran bersama untuk menjaga sumber daya alam,” tegas Tim KKN UNS 138 Desa Genggelang.

Kegiatan KKN UNS di Desa Genggelang menjadi contoh nyata bagaimana perguruan tinggi berperan aktif membantu pemulihan pascagempa melalui pendekatan berbasis riset dan pemberdayaan masyarakat. Temuan mata air Ricuh Idung memberi harapan baru bagi warga, meski jalan panjang masih harus ditempuh agar ketersediaan air benar-benar terjamin.

Bagi warga Genggelang, air bersih bukan sekadar kebutuhan dasar, tetapi juga fondasi untuk membangun kembali kehidupan pasca bencana. Dengan dukungan pemerintah, akademisi, dan partisipasi masyarakat, strategi pemulihan sumber daya air ini diharapkan mampu mewujudkan keberlanjutan yang lebih baik.

“Ini adalah langkah kecil menuju perubahan besar. Air bersih harus bisa diakses semua orang, karena tanpa air tidak ada kehidupan,” tutup Tim KKN UNS 138 Desa Genggelang.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *