Klaten, Krajan.id – Desa Duwet, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dikenal sebagai salah satu sentra UMKM yang bergerak di sektor industri kecil, kerajinan, hingga makanan tradisional. Potensi besar tersebut menjadi penggerak roda perekonomian lokal. Namun, di tengah derasnya arus digitalisasi, sebagian besar pelaku usaha di desa ini masih bertumpu pada transaksi tunai konvensional.
Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang. Untuk mampu bersaing dan bertahan di era digital, pelaku usaha mikro dituntut beradaptasi dengan teknologi, salah satunya melalui sistem pembayaran nontunai QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
QRIS merupakan standar kode QR nasional yang diterbitkan Bank Indonesia, memungkinkan konsumen melakukan pembayaran digital dari berbagai aplikasi hanya dengan satu kode QR. Teknologi ini tidak hanya memudahkan pembeli, tetapi juga menghadirkan manfaat strategis bagi pelaku usaha.
Beberapa keuntungan QRIS bagi UMKM antara lain:
- Transaksi cepat dan aman: Mengurangi risiko uang palsu dan kesalahan pengembalian.
- Pencatatan otomatis: Semua transaksi tercatat digital sehingga mempermudah pembukuan.
- Akses modal lebih mudah: Jejak finansial digital dapat menjadi bukti pengajuan kredit.
- Menarik konsumen milenial: Generasi muda lebih menyukai pembayaran melalui e-wallet.
“Bagi kami, menggunakan QRIS sangat membantu. Selain lebih praktis, konsumen juga merasa nyaman karena bisa bayar pakai aplikasi dompet digital,” kata Jumakir, salah satu pelaku UMKM makanan ringan manggleng di Desa Duwet.
Hal senada diungkapkan Surani, produsen karak gendar yang mulai menerapkan QRIS. “Awalnya saya ragu, tapi setelah dicoba ternyata mudah dan cepat. Anak-anak muda yang beli produk kami juga lebih suka bayar pakai QR,” ujarnya.
Meski manfaatnya besar, masih banyak pelaku usaha yang menghadapi kendala. Rendahnya literasi digital, keterbatasan perangkat, hingga kurangnya pemahaman tentang keuntungan jangka panjang digitalisasi menjadi hambatan tersendiri.
Pengrajin keramik, Asmo Pawiro, menuturkan bahwa sebagian pelaku UMKM masih merasa canggung. “Banyak teman-teman yang belum terbiasa. Mereka perlu didampingi agar bisa benar-benar memahami manfaatnya,” ungkapnya.

Universitas Slamet Riyadi Surakarta mengambil peran aktif dalam menjawab tantangan ini melalui program pengabdian masyarakat dan KKN. Mahasiswa memberikan pendampingan berupa edukasi tentang QRIS, pelatihan penggunaan e-wallet, hingga simulasi transaksi digital secara langsung bersama pelaku UMKM.
Menurut Agung Nugroho dari Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Slamet Riyadi, pendampingan ini sangat penting untuk memastikan UMKM Desa Duwet dapat berkembang. “Digitalisasi bukan hanya tren, tapi kebutuhan. QRIS bisa menjadi pintu masuk bagi UMKM menuju usaha yang lebih modern, efisien, dan kompetitif,” jelasnya.
Dengan dukungan lintas sektor, semangat kolaborasi, serta keberanian pelaku usaha untuk beradaptasi, Desa Duwet berpeluang besar menjadi contoh sukses transformasi digital UMKM di tingkat desa.
QRIS bukan sekadar alat pembayaran, tetapi jembatan menuju masa depan ekonomi digital Indonesia. UMKM Desa Duwet kini siap melangkah lebih maju, naik kelas, dan menjadi bagian dari ekosistem bisnis modern yang inklusif.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





